Widihasto Wasana Putra, Sosok di Balik ‘Sekaten’ Pasar Rakyat Jogja Gumregah

Gumregah diambil dari pidato Sri Sultan Hamengkubuwono X.

0 561

Katolikana.com—Jika Anda ke Jogja, ada event tahunan pasar malam Sekaten, tempat di mana warga Jogja tumplek blek datang ke Alun-alun utara Kraton Yogyakarta untuk mencari hiburan dan kuliner.

Karena pandemi, perayaan Sekaten tutup. Untuk mengobati kerinduan warga Jogja terhadap Sekaten, digelar event yang sama pada pertengahan September hingga Oktober 2022.

Kali ini, pasar malam Sekaten pindah lokasi dan berganti nama Pasar Rakyat Jogja Gumregah. Penyelenggara Pasar Rakyat Jogja Gumregah adalah Sekber Keistimewaan DIY, Altar Ria Production dan Pola Prakarya, didukung Perkumpulan Pengusaha Pasar Malam (P3M).

Widihasto (kiri) dan kru Katolikana. Foto: Okky Bayu

Salah satu sosok di balik penyelenggaraan Pasar Rakyat Jogja Gumregah ini adalah Ketua Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra.

Hasto menjelaskan, perayaan Sekaten sebetulnya mengacu pada Miyos Gongso yaitu keluarnya gamelan pusaka Keraton yang bernama Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nogo Wilogo.

Perayaan Miyos Gongso tersebut dilakukan satu minggu sebelum perayaan Maulid Nabi Muhammad atau disebut juga sebagai ulang tahun Nabi Muhammad.

“Gamelan tersebut akan dibunyikan selama satu minggu, kemudian pada hari ketujuh Sultan akan keluar dari Keraton untuk nyebar udik-udik dan mendengarkan pembacaan riwayat nabi. Setelah itu gamelan akan dikembalikan ke Keraton,” ujar Hasto.

Gumregah

Meski sudah banyak dikenal dengan istilah Sekaten, pasar malam yang diadakan tahun 2022 mengalami penggantian nama menjadi Pasar Rakyat Jogja Gumregah.

Menurut Hasto, penggantian nama Pasar Malam Sekaten menjadi Pasar Rakyat Jogja Gumregah memiliki alasan tersendiri.

Event ini tidak bisa menggunakan nama Pasar Malam Sekaten, karena Sekaten merupakan merk dari pemerintah kota yang tempatnya berada di Alun-alun Utara,” ujar Hasto.

Nama Pasar Rakyat Jogja Gumregah juga diambil dari pidato Sri Sultan Hamengkubuwono X.

“Nama Gumregah diambil dari pidatonya Sultan yang artinya bangkit berdiri,” tambah Hasto.

Widihasto (kanan) dan Inung, tokoh pemuda Kauman Yogya, pendiri Altar Ria Production. Foto: Istimewa

Perubahan nama ini tentu saja menjadi hal baru. Sebagian pengunjung baru mengetahui perubahan nama ini.

“Jujur, saya baru tahu setelah membaca papan nama kalau namanya berubah, tapi sedikit sulit diingat,” ujar Sharon, seorang pengunjung.

Meski begitu, ini menjadi salah satu tantangan bagi pihak penyelenggara karena nama event tahunan Sekaten lebih banyak dikenal.

“Sedikit sulit untuk mengedukasi masyarakat karena nama Sekaten sudah sangat melekat di event tahunan ini,” ujar Hasto.

Pindah Lokasi

Selain perubahan nama event, Pasar Rakyat Jogja Gumregah juga mengalami perpindahan lokasi.

Hal ini karena Alun-alun Utara mengalami restorasi warisan arkeologis sekaligus pemurnian makna, filosofi, dan fungsi dari alun-alun.

Beberapa pengunjung mengaku tempat penyelenggaraan Pasar Rakyat Jogja Gumregah lebih jauh dari pusat kota.

“Untuk lokasi, dari pusat kota apalagi dari daerah utara itu agak jauh,” ujar Kris, juga pengunjung.

Wulan, pedagang di Pasar Rakyat Jogja Gumregah. Foto: Shella Elvina

Menurut Hasto, penggunaan lokasi lapangan eks kampus STIEKERS Yogyakarta karena memiliki akses yang mudah dan tidak terhimpit dengan pemukiman penduduk.

“Lahan di sini cukup luas jadi cukup untuk mengadakan event pasar malam,” ujar Hasto.

Perayaan pasar malam terakhir diadakan pada 2018. Tahun 2019 ditiadakan dan tahun 2020 dan 2021 terjadi pandemi Covid-19.

“Di tahun 2022 ini, kami melihat ada kerinduan masyarakat pada Pasar Malam Sekaten, termasuk juga pada pelaku usaha. Akhirnya kami menangkap itu dan kami selenggarakan di tempat ini,” ujar Hasto.

Kerinduan tersebut juga dirasakan oleh pedagang di Pasar Rakyat Jogja Gumregah.

“Saya senang sekali Sekaten akhirnya diadakan lagi, jadi bisa sambil nostalgia,” ujar Wulan, pedagang risol mayonaise.

“Untuk lapak jualan, alhamdulillah saya bisa dapat lokasi cukup strategis,” tambah Wulan.

Infografis: Tim

Salah satu mahasiswa luar kota, Kris datang ke Pasar Rakyat Jogja Gumregah karena mendapat informasi kalau Sekaten sudah diadakan kembali.

“Saya awalnya tidak terlalu berekspektasi sama event Sekaten karena merasa kalau event tahunan. Jadi kemungkinan seperti pasar malam pada umumnya,” tambah Kris.

Ia datang untuk melihat-lihat pasar rakyat. “Awalnya saya mau cari-cari thrift disini, tapi jadi tertarik ke makanannya,” ujar Kris.

“Ekspektasi saya pada tempat ini masih sama yaitu ramai dan mainannya juga masih seru-seru. Di sini ada kora-kora, tong setan, rumah hantu, dan lain-lainnya,” timpal Sharon.

Sekaten menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Mereka datang untuk mendapatkan nostalgia.

Obat Rindu

Beragam jenis permainan yang dihadirkan cukup mengobati rasa rindu pada keramaian dan keinginan untuk bercengkrama kembali dengan keluarga maupun teman dekat di Sekaten.

Sayang, pada Sekaten tahun ini, rasa nostalgia kurang didapat. Beberapa pengunjung mengaku sulit mendapatkan makanan jadul.

“Lebih enak lagi kalau ada makanan lama untuk jadi cemilan. Tapi, di sini kebanyakan makanan kekinian. Jadi kurang bisa merasakan nostalgianya,” kata Sharon.

Makanan yang dijual di Sekaten sebenarnya cukup beragam, mulai dari camilan hingga makanan berat.

Namun, pengunjung sulit menemukan jajanan khas Jogja. Hal ini disayangkan oleh sejumlah pengunjung.(*)

Kontributor: Albert Niko, Anastasia Ginting, Bonita Natiyoman, Shella Elvina

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.