
Katolikana.com—Katharina Dohr adalah mahasiswa asal Jerman yang menjalani perkuliahan double degree di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sebagai seorang pendatang di Yogyakarta, Katharina merasakan culture shock yang membuatnya harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Berikut tiga culture shock yang ditemui dan dialami oleh Katharina.
1. Perbedaan budaya yang cukup drastis.
Menurut Katharina perbedaan yang cukup jelas terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Selama berada di Yogyakarta, Katharina mengalami culture shock karena perbedaan kebudayaan antara Jerman dan Indonesia.
Contohnya, orang Jerman ketika berbicara mereka menggunakan nada yang terkesan marah, sedangkan di Yogyakarta berbicara dengan nada lemah lembut.
2. Perbedaan saat mengerjakan tugas.
Di Jerman mahasiswa cenderung menyelesaikan pekerjaan mereka secepat mungkin kemudian bersantai.
Sedangkan mahasiswa di Indonesia cenderung lebih banyak bersantai sambil mengerjakan pekerjaan mereka.
Hal tersebut terbukti melalui peribahasa di Jerman: ‘Erst die Arbeit, dann das Vergnügen’ yang berarti bekerja terlebih dahulu baru kemudian akan mendapatkan kesenangan.
Sedangkan peribahasa di Indonesia ‘alon-alon asal klakon’ yang memiliki arit berarti pekerjaan dapat dikerjakan secara perlahan, yang penting selesai.
3.Topik pembicaraan yang terlihat sangat klise.
Katharina merasa kesulitan dalam membuka topik diskusi saat berada di Indonesia.
Kesulitan Katharina dalam membuka topik diskusi disebabkan karena pada saat ia berada di Jerman topik diskusi terbuka sangat luas. Katharina merasa saat berada di Jerman lawan bicaranya lebih terbuka dalam berbagai topik.
Berbeda saat berada di Indonesia karena perbedaan bahasa yang mendasari Katharina kerap merasa takut untuk membuka sebuah topik. Selain itu Katharina juga merasa bahwa terdapat beberapa topik yang dihindari.
Akibatnya Katharina merasa adanya jarak dengan teman-temannya di Indonesia dan takut melangkahi privasi mereka. Padahal orang Indonesia lebih ramah dan juga senang berdiskusi dengan orang luar.
Budaya Unik
Meskipun begitu, Katharina merasa takjub dengan kebiasaan keluar bersama di Indonesia.
Selama beberapa bulan di Indonesia, Katharina mengamati bahwa hanya segelintir orang yang bepergian sendiri. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan orang Jerman yang lebih individualis.
Katharina juga terkesan karena di Indonesia kelompok pertemanannya terlihat lebih luas. Berbeda saat ia berada di Jerman, banyak orang cenderung memilih lingkup pertemanan kecil.
Hal ini menyebabkan suasana di Indonesia terlihat lebih ramah karena orang-orangnya saling mengenal satu sama lain.
Katharina merasa takjub akan kebiasaan baru yang ada di Indonesia. Kebiasaan itu membuat ia dapat mengatasi culture shock yang dialaminya.

Sebagai pendatang tentunya Katharina menyadari tidak semua kebudayaan di Indonesia dapat sesuai dengan dirinya.
Katharina juga menyadari segala kebudayaan yang berbeda. Ada yang dapat diimbanginya, ada pula yang tak dapat diimbangi.
Namun perbedaan tersebutlah yang membuat Katharina mendapatkan banyak pembelajaran saat melakukan pertukaran pelajar.
Meskipun Katharina harus menyesuaikan beberapa kebudayaan di Indonesia, Katharina mengakui bahwa ia merasa nyaman dengan kebudayaan di Indonesia.
Suasana sosial yang berbeda dengan di Jerman ternyata tetap sesuai dengan karakter yang dimiliki Katharina.
Perasaan diterima karena masyarakat Indonesia cenderung lebih ramah dan santai menjadi salah satu penyebab Katharina dan teman-temannya mudah beradaptasi di Indonesia.
Katharina juga merasa bersyukur karena ia dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. (*)
Kontributor: Zefanya Septiani Haryanto, Eunike Lois Stefania, Hizkia Nandana Umbu Kawuji, Johanes Oxavasco J.P.M.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.