Katolikana.com, Palembang — Pada September 2024, Kongregasi SCJ akan memperingati 100 tahun kehadirannya di Indonesia, khususnya di Sumatra Bagian Selatan.
Hingga kini, para imam dan bruder SCJ berkarya di 27 paroki di empat keuskupan, yaitu Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjungkarang, Keuskupan Agung Jakarta, dan Keuskupan Timika.
Menyongsong peringatan ini, digelar seminar dengan tema “Padi Tumbuh Tak Terdengar” yang menghadirkan narasumber Romo Dr. FA Purwanto, SCJ, dosen di Fakultas Teologi Wedabakti Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Seminar tersebut dilaksanakan pada Sabtu (1/6/2024) di Universitas Katolik Musi Charitas, Palembang.
Acara ini dimoderatori oleh Frans Sugiyono dan dihadiri oleh superior SCJ Palembang Rm Laurentius Suwanto, SCJ, ketua panitia Rm Andreas Nugroho, SCJ, Ketua Yayasan Musi Palembang Rm Donatus Kusmartono, SCJ, Rektor UKMC Dr. Antonius Singgih Setiawan, para Romo, Frater, Suster, Bruder, Seminaris St. Paulus Palembang, dan ratusan umat di Keuskupan Agung Palembang.
Selain seminar, acara juga diisi dengan penyerahan Salib Suci SCJ dari komunitas Skolastikat SCJ Yogyakarta kepada komunitas Universitas Katolik Musi Charitas. Penyerahan ini diawali dengan perarakan salib, yang menyimbolkan sejarah masa lampau yang menentukan identitas sebuah komunitas.
Dr. Antonius Singgih Setiawan, Rektor UKMC, mengungkapkan bahwa seminar ini mengajak kita memahami bagaimana gereja bertumbuh di Sumatera Selatan.
Ketua Panitia Seminar Rm Andreas Nugroho, SCJ, menyampaikan rasa sukacita dan syukur, serta berharap kolaborasi seminar ini terselenggara dengan baik.
“Semoga semangat juang para pendahulu dapat menyemangati iman umat Allah,” ujar Rm Andreas Nugroho, SCJ.
Rm Laurentius Suwanto, SCJ, menekankan pentingnya belajar dari para pendahulu dalam hidup pertumbuhan iman di Sumatera Selatan yang telah disemai 100 tahun lalu oleh para SCJ, Jesuit, Fransiskan Kapusin, Suster FCH, Suster HK, Suster CB, Suster FSGM, dan Frater BHK yang memulai di daerah Pasemah Tanjung Sakti, yang kini menjadi Keuskupan Agung Palembang.
Romo Dr. FA Purwanto, SCJ, menjelaskan filosofi padi sesuai tema “Padi Tumbuh Tak Terdengar” yang diambil dari buku karya Rm Kees van Pasen.
“Pada awalnya misionaris datang ke Indonesia dengan misi inkulturasi, pemberdayaan masyarakat dengan model Munster dan Louvain, serta kolaborasi religius dan awam sejak awal,” ujar Romo FA Purwanto, SCJ.
“Padi tumbuh tak terdengar maksudnya adalah padi yang ditanam mulanya sebiji akhirnya menjadi segerombolan banyak,” tambahnya.
Perkembangan SCJ dan umat Katolik di Sumatera digambarkan dari sangat kecil menjadi besar, meski pun senyap tidak terdengar apa-apa. Gereja mulanya sangat sederhana, seperti di Jambi yang awalnya merupakan misi SCJ dan orang Tionghoa, kemudian datang orang Jawa dan Batak.
SCJ sejak awal yakin bahwa misi kolaborasi selanjutnya mengembangkan apresiasi dengan mengundang para suster, bruder, dan frater untuk mengelola bidang pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Berkat jasa besar Mgr Mekkelholt dan Mgr Hemerling, gereja di Sumatera Selatan berkembang dengan kemandiriannya sebagai gereja peziarah yang bersifat misioner berasal dari rencana Allah.
Frans Sugiyono melalui lagu yang digubahnya mengungkapkan 100 tahun SCJ menjadi momen bersyukur membuka jalan untuk misi peziarahan karya, menabur benih ajaran iman bagi yang terlupakan di tempat yang jauh untuk berharap memetik hasil.
Pater Leo Dehon menjadi terang abadi yang menuntun kongregasi imam-imam Hati Kudus Yesus, rela berkurban, dan belas kasih jiwa SCJ dalam pelayanan dan hidup bakti. (*)
Pensiunan pendidik di SD Xaverius 2 Palembang, mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi di universitas Bina Darma Palembang, dan Sekretaris ISKA Palembang