Katolikana.com—Melukis dapat menjadi cara mencurahkan perasaan dalam bentuk visual. Terapi seni bermanfaat untuk menenangkan sistem saraf. Ketika seseorang fokus pada satu hal, pikiran akan ikut tertuju pada hal tersebut.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of the American Art Therapy Asociation.
Seorang psikoterapis seni ekspresif dan mindfulness Doreen Meister, MA, MFT dari Oakland, California berkata, terapi seni apa pun dapat membantu seseorang untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menemukan perspektif berbeda mengenai suatu masalah.
Melukis dapat membantu seseorang untuk menyadari perasaannya, sehingga emosi yang dirasakan dapat tercurahkan dalam bentuk karya visual. Melukis juga membantu meningkatkan daya imajinasi seseorang.

Jenis-Jenis Lukisan
Terdapat banyak teknik dalam seni lukis di antaranya :
- Lukisan Tempera
Umumnya dipakai pada permukaan tembok seperti lukisan pada gua, cat yang dipakai dicampur dengan perekat yang biasanya terbuat dari telur atau sagu.
- Lukisan al fresco
Menggunakan dinding basah sebagai media dan ditaburi bahan perekat.
- Lukisan al secco
Menggunakan dinding kering sebagai media dan ditaburi bahan perekat.
- Mozaik
Teknik menempelkan pecahan atau lempengan pada suatu media sehingga muncul suatu objek.
- Lukisan Kaca
Menggunakan kaca, timah, kuningan, dan tembaga sebagai penyambung.
- Lukisan Cat Minyak (Plakat)
Menggunakan cat minyak dan kanvas atau kain yang telah dilapisi cat dasar dengan campuran lem sebagai medianya.
- Lukisan Cat Air (Aquarel)
Menggunakan cat berbentuk pasta yang dicampuri dengan air dan kertas sebagai medianya.
- Lukisan Acrylic
Menggunakan cat acrylic, media yang digunakan dapat berupa kain atau kertas.
- Lukisan Batik
Mirip dengan teknik membatik, teknik ini menggunakan media kain yang ditutupi dengan lilin kemudian bagian yang tidak terkena lilin diberi warna.

Melukis dengan Perasaan
Wiratama (27) melukis sejak 2012. Bagi dia, melukis merupakan sebuah proses menciptakan sebuah karya dengan berbagai bentuk sesuai perspektif dan ekspresi pelukis. Ia mulai melukis ketika merasa tidak memiliki tempat untuk menyalurkan perasaannya.
Berbagai macam perasaan, keluh kesah, emosi, ia curahkan ke dalam karya visual yang disebut sebagai lukisan ekspresionis.

Menurut Wira, ada suatu perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kalimat dan akhirnya tertuang dalam sebuah karya.
“Melukis menjadi salah satu cara self-healing bagi saya. Bentuk, warna, dan objek menjadi cara saya mengungkapkan perasaan tersebut,” ujar Wiratama.
Wira biasa melukis ketika ia ingin mengungkapkan emosinya, sehingga apa yang ia rasakan dapat dilihat dari hasil akhir lukisannya.
Ia lebih suka untuk memajang daripada menjual lukisannya, karena ketika ia sudah tidak dapat menjelaskan apa-apa, karya tersebut yang berbicara.
“Saya lebih merasakan kepuasan batin, ketika melukis perasaan tersebut lebih tersalurkan dan mempermudah dalam berekspresi. Contohnya satu tarikan nafas saat menorehkan garis bisa menjadi moment relaksasi bagi saya,” papar Wira.
Wira menambahkan, bagi seorang seniman, tidak ada lukisan yang jelek. Namun, ketika lukisan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, Wira akan menimbun lukisan tersebut dan mulai melukis lagi media tersebut dari awal.
Menurutnya melukis menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan karena bisa membantu membedah perasaan atau emosi meskipun tidak semua orang dapat memaknai perasaan yang sama tetapi melukis juga dapat melatih untuk menenangkan rasa takut dan cemas sehingga emosi yang ia rasakan menjadi lebih positif. (*)
Kontributor: Virgilia Flori Novita Putri, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.