Paus: Pengurapan Orang Sakit Bukan Sakramen Khusus Orang yang Akan Meninggal

"Berpikir seperti ini berarti mengenyahkan segenap harapan. Dengan kata lain, segera setelah imam menerimakan sakramen pengurapan orang sakit, pengurus jenazah akan tiba," kata Paus Fransiskus.

0 165

Katolikana.com — Intensi doa Paus Fransiskus bulan Juli 2024 adalah untuk pelayanan pastoral bagi orang sakit.

Dalam pesan video yang dipublikasikan melalui Pope’s Worldwide Prayer Network, beliau meminta kita berdoa agar sakramen pengurapan orang sakit (atau yang sering dikenal juga sebagai sakramen minyak suci) menganugerahkan kekuatan Tuhan kepada orang-orang yang menerimanya dan orang-orang yang mereka kasihi, serta semoga menjadi tanda belas kasihan dan harapan yang kasat mata bagi semua orang.

“Ketika imam menghampiri seseorang untuk menerimakan sakramen pengurapan orang sakit, bukan berarti sakramen tersebut membantunya mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan,” kata Paus Fransiskus di awal video.

“Berpikir seperti ini berarti mengenyahkan segenap harapan. Dengan kata lain, segera setelah imam menerimakan sakramen pengurapan orang sakit, pengurus jenazah akan tiba,” katanya.

Paus berpesan bahwa sakramen Gereja adalah karunia. Sakramen Gereja adalah cara yang digunakan Yesus untuk memberkati, menghidupkan, menyertai, dan menghibur kita.

Gereja percaya dan mengakui bahwa imam datang membantu kita dengan menerimakan sakramen pengurapan orang sakit, sebuah sakramen yang memberikan penghiburan bagi mereka yang sakit dan orang-orang yang mereka kasihi.

Ajakan Paus Fransiskus kepada seluruh Gereja untuk mendoakan hal ini adalah sebuah cara untuk menunjukkan bahwa sakramen pengurapan orang sakit pada dasarnya bersifat komunitarian dan relasional.

 

Kita Tidak Sendirian

“Pada saat menderita dan sakit, ada baiknya memahami bahwa kita tidak sendirian. Imam, dan mereka yang hadir pada saat sakramen pengurapan orang sakit, sebenarnya mewakili seluruh komunitas Kristiani,” demikian kata Uskup Roma ini.

“Bagaikan satu tubuh yang berkumpul di sekitar orang-orang yang menderita dan keluarga mereka, memupuk iman dan harapan mereka, serta mendukung mereka melalui doa dan kehangatan persaudaraan,” tegas Paus Fransiskus di hadapan ribuan umat dalam Audiensi Umum yang didedikasikan untuk sakramen ini.

Sakramen ini menjamin Yesus dekat dengan kepedihan orang-orang yang sakit atau lanjut usia, pelepasan penderitaan mereka, dan pengampunan dosa-dosa mereka. Namun, hal ini tidak sama dengan menerima mukjizat penyembuhan tubuh atau kematian sudah dekat.

“Sakramen pengurapan orang sakit sering kali menjadi sakramen yang terlupakan atau paling tidak dikenal,” lanjut Paus Fransiskus.

Namun demikian, ia menekankan, “Yesus sendiri lah yang datang untuk meringankan orang yang sakit, memberinya kekuatan, memberinya harapan, dan menolongnya; dan juga mengampuni dosa-dosanya. Dan ini sangat indah!”

Oleh karena itu, ia menyebut sakramen pengurapan orang sakit mempunyai makna pastoral.

 

Makna Sebenarnya

Gambar-gambar yang menyertai kata-kata Paus Fransiskus – yang difilmkan di dua keuskupan di Amerika Serikat : Keuskupan Allentown (Pennsylvania) dan Keuskupan Agung Los Angeles (California) – menyoroti konteks berbeda di mana sakramen ini dapat dilaksanakan.

Video tersebut, yang diproduksi oleh tim profesional Keuskupan Agung Los Angeles, merangkai dua cerita, yang tampaknya sangat berbeda dalam hal usia dan situasi klinis orang yang sakit, namun serupa dalam hal rahmat sakramen dan besarnya kasih sayang orang-orang terkasih yang berkumpul di sekitar si penerima sakramen.

Pastor Frédéric Fornos SJ, Direktur Internasional Pope’s Worldwide Prayer Network, menekankan bahwa meskipun banyak orang telah menemukan kembali kedalamannya, sakramen pengurapan orang sakit masih sering dianggap sebagai cara untuk mempersiapkan orang sakit menghadapi kematian.

Pastor Fornos lantas merujuk kata-kata Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum, 26 Februari 2014. Kala itu, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa ketika seseorang sakit parah, orang-orang ingin menunda sakramen pengurapan orang sakit sebisanya.

Sebabnya, masih ada anggapan yang salah bahwa pengurus jenazah akan segera datang setelah imam selesai memberi sakramen pengurapan.

“Inilah sebabnya Paus Fransiskus berharap kita dapat menemukan kembali kedalaman dan makna sebenarnya dari sakramen ini. Tidak hanya sebagai persiapan menghadapi kematian, tetapi juga sebagai sakramen yang memberikan penghiburan bagi orang sakit di saat sakit parah. Juga kekuatan bagi orang-orang yang ia kasihi dan orang-orang yang merawatnya,” ujar Pastor Fornos.

Ia mengingatkan jika orang yang sakit tidak sendirian. Dengan hadirnya pastor dan umat lainnya, seluruh komunitas Kristiani mendukung orang tersebut. Mulai dengan doa-doa mereka, memupuk iman dan harapannya, meyakinkannya dan juga keluarganya, bahwa si orang sakit tidak sendirian dalam penderitaan yang ia alami.

“Kita semua mengenal orang yang sedang sakit. Marilah kita berdoa untuknya. Dan jika kita mengira ia sedang menghadapi penyakit serius, atau ia sudah lanjut usia dan kondisinya semakin memburuk, jangan ragu mengusulkan agar ia mengalami sakramen penghiburan dan pengharapan ini,” tutup Pastor Fornos.

 

Penerjemah: Peter Suriadi

 

Sumber: Vatican News

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.