Katolikana.com — Setiap 1 November, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Pada hari tersebut, Gereja memperingati semua orang kudus yang telah mencapai kemuliaan abadi di surga, baik yang dikenal maupun tidak dikenal.
Perayaan ini mengingatkan kita bahwa panggilan menuju kekudusan bukanlah hak istimewa segelintir orang saja, melainkan panggilan bagi semua umat beriman. Bacaan hari ini dari Wahyu 7:2-4, 9-14, Mazmur 24, 1 Yohanes 3:1-3, dan Matius 5:1-12a memberikan panduan praktis dan spiritual bagi kita untuk memahami makna kekudusan ini dan bagaimana mencapainya.
Dalam bacaan pertama dari Kitab Wahyu, Yohanes melihat orang banyak yang tak terhitung jumlahnya berdiri di hadapan takhta Allah, mengenakan jubah putih yang telah dicuci dalam darah Anak Domba. Gambaran ini melambangkan mereka yang telah melalui penderitaan besar dan setia pada iman mereka.
Kekudusan tidak datang dengan mudah; sering kali, ini adalah hasil dari perjuangan dan pengorbanan dalam menjalani hidup yang setia kepada Kristus. Bacaan ini mengajarkan kita bahwa untuk mencapai kekudusan, kita harus siap menghadapi tantangan dan ujian dengan penuh ketekunan dan pengharapan.
Mazmur 24 menyatakan bahwa hanya mereka yang memiliki “tangan bersih dan hati murni” yang dapat berdiri di hadapan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa kekudusan dimulai dari kebersihan hati dan niat yang tulus. Kita dipanggil untuk hidup dengan integritas, menjaga kemurnian niat dalam segala hal yang kita lakukan.
Misalnya, seorang ibu yang merawat anak-anaknya dengan penuh kasih, seorang pekerja yang jujur dalam pekerjaannya, atau seorang siswa yang berusaha sungguh-sungguh dalam belajar—semua tindakan ini, jika dilakukan dengan niat tulus, adalah jalan menuju kekudusan.
Bacaan dari 1 Yohanes 3:1-3 mengingatkan kita akan identitas kita sebagai anak-anak Allah, suatu panggilan yang penuh kasih. Menjadi anak Allah berarti memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Namun, perjalanan menuju kekudusan ini bersifat dinamis dan penuh tantangan.
Setiap hari kita diundang untuk merenungkan bagaimana kita dapat semakin serupa dengan Kristus dalam sikap dan tindakan kita. Misalnya, seorang pekerja yang memilih untuk mengampuni rekan kerja yang berbuat salah atau seorang tetangga yang menunjukkan belas kasih kepada mereka yang kekurangan adalah contoh nyata dari upaya hidup kudus di dunia modern.
Injil hari ini, Matius 5:1-12a, memperkenalkan Sabda Bahagia, yang menjadi peta jalan menuju kekudusan. Yesus mengajarkan delapan berkat sebagai panduan hidup untuk mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan di surga. “Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, yang berhati murni, yang membawa damai, dan yang dianiaya demi kebenaran.”
Sabda Bahagia ini mengandung pesan yang sangat praktis, di mana kita dipanggil untuk meresapi dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika seseorang bersedia berkorban untuk membantu tetangganya yang sedang mengalami kesulitan, ia sedang menerapkan Sabda Bahagia “berbahagialah yang murah hati”. Atau ketika seorang guru memilih untuk tetap bersabar dan berlembut hati terhadap murid-murid yang sulit diatur, ia sedang hidup sesuai dengan Sabda Bahagia tentang lemah lembut.
Hari Raya Semua Orang Kudus tidak hanya merayakan kekudusan para santo dan santa yang dikenal luas, seperti Santa Teresa dari Kalkuta atau Santo Fransiskus dari Assisi, tetapi juga merayakan kekudusan yang tersembunyi dalam tindakan kecil. Misalnya, seorang ibu yang setiap hari bangun lebih awal untuk mendoakan keluarganya sebelum memulai hari, atau seorang petani yang bekerja keras demi menyediakan makanan bagi banyak orang, adalah bentuk kekudusan yang sering kali tidak terlihat.
Meskipun tindakan-tindakan ini kecil, namun jika dilakukan dengan cinta yang besar, ia memiliki nilai kekal di mata Tuhan.
Kekudusan adalah tentang kesetiaan dalam hal-hal kecil, sebagaimana diajarkan oleh Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menjalani “jalan kecil” menuju kekudusan. Ia berkata, “Lakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.”
Artinya, tidak perlu menunggu momen besar untuk berbuat baik; kita bisa memulai dari hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita. Misalnya, dengan tersenyum kepada orang yang kita temui, mendengarkan teman yang sedang kesulitan, atau menyapa tetangga dengan ramah, kita sedang berjalan di jalan kekudusan.
Penelitian dari Pew Research Center tentang spiritualitas dan kebahagiaan menunjukkan bahwa mereka yang terlibat aktif dalam kehidupan spiritual cenderung lebih bahagia dan merasa lebih puas dengan hidup mereka. Ini sejalan dengan ajaran Sabda Bahagia, di mana Yesus menegaskan bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dalam kekudusan dan hubungan yang erat dengan Tuhan.
Mereka yang hidup seturut Sabda Bahagia sering kali merasakan kedamaian batin yang mendalam, bahkan di tengah situasi sulit. Ini membuktikan bahwa kekudusan bukan hanya soal mencapai kesempurnaan moral, tetapi juga soal menemukan kebahagiaan sejati di tengah penderitaan duniawi.
Hari Raya Semua Orang Kudus juga mengingatkan kita akan pentingnya persatuan sebagai umat beriman. Kita dipanggil untuk membangun Gereja yang kokoh, di mana Yesus adalah batu penjuru yang mempersatukan kita. Persatuan ini penting, terutama di tengah perbedaan dan tantangan yang ada. Para orang kudus yang kita rayakan hari ini adalah saksi bahwa kekudusan mungkin dicapai oleh siapa saja yang mengandalkan rahmat Tuhan dan menjaga persatuan dengan sesama.
Mengapa peringatan ini penting bagi kita? Karena ini adalah undangan langsung bagi setiap umat untuk menapaki jalan kekudusan dalam hidup sehari-hari. Kita tidak perlu menunggu kondisi yang sempurna untuk memulai perjalanan ini; kita bisa memulai dari sekarang, di tempat di mana kita berada.
Beranilah hidup seturut Sabda Bahagia, meskipun kadang terasa sulit atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dunia. Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang di dunia, menghadirkan kasih dan kebenaran Kristus di mana pun kita berada.
Sebagai penutup, mari kita merenungkan panggilan kita sebagai anak-anak Allah dan memperbarui komitmen kita untuk hidup kudus setiap hari. Tidak perlu menunggu kesempatan besar atau pencapaian luar biasa, karena kekudusan sering kali tersembunyi dalam tindakan kecil yang dilakukan dengan cinta yang tulus. Mari kita ingat ajakan Yesus dalam Sabda Bahagia dan menempuh jalan kekudusan dengan penuh sukacita dan harapan, karena kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan di dalam-Nya.
Semoga peringatan Hari Raya Semua Orang Kudus ini menginspirasi kita untuk berkomitmen lebih dalam pada perjalanan menuju kebahagiaan kekal di surga bersama semua orang kudus. (*)
Penulis: Yulius Evan Christian, dosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Editor: Ageng Yudhapratama
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.