SETARA Institute: Kunjungan Paus, Momentum Refleksikan Toleransi

Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia diharapkan dapat menghadirkan kekuatan untuk mendorong akselerasi elemen pemerintah dan inisiatif masyarakat untuk memajukan toleransi.

0 29

Katolikana.com – Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia diharapkan dapat menghadirkan kekuatan untuk mendorong akselerasi elemen pemerintah dan inisiatif masyarakat untuk memajukan toleransi. Kunjungan apostolik pimpinan umat Katolik sedunia itu juga diharapkan mendorong semua pihak untuk menjadikan kehadirannya  sebagai momentum untuk meningkatkan kepemimpinan toleransi.

Harapan itu disampaikan oleh SETARA Institute for Democracy and Peace, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang melakukan penelitian dan advokasi tentang demokrasi, kebebasan politik, dan hak asasi manusia, melalui siaran pers yang dikeluarkan di Jakarta, 4 September 2024.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dikenal dengan nama SETARA Institut itu menilia kunjungan dan perjalanan apostolik Paus Fransiskus di Indonesia sebagai kunjungan bersejarah. Lembaga ini juga menilai tema kunjungan yang diusung Paus merupakan tema yang luhur dan sangat relevan dengan kebinekaan Indonesia, yaitu iman-persaudaraan-belarasa.

“Kehadiran Paus di Indonesia merupakan momentum baik, bukan hanya untuk umat Katolik di Indonesia, namun bagi seluruh rakyat Indonesia,” demikian bunyi pembuka siaran pers yang ditandatangani oleh Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan.

Sebelumnya, pada bagian awal siaran persnya  SETARA Institute menyambut sangat baik dan mengucapkan “Selamat Datang” kepada Paus Fransiskus. Pihaknya juga berterimakasih kepada Paus Fransiskus yang memilih Indonesia sebagai salah satu tujuan perjalanan apostolik.

“Agenda-agenda pastoral beliau diharapkan akan bermakna bagi pemajuan toleransi dan hubungan baik antaragama di Indonesia,” demikian SETARA Institute.

Lembaga yang berkantor pusat di Jakarta itu juga mengharapkan, kunjungan Paus berdampak positif bagi perluasan pemahaman tentang toleransi dan harmoni antaragama di Indonesia. Kunjungan dan penerimaan baik dari seluruh unsur di Indonesia akan menjadi laboratorium yang baik bagi berbagai forum pemajuan toleransi di Indonesia, terutama dengan memperbanyak agenda-agenda perjumpaan lintas identitas keagamaan.

“Hal tersebut krusial untuk menekan diskriminasi dan pelanggaran kebebasan beragama/ berkeyakinan di Indonesia yang dalam satu dekade terakhir menunjukkan adanya stagnasi,” tegas SETARA. Dicontohkan bahwa studi terbaru Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (KBB) pada 2023 yang dilakukan SETARA, dari sisi jumlah peristiwa, tindakan, aktor, dan korban menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir, kita hanya berpindah dari satu stagnasi ke stagnasi yang lain.

Berkaitan dengan harapan kunjungan Paus akan mendorong akselerasi elemen pemerintah dan inisiatif masyarakat untuk memajukan toleransi, SETARA menjelaskan, masalah intoleransi di Indonesia bagi kelompok minoritas, secara umum, terletak pada dua lapisan masalah, yaitu di tingkat negara dan di tingkat masyarakat.

“Di tingkat negara, terdapat beberapa masalah utama, yaitu banyaknya peraturan yang intoleran dan diskriminatif di tingkat pusat dan daerah, tata kelola keragaman yang belum baik, kapasitas aparatur negara yang rendah dalam melindungi hak-hak kelompok minoritas, dan lemahnya proses penegakan hukum dalam kasus-kasus pelanggaran atas hak minoritas, terutama atas KBB,” jelas SETARA.

Sementara itu, lanjut siaran pers itu. di tingkat masyarakat, terdapat beberapa masalah kunci. Beberapa masalah kunci itu berupa literasi lintas agama yang rendah, meluasnya segregasi sekaligus menyempitnya ruang perjumpaan, menguatnya konservatisme, dan peningkatan kapasitas koersif warga untuk mengekspresikan intoleransi, diskriminasi, dan pelanggaran terhadap keyakinan agama. “Bahkan dalam bentuk kekerasan,” tegas SETARA .

Dalam kaitannya  dengan harapan menjadikan kunjungan Paus sebagai momentum untuk meningkatkan kepemimpinan toleransi, SETARA mengemukakan bahwa melalui studi Indeks Kota Toleran (IKT), LSM ini menyatakan te lah mendorong penguatan kepemimpinan sebagai “pengubah permainan” dalam praktik dan promosi toleransi di Indonesia.

“Caranya ialah dengan menguatkan ekosistem toleransi yang ditopang oleh kepemimpinan politik, kepemimpinan birokrasi, dan kepemimpinan Masyarakat,” tegas SETARA Institute mengakhiri siaran persnya.

 

Editor: JB Pramudya

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.