Menjumpai Wajah Gereja Asia yang Masih Berjuang dan Menziarahi Perjalanan Perutusannya

Catatan dari Workshop Post FABC 50 General Conference Vietnam 2023

0 203

Oleh Cyprianus Lilik K.P.

Staf Unit Pengembangan Pastoral Kemasyarakatan dan Advokasi Keuskupan Agung Semarang (UPPKA KAS), Koordinator Laudato Si’ Movement Indonesia, dan anggota Asia Pasific Justice and Peace Workers Network (APJPWN)

 

Katolikana.com—Dokumen Bangkok lahir sebagai upaya Gereja Asia menegaskan dirinya kembali setelah 50 tahun keberadaan Federation of Asian Bishops Conference (FABC).

Dokumen ini adalah hasil dari FABC General Conference dalam rangka 50 tahun FABC pada 12-30 Oktober 2022 di Baan Phu Waan Pastoral Training Centre, Bangkok, Thailand.

Pertemuan bertema “Journeying together as peoples of Asia.. and they went a different way (Mt 2:12)” ini seharusnya berlangsung di akhir 2020 namun ditunda mengingat pandemi Covid-19.

Federasi para uskup Asia (FABC) lahir sebagai tindak lanjut dari pertemuan uskup-uskup Asia (Asian Bishops Meeting) pada 1970 di Manila menyambut kehadiran Paus Paulus VI.

Sebuah momentum perjumpaan terbesar para uskup Asia setelah sebelumnya mereka disatukan dalam Konsili Vatikan II.

Dokumen Bangkok yang diluncurkan pada 15 Maret 2023 merupakan hasil dari proses refleksi bersama para uskup atas 50 tahun kehadiran FABC beserta segenap dinamika di dalamnya.

Beberapa catatan kritis para teolog seperti Felix Wilfred dan pemerhati FABC menyatakan bahwa dokumen tersebut menunjukkan sikap Gereja Asia yang mencari “zona aman” dan “kurang tajam”.

Namun terlepas dari hal tersebut, dokumen tersebut cukup mampu memberi prioritas arah pastoral bagi Gereja Asia ke depan.

Menindaklanjuti dokumen tersebut, pada 5-10 Juni 2023 lalu, FABC Office of Human Development (OHD)/Climate Change Desk (CCD) menyelenggarakan workshop Post FABC 50 General Conference di Marian Pilgrim Centre Bai Dau, Vung Tau, Vietnam.

Selain sebagai konsultasi rutin FABC OHD/CCD dengan hirarki maupun awam dari berbagai negara, kegiatan ini bertujuan untuk mengawal sosialisasi dan implementasi dokumen Bangkok.

Workshop dihadiri oleh 37 peserta yang terdiri dari uskup, imam, biarawan dan biarawati, serta aktivis awam.

Peserta berasal dari 11 negara, dan dihadiri pula perwakilan dari mitra kerja FABC OHD/CCD seperti Talitha Kum Asia, Laudato Si’ Movement Asia-Oceania, maupun Asia Pasific Justice and Peace Workers Network (APJPWN).

Vietnam dipilih mengingat meski negara komunis, tetapi umat dan tradisi Katolik memiliki jejak yang dalam dan kokoh tertanam menjadi bagian dari masyarakat Vietnam.

Acara diikuti oleh 37 peserta dari 11 negara, dan dihadiri perwakilan dari mitra kerja FABC OHD/CCD seperti Talitha Kum Asia, Laudato Si’ Movement Asia-Oceania, maupun Asia Pasific Justice and Peace Workers Network (APJPWN). Foto: Lilik

Lima Hari Peziarahan

1.Hari pertama: Senin, 5 Juni 2023

Pembukaan acara berlangsung di kapel Makam para Martir Vietnam di keuskupan Ba Ria. Kapel ini menyimpan abu dari 288 martir Vietnam yang wafat akibat penganiayaan oleh raja Tu Duc pada 1861.

Perayaan ekaristi dipersembahkan bersama oleh tujuh uskup dengan Mgr Emmanuel Nguyen Hong Son, Uskup Ba Ria, sebagai selebran utama.

Malam itu sejauh 30 km kami menembus malam menuju lokasi kegiatan di Marian Pilgrim Centre di Bai Dau, Vung tau, sebuah kompleks pusat peziarahan sekaligus pusat paroki Bai Dau.

Sebuah patung Bunda Maria mengangkat bayi Kristus setinggi 25 meter di lereng bukit menyambut seluruh peserta dengan gembira.

2.Hari kedua: Selasa, 6 Juni 2023

Pagi harinya, sekretaris eksekutif FABC OHD/CCD Fr. Joseph Gonsalves (India) bersama Rm. Peter Phu Lai (Vietnam) memberikan pengantar seluruh proses.

Penekanan pada perlunya Safeguarding Policy (aturan perlindungan anak dan dewasa rentan) disampaikan oleh Ketua FABC: OHD/CCD Mgr. Allwyn D’Silva sekaligus uskup emeritus Mumbai, India.

Acara dilanjutkan penmaparan country report dari semua negara peserta serta laporan dari organisasi mitra.

Acara hari kedua ditutup dengan malam ramah tamah dengan paparan dari Uskup Agung Ho Chi Minh city Joseph Nguyen Nang sekaligus President of Catholic Bishops Conference of Vietnam.

3.Hari ketiga: Rabu, 7 Juni 2023

Hari ketiga, seluruh peserta belajar dari sejarah dan dinamika Gereja Katolik Vietnam. Uskup Keuskupan Phan Thiet Mgr. Joseph Do Manh Hung sekaligus Sekretaris Jenderal CBCV (Catholic Bishops’ Conference of Vietnam) membuka dengan sesi bertema Faith Journey of The Church in Vietnam.

Selanjutnya dilakukan paparan untuk memperdalam pemahaman peserta tentang wajah gereja setempat dan upaya Gereja Vietnam memperjuangkan keadilan sosial melalui berbagai karya pastoral mereka.

Panel pembicara terdiri dari Uskup Joseph Nguyen Duc Cuong (Keuskupan Thanh Hoa dan Ketua Episcopal Committee for Social Justice CBCV), Rm. Joseph Dao Nguyen Vu (kepala staf CBCV), dan Rm. Thomas Nguyen Tien Hanh (sekretaris eksekutif Episcopal Committee for Social Justice CBCV)

Melalui diskusi kelompok peserta diminta melihat kembali berbagai laporan nasional sehari sebelumnya untuk bersama merumuskan situasi pokok, persoalan, dan peluang yang dimiliki Gereja Katolik Asia.

Di sore hari, acara dilanjutkan dengan paparan tentang proses FABC General Conference oleh Mgr. Allwyn D’Silva.

Rangkaian acara hari ketiga ditutup dengan berziarah bersama menuju Patung Kristus Raja di puncak gunung Tao Phung, sekitar lima kilometer dari lokasi kegiatan.

Lebih dari 800 anak tangga harus ditapaki oleh peserta sebelum mencapai lokasi patung setinggi 32 meter. Selain itu, masih terdapat 133 anak tangga di dalam patung yang harus dinaiki agar bisa mencapai bahu patung.

Acara dilanjutkan dengan makan malam yang disediakan oleh para suster Dominikan setempat.

4.Hari keempat: Kamis, 8 Juni 2023

Acara hari ini dimulai dengan paparan Dr. Vu Chien Thang, selaku wakil kementerian Dalam Negeri Vietnam yang membahas relasi negara dan gereja Katolik di Vietnam.

Menjelang siang, Romo William LaRousse (Thailand), selaku Asisten Sekretaris Jenderal FABC menguraikan tentang apa itu FABC, sejarah dan tata kelembagaannya.

Paparan ini diikuti dengan diskusi intensif yang membahas urgensi memperkenalkan FABC ke umat, agar pesan pastoral dan gerak langkahnya semakin dikenal dan tumbuh di seluruh Asia.

Pada siang hari, Mgr Emmanuel Nguyen dari Keuskupan Ba Ria mengajak peserta untuk melihat paroki terapung di desa apung Long Son, sekitar 28 km jauhnya dari lokasi kegiatan.

Sebuah insiden kecil sempat terjadi, ketika polisi perbatasan memeriksa perahu-perahu yang kami gunakan, dan memaksa kami berbalik di separo perjalanan kami di kawasan paling utara dari Delta Mekong tersebut.

Malam harinya, Mgr. Allwyn D’Silva mengajak peserta untuk memulai studi bersama atas Dokumen Bangkok.

5.Hari kelima: Jumat, 9 Juni 2023

Seluruh rangkaian kegiatan dipenuhi dengan pendalaman Dokumen Bangkok oleh Mgr. Allwyn D’Silva.

Uskup Allwyn sebagai anggota tim pengarah FABC 50 General Conference sekaligus penyusun dokumen ini memaparkan secara detail seluruh isi dokumen dan proses perumusan.

Selanjutnya para peserta diminta mengembangkan kerangka sosialisasi dan implementasi Dokumen Bangkok di negara masing-masing.

Seluruh rangkaian kegiatan pun diakhiri dengan sesi kesimpulan oleh Mgr. Allwyn D’Silva, yang dilanjutkan sesi penutup.

Lonceng di Pagi Buta

Sabtu, 10 Juni 2023, sejak dini hari satu demi satu peserta meninggalkan pusat peziarahan menuju negara masing-masing.

Perjumpaan selama lima hari ini mengantar peserta untuk menjumpai wajah Gereja Asia yang masih berjuang dan menziarahi perjalanan perutusannya.

Wajah Asia yang tak jauh berbeda: tantangan represi politik dan pelanggaran HAM, kemiskinan dan keadilan sosial ekonomi, masalah kebebasan beragama, penghancuran alam, perampasan hak suku-suku asli, masih hadirnya pengungsi dan perdagangan manusia, adalah masalah-masalah yang dijumpai di hampir semua negara.

Sementara itu, di hari-hari ke depan, mendung Perang Dingin Baru perlahan menaungi Asia.

Asia ke depan mungkin muram dan gelisah, tetapi lonceng yang berdentang setiap jam 04.00 di Marian Pilgrim Centre Bai Dau mengingatkan kita akan iman umat Allah yang terus setia melantunkan doa dengan penuh antusias di pagi-pagi buta.

Energi rohani bukan hanya bergema merdu di Basilika Minor Notre Dame di Saigon, melainkan hidup di setiap altar keluarga yang hadir di setiap rumah umat Allah di Vietnam.

Daya suci yang memastikan setiap benih impian memiliki harapan dan pertumbuhan. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.