
Katolikana.com, Jakarta — Jelang kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, September mendatang, Terowongan Silaturahmi yang dibangun menyambungkan Gereja Katedral Jakarta dan Masjid Istiqlal masih belum juga difungsikan. Padahal Paus sendiri sudah diagendakan untuk melawat ke dua tempat ibadah itu kala mengunjungi Indonesia.
Proyek senilai Rp37,3 miliar ini sedianya digadang-gadang untuk menjadi etalase kebhinekaan Indonesia. Sayangnya, ikon penghubung Katedral-Istiqlal ini masih belum juga dibuka untuk publik.
Nasib gamang terowongan sepanjang 28,3 meter ini diungkit oleh salah satu pengguna Twitter, Adriansyah Yasin Sulaeman (@adriansyahyasin).
“Yang katanya terowongan simbol silaturahmi 38 milyar ternyata tutup gak dipake 😁 harus nyebrang lewat zebra cross biasa”
“Sungguh artinya memang buat apa silaturahmi tidak terlihat, mending di atas langsung menghadap risiko kematian (ketabrak mobil)”

Tuai Komentar Warganet
Sindiran Yasin melalui cuitan tersebut kontan menuai banyak komentar dan repost dari warganet.
Seorang warganet, Lutfi Nur Farid, contohnya. Ia me-repost cuitan tersebut dengan menyindir relasi antaragama yang kadang hanya terlihat rukun di level pemimpin/tokoh agama saja, tapi berbeda situasinya di level umat awam yang penuh rintangan.
“Simbolisme yg pas, melambangkan hubungan yg cuma lancar terbuka kalo petingginya yg datang, sementara di level grass root mesti dihalangi berbagai rintangan…”
Sementara itu, warganet lain, Dacil, mengomentari kalau terowongan itu tidak dibuka untuk publik karena hanya dibuka untuk diakses pejabat saja.
“Aku pernah nanya pas ke Istiqlal. Katanya emang bukan buat umum. Pejabat doang yang boleh,” cuit Dacil.
Adapun Lucas, salah satu umat Gereja Katedral Jakarta mengaku tidak pernah melihat Terowongan ini berfungsi selama pengalamannya mengikuti misa di Katedral.
“Proyek gajelas anj**. Ga pernah seumur-umur gue misa di Katedral liat ni terowongan buka,” umpat Lucas dalam cuitannya sembari tertawa.

Proyek Telah Rampung
Ide pembangunan Terowongan Silaturahmi ini muncul dari Presiden Jokowi berbarengan dengan adanya proyek revitalisasi Masjid Istiqlal oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Proyek tunnel penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta ini pun mulai digarap sejak 15 Desember 2020 dengan menggunakan dana APBN. Pengerjaan proyeknya dilakukan oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk, manajemen konstruksi oleh PT Virama Karya, dan perencana oleh PT Yodya Karya.
Pengerjaannya pun berjalan dengan lancar dan relatif tanpa kendala berarti selama sembilan bulan. Terowongan ini sedianya telah rampung sesuai target per tanggal 20 September 2021.
Sayangnya, hingga kini Terowongan Silaturahmi tak kunjung diresmikan juga meskipun pengerjaannya sudah tuntas 100%.
Dukungan Kardinal
Di sisi lain, besarnya nilai anggaran proyek Terowongan Silaturahmi dan eksekusinya yang terkesan dadakan memang sempat menjadi sorotan publik.
Meskipun banyak pihak memandang secara kritis, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo sangat mendukung adanya proyek Terowongan Silaturahmi.
“Sangat setuju, sudah ada pembicaraan awal tentang masalah (Terowongan Silaturahmi) ini,” kata Kardinal Suharyo kepada wartawan medio Februari 2020 lalu.
Kardinal Suharyo menekankan Terowongan Silaturahmi dalah kelanjutan dari gagasan awal pendirian Masjid Istiqlal di lokasi sekarang ini oleh Presiden Sukarno sebagai simbol harmoni dan silaturahmi diantara bangsa Indonesia.
“Kalau gagasan (Terowongan Silaturahmi) itu terwujud, akan menjadi monumen abadi yang sangat berarti dan bermakna,” imbuh Kardinal.
Terpisah, Imam Besar Masjid Istiqlal, K.H. Nasaruddin Umar, juga mengharapkan Paus Fransiskus bisa melewati terowongan tersebut pada kedatangannya September mendatang. Terowongan itu disebutnya sebagai simbol kerukunan beragama.
Tentu saja harapan tersebut hanya bisa terwujud diwujud jika Terowongan Silaturahmi benar-benar sudah dibuka untuk publik kala Paus datang September mendatang.
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha