Romo Franz Magnis: Tanpa Etika, yang Tinggal adalah Kekuasaan yang Telanjang

Apa kita mau menyerahkan kekuasaan negara ke tangan orang yang melemparkan etika ke tempat sampah?

0 343

Katolikana.com, Jakarta — Guru besar emeritus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Romo Franz Magnis-Suseno, SJ, baru-baru ini melontarkan kritik terbuka terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan calon presiden Prabowo Subianto. Kritik itu disampaikannya saat berdiskusi dengan diaspora Indonesia melalui kanal YouTube VMC New York Channel, Selasa (6/2), waktu New York.

Dalam diskusi bertajuk “Mencegah Pemimpin Terburuk bersama Romo Magnis Suseno” tersebut, Romo Magnis menyebut bahwa sebagai demokrat, ia tentu akan menerima siapapun yang dipilih oleh masyarakat. Akan tetapi dengan satu syarat: Pemilu harus berlangsung dengan jujur, adil, dan transparan.

Setelah itu, barulah ia melemparkan kritik kerasnya kepada Jokowi dan Prabowo. Ia menganggap kedua tokoh ini telah melanggar etika secara begitu terang-terangan dalam pemilu kali ini. Terkhusus bagi Jokowi, Romo Magnis menyebut Jokowi gagal mengambil sikap netral sebagai presiden.

Pastor Jesuit kelahiran Jerman ini menuding Jokowi sudah bersikap sengaja membiarkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden dengan cara menabrak dan memanipulasi segala aturan yang ada.

“Kok ia (Jokowi) tega mempromosikan anaknya sendiri (Gibran) sebagai calon wakil presiden? Padahal itu hanya dapat tercapai dengan manipulasi di Mahkamah Konstitusi, yang oleh majelis kehormatannya sendiri dinyatakan sebagai pelanggaran etika yang berat,” tanya Romo Magnis dengan nada serius.

Sementara itu, Prabowo dinilai punya rekam jejak buruk karena mengizinkan para pendukungnya melakukan strategi polarisasi masyarakat di pemilu sebelumnya. “Mereka memakai bahasa perang, partai Allah melawan partai setan. Mereka bicara tentang perang armageddon, perang akhir antara baik dan buruk. Teman-teman, itu jahat!” sebut Romo Magnis lugas.

Itu hasutan ke perang saudara. Kok sang penantang (Prabowo) mengizinkan bahasa hasutan itu?” tanya Romo Magnis lagi.

Pada puncaknya, Romo Magnis menilai Prabowo sendiri secara aktif juga mengeluarkan pernyataan-pernyataan untuk membuat pendukungnya percaya bahwa ia telah memenangi Pemilu 2019 dengan perolehan suara yang telak. Pernyataan ini terus-menerus dilontarkan secara provokatif sebelum adanya pengumuman resmi dari KPU.

Provokasi tersebut lantas berdampak fatal karena sampai menimbulkan korban jiwa dan membuat situasi Indonesia sempat memanas pasca-Pemilu 2019. Oleh karenanya, Prabowo dianggap memiliki “tangan berdarah”.

Salah satu pendiri STF Driyarkara ini menganggap sikap Prabowo yang tidak mempercayai hasil quick count masih dapat diterima. Namun, tindakannya mendiskreditkan penyelenggara pemilu dan memobilisasi massa dianggap mirip dengan yang dilakukan Presiden Donald Trump di Pemilu Amerika Serikat 2020.

“(Prabowo) mengumumkan tanpa dasar apapun, bohong, dari udara kosong, bahwa ia menang dengan 63%, sehingga para pendukungnya merasa pemilihan itu mau dicuri oleh kubu Jokowi. Sama seperti Presiden Trump di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa kemenangannya dicuri oleh Biden,” ucapnya.

“Selama enam minggu, berita bohong itu membawa Indonesia ke pinggir perang saudara.” lanjutnya tegas.

Penulis buku Etika Jawa ini kemudian mengungkit pula kepribadian Prabowo yang dianggapnya kasar. “Beliau sendiri membuka sikap kasarnya, (saat) ditantang tentang etika kampanye, beliau cetus ‘Etika, ndasmu!'” ujarnya.

Masih membahas etika, pastor sepuh ini lantas menutup pesannya dengan mengingatkan bahwa sosok pemimpin wajib memiliki etika sebagai penyeimbang dari kekuasaan yang diembannya. Sebab tanpa hal tersebut, kekuasaan yang dipegangnya akan menjadi “kekuasaan yang telanjang”.

“Apa kita mau menyerahkan kekuasaan negara ke tangan orang yang melemparkan etika ke tempat sampah? Tanpa etika, yang tinggal adalah kekuasaan yang telanjang. Jangan kita izinkan kekuasaan jatuh ke tangan orang yang (membuat kekuasaan) hanya menjadi satu kekuasaan di tangannya. Terima kasih.”

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.