
Katolikana.com—Mahasiswa yang terlibat dalam pelayanan gereja dapat memberikan pengalaman berharga dan mengembangkan keterampilan sosial serta spiritual.
Status sebagai mahasiswa menuntut banyak peran yang harus dijalankan: tuntutan akademik, kehidupan sosial, kegiatan ekstrakurikuler.
Tantangan membagi waktu antara kuliah dan pelayanan, serta persepsi tentang prioritas dan manfaat dari pelayanan ini, memengaruhi mahasiswa melihat peran dan dampak pelayanan dalam kehidupan mereka.
Selain itu, sejumlah mahasiswa ambil peran untuk terlibat dalam organisasi dan pelayanan di gereja.

Nodyka Elkawi Hawinu, mahasiswa aktif semester dua program studi Teknik Geologi di Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), aktif di kampus dan di pelayanan gereja.
Selain fokus kuliah, Nody terlibat di Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Bumi ITNY. Nody berperan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Bumi ITNY.
Ia terlibat menyusun program kerja, mengikuti rapat internal, serta menghadiri dan berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut.
Selain aktif di organisasi mahasiswa, Nody aktif sebagai pelayan di Gereja Kristen Nazarene Filadelfia Babarsari serta pengurus Komisi Pemuda Filadelfia Youth Fellowship.
Nody terlibat dalam merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk pemuda gereja dan komunitas sekitarnya.
Bagi Nody, pelayanan memiliki peran yang positif dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa.
“Melalui pelayanan, kita belajar hal-hal baru yang sebelumnya tidak kita sadari memiliki bakat atau minat di bidang tersebut,” ungkapnya.
Misalnya, saat terlibat dalam pelayanan, kita dapat menemukan keterampilan komunikasi yang baik, kepemimpinan yang efektif, atau kemampuan mengelola waktu dengan baik.
Hal-hal ini dapat menjadi bekal berharga bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Nody mengingatkan bahwa persepsi terhadap pelayanan bisa berbeda-beda bagi setiap individu.
Apa yang dia anggap positif belum tentu sama bagi orang lain. Apa yang ia anggap positif bisa dianggap negatif oleh orang lain, atau sebaliknya.
“Ada mahasiswa yang sulit menyeimbangkan waktu kuliah dan pelayanan, sehingga pelayanan menjadi beban dan mengganggu kuliah,” ujar Nody.
“Dalam hal ini, apakah pelayanan menjadi batu loncatan atau batu sandungan, tergantung pada individu masing-masing,” tambah Nody.
Tantangan
Dalam kegiatan pelayanan tentu ada sejumlah hambatan yang harus dihadapi. Salah satunya, bagaimana membagi waktu antara kuliah dan pelayanan.
Sebagai mahasiswa yang aktif di beberapa organisasi, Nody harus mampu mengatur jadwal dengan bijak.
“Jika pelayanan menjadi bagian dari jadwal, saya akan mengutamakan komitmen tersebut. Namun, jika diminta untuk menggantikan orang lain di luar jadwal pelayanan, saya akan memprioritaskan kuliah dan organisasi,” tukasnya.
Untuk mengatasi hambatan ini dia perlu menerapkan manajemen waktu yang baik agar pelayanan tidak menjadi hambatan dalam perkembangan akademik dan organisasi mahasiswa.

Dampak Positif
Bagi Nody, pelayanan dapat berkontribusi positif bagi perkembangan dirinya, setidaknya pada tiga hal.
Pertama, dapat mengembangkan keterampilan di luar akademik, seperti bermain alat musik.
Kedua, dari sisi pengembangan spiritual, dapat memperdalam iman dan hubungan dengan Tuhan. Mahasiswa dapat belajar dan tumbuh dalam kepercayaan mereka melalui ibadah, pelajaran Alkitab, doa, dan interaksi dengan sesama jemaat.
Ketiga, dari sisi pertumbuhan karakter, mahasiswa mengembangkan nilai-nilai dan karakter seperti ketekunan, kerendahan hati, kerja sama, rasa tanggung jawab, dan integritas.
“Lewat pelayanan, mahasiswa dapat belajar untuk melayani orang lain dengan cinta dan kepedulian, yang berdampak pada pertumbuhan pribadi mereka,” pungkas Nody. (*)
Kontributor: Gratia Riechela Runturambi, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.