Kilas Balik: Pidato Paus Paulus VI untuk Presiden Indonesia
Saat kunjungan apostoliknya ke Indonesia pada 1970, Paus Paulus VI bertemu dengan Presiden Suharto. Kunjungan balasan yang berjarak enam tahun setelah Presiden Soekarno menemui Paus Paulus VI di Vatikan.
Katolikana.com, Jakarta — Kunjungan Paus Paulus VI adalah kunjungan apostolik perdana pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia ke Indonesia. Kunjungan pada 3-4 Desember 1970 itu telah menorehkan memori berharga bagi umat Katolik Indonesia maupun masyarakat Indonesia pada umumnya.
Perjalanan Paus Paulus VI ke Indonesia adalah bagian dari rangkaian kunjungan apostolik sepanjang sepuluh hari, pada November-Desember 1970. Dalam momen tersebut, Paus Paulus VI menyambangi delapan negara di Asia, Australia, dan Oseania,
Indonesia merupakan negara keenam yang dikunjungi oleh Paus Paulus VI dalam kunjungan apostolik kala itu. Secara berurutan, Paus datang ke Iran, Pakistan Timur (sekarang Bangladesh), Filipina, Samoa Barat (sekarang Samoa), Australia, Indonesia, Hong Kong (Cina), dan Ceylon (sekarang Sri Lanka).
Terkhusus bagi Indonesia, kunjungan Paus Paulus VI juga bisa dimaknai sebagai bentuk kunjungan balasan untuk Indonesia. Enam tahun sebelumnya, Presiden Soekarno menemui Paus Paulus VI saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Vatikan pada 12 Oktober 1964.
Dalam lawatannya ke Istana Negara untuk menemui Presiden Suharto, Paus Paulus VI menekankan bahwa ia umat Katolik di Indonesia sepenuhnya merupakan putra-putri yang setia kepada Indonesia. Ia meyakini umat Katolik dapat mengekspresikan imannya secara merdeka di Indonesia sembari memberikan kontribusi nyata kepada Indonesia melalui berbagai lembaga sosial.
Meskipun Gereja dan Negara berdiri di sisi yang berbeda, Paus juga percaya bahwa kolaborasi diantara keduanya sangat dimungkinkan untuk bisa mencapai tujuan bersama.
Seperti pidatonya di Gereja Katedral Jakarta, Paus Paulus VI kembali menyisipkan sepenggal kalimat penutup di bagian akhir pidatonya di Istana Negara dalam kalimat Bahasa Indonesia, “Sekian dan terima kasih.”
Tim Katolikana.com menerjemahkan dan menaikkan naskah ini dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Bapak Presiden,
Dengan penuh keyakinan, kami menerima undangan mendesak Anda untuk singgah di Jakarta. Sekalipun perjalanan ini panjang, kami ingin melakukannya, sebagai tanda penghargaan kami terhadap banyak orang, yang begitu kami sayangi, dan sebagai tanda penghargaan terhadap jalinan hubungan persahabatan secara resmi antara bangsa Indonesia dan Takhta Suci. Kepada Anda dan kepada anggota pemerintahan Anda, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan ramah yang kami terima di negara Anda.
Kami juga ingin menyampaikan kepada masyarakat Indonesia penghargaan kami atas dinamisme dan keinginan mereka untuk maju, serta rasa hormat kami terhadap tradisi spiritual mereka. Bukankah ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ sudah tertulis sebagai pembuka lima prinsip dasar kehidupan berbangsa Anda?
Karena jabatan kami, kami merasa sudah menjadi kewajiban kami untuk menyampaikan salam khusus bagi mereka yang menganut iman seperti iman kami, umat Katolik di Indonesia. Di bawah bimbingan para uskup mereka dan pastor Indonesia, dan dengan bantuan para misionaris yang layak, umat Katolik di negara ini menjalani hidup mereka, dengan setia pada prinsip-prinsip Kristiani yang mereka bagikan kepada semua saudara seiman di seluruh dunia dan juga kepada nilai-nilai yang dimiliki oleh budaya nasionalnya sendiri. Mereka adalah putra-putri Indonesia–sama setianya dengan semua orang–yang ingin bersama-sama membangun bangsa yang mampu menjamin kehidupan yang sesuai dengan harkat dan martabat mereka sebagai umat manusia. Walaupun Gereja Katolik meminta untuk dapat menyebarkan imannya dengan bebas dan melihat umatnya bebas melaksanakan kewajiban keagamaan mereka, dalam kerangka lembaga-lembaga yang dibentuk oleh Negara, pada saat yang sama Gereja juga ingin memberikan ekspresi yang jelas atas keyakinannya. dan kekagumannya terhadap nasib kemanusiaan dan agama bangsa Indonesia. Karena keinginannya yang sungguh-sungguh untuk memberikan kontribusinya terhadap pencapaian perkembangan integral manusia seutuhnya dan setiap manusia, maka ia menawarkan jasanya melalui berbagai lembaga sosialnya (Bdk. Populorum progresio, 42). Oleh karena itu, meskipun Gereja dan Negara tidak berada pada bidang yang sama–karena Negara mengejar tujuan-tujuan yang bersifat duniawi, sementara Gereja terutama memperhatikan peningkatan spiritual–kolaborasi yang membahagiakan antara keduanya adalah mungkin dan diinginkan, untuk kegiatan-kegiatan tersebut. keduanya saling melengkapi dan bekerja sama demi realisasi diri manusia seutuhnya dalam segala hal.
Kami berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memberkati Anda, para kolaborator Anda dalam kepemimpinan negara yang luas ini, dan seluruh rakyat Indonesia. Sekian dan terima kasih. (*)
Sumber: Vatican Archive
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.