Satu Abad WKRI DPC Paniai, Pastor Sebastianus: “Tanpa Ibu Tak Ada Keselamatan”
Dalam budaya Suku Mee, tanpa seorang ibu tak ada keselamatan. Dalam sejarah kisah penciptaan tanpa seorang ibu juga keselamatan juga tak jalan.
Katolikana.com, Paniai – Pastor Dekan Dekenat Paniai, Sebastianus Maipaiwiyai Amamean, Pr, menyatakan bahwa dalam budaya suku Mee, tanpa seorang ibu tak ada keselamatan. Ini dikatakan ketika memberikan sambutan acara penutupan perayaan satu abad Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) yang diselenggarakan DPC St. Monika Paniai pada Minggu (28/7/2024) di Aula SKB Iyaitaka Paroki St. Yusuf Enarotali.
Dalam sambutannya, Pastor Sebastianus Maipaiwiyai Amamean, Pr mengatakan ibu-ibu sahabat hati yang saya muliakan, saya tak menyapa satu-satu dengan sapaan umum satu-satu seperti itu.
“Dalam budaya Suku Mee, tanpa seorang ibu tak ada keselamatan. Dalam sejarah kisah penciptaan tanpa seorang ibu juga keselamatan juga tak jalan, bahwa dasar kehidupan (Owapa Kabo) yang pertama itu ada dalam rahim seorang ibu, di awal karya penciptaan itu,” kata Pastor Sebastianus.
“Maka tugas yang amat mulia yang melekat pada seorang ibu adalah menjaga dan mengolah tungku api rahim kehidupan itu tetap hangat dan panas untuk dirimu, keluargamu, marga, kampung dan tanah juga negeri ini,” kata Pastor Sebastinus, melanjutkan.
Menurutnya, dunia ini semakin membingungkan, terlebih situasi yang terjadi di Tanah Papua, membutuhkan peran seorang ibu yang memberikan rasa teduh, nyaman, terutama di wilayah Meuwodide Papua.
“Untuk itu hari ini, kepada ibu-ibu yang mulia, janganlah stop tetapi terus bergerak untuk membawa keteduhan dari hati yang terdalam untuk kehidupan bagi semua ciptaan secara khusus manusia yang tinggal di negeri ini,” kata Pastor Sebastianus.
Di hadapan ratusan ibu-ibu Wanita Katolik Dekanat Paniai, dengan tegas, Pastor Sebastianus mengungkapkan bahwa peristiwa yang luar biasa saat perayaan satu abad WKRI ini, bahwa kisah hari ini menjadi Injil, kabar gembira bagi seorang ibu.
“Karena itu, kekuatan ini menjadi daya juang untuk kembali berbagi kisah gembira (idemana) untuk sahabat – sahabat di kampung. Ibu, cuma satu, rupa-rupa kelompok itu satu kekayaan, jangan dipakai untuk merusak ibu yang satu dan sama,” kata Pastor Sebastianus.
Secara khusus pertemuan perayaan satu abad ini menjadi makna penting, bahwa pertemuan saat ini akan berlanjut ke depan, dari WKRI punya sejarah tetapi Paniai juga punya sejarah.
“Aula SKB Iyaitaka ini menjadi tungku kehidupan ibu, punya sejarah. Maka hari ini menjadi satu kekuatan kita untuk kembali lagi, datang, berbicara dan mengolah tempat ini menjadi tempat perteduhan bagi semua kehidupan bersama dengan komisi keluarga dan perempuan bersama dengan pengurus SKB juga dengan kelompok ibu WKRI, Ibu Sosial,” kata Pastor Sebastianus.
“Kita berbicara baik-baik untuk tungku api Dekenat Paniai yang kita cintai ini,” lanjutnya.
Di akhir penutupan, ia menyampaikan pesan kepada para ibu, bahwa ibu pembawa kasih maka kita mengasih mulai dari diri kita, mengasihi diri sendiri, mengasihi suami dan anak-anak.
“Dengan sendirinya, ketika kita keluar dari rumah kasih itu tersebar ke mana pun di setiap perjumpaan. Setiap perjumpaan adalah keselamatan karena itu kabar gembira, kabar kebenaran ada dalam kehidupan kita,” ungkapnya.
Editor: Basilius Triharyanto
Kontributor Katolikana.com di Paniai, Papua. Lahir di Ibumaida, Paniai, tahun 1989. Penulis bekerja di Komisi Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan Paroki Kristus Sang Gembala (KSG) Wedaumamo, Keuskupan Timika. Ia juga aktif di organisasi Pemuda Katolik Komisariat Cabang di Kabupaten Paniai.