Hati dan Rumah Tuhan: Makna Pesta Pemberkatan Basilika Lateran

Basilika Santo Yohanes Lateran dikenal sebagai "ibu dan kepala semua gereja di Kota dan Dunia".

0 554

Katolikana.com — Setiap tanggal 9 November, Gereja Katolik merayakan Pesta Pemberkatan Basilika Santo Yohanes Lateran, yang dikenal sebagai “ibu dan kepala semua gereja di Kota dan Dunia.” Perayaan ini bukan sekadar memperingati bangunan fisik, tetapi lebih dalam, merayakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya dan persatuan seluruh Gereja Katolik.

Basilika Santo Yohanes Lateran, atau yang biasa disebut Basilika Lateran, yang didirikan pada abad ke-4 oleh Kaisar Konstantinus, adalah gereja katedral Paus di Roma dan simbol persatuan umat Katolik di bawah kepemimpinan Bapa Suci.

Bagaimana kita bisa mengambil makna dari perayaan ini dalam kehidupan sehari-hari? Bacaan hari ini dari Yehezkiel 47:1-2, 8-9, 12 atau 1 Korintus 3:9c-11, 16-17, Mazmur 46, dan Yohanes 2:13-22 memberikan petunjuk tentang pentingnya menjaga kesucian gereja, baik fisik maupun spiritual.

Bacaan pertama dari Yehezkiel 47 menggambarkan air yang mengalir dari Bait Suci dan menghidupkan seluruh dunia. Air ini melambangkan rahmat Tuhan yang membawa kehidupan dan kesegaran bagi segala sesuatu yang disentuhnya. Perayaan Basilika Lateran mengingatkan kita bahwa gereja adalah sumber rahmat yang mengalir dari Tuhan untuk seluruh umat manusia.

Gereja bukan hanya sekadar bangunan, melainkan pusat kehidupan rohani, tempat di mana umat merasakan kehadiran Tuhan dan memperoleh kekuatan rohani. Apakah hati kita juga menjadi saluran rahmat yang membawa kehidupan bagi sesama? Apakah tindakan dan kata-kata kita membawa pengharapan dan kedamaian bagi orang-orang di sekitar kita?

Bacaan kedua dari 1 Korintus 3:9c-11, 16-17 mengingatkan kita bahwa kita adalah “bait Allah” yang hidup, dan Roh Kudus berdiam dalam diri kita. Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah fondasi yang kokoh, di atas mana kita harus membangun kehidupan kita.

Dalam konteks Pesta Basilika Lateran, pesan ini menjadi sangat relevan karena mengingatkan kita bahwa Gereja adalah tubuh Kristus yang hidup, dan setiap dari kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kekudusannya. Bukan hanya bangunan fisik gereja yang harus dirawat, tetapi juga hati kita yang merupakan tempat kediaman Allah. Bagaimana kita merawat hati kita sebagai bait Allah? Apakah kita menjaga kesucian hati, memupuk kasih, dan menciptakan kedamaian di dalam diri kita?

Injil Yohanes 2:13-22 menampilkan peristiwa Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah. Dengan penuh kemarahan kudus, Yesus mengusir mereka yang menjadikan rumah Allah sebagai tempat berjualan. Tindakan ini adalah simbol penting tentang menjaga kesucian tempat ibadah. Yesus mengajarkan bahwa Bait Allah harus menjadi tempat doa, bukan tempat transaksi duniawi.

Sama halnya, hati kita sebagai bait Allah harus dijaga dari godaan duniawi yang bisa merusak kekudusan dan kehadiran Tuhan di dalamnya. Apakah kita sudah mengusir “pedagang-pedagang” dari hati kita, seperti keserakahan, kebencian, atau kepentingan diri sendiri yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan?

Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran juga memiliki makna yang mendalam bagi persatuan Gereja. Sebagai gereja utama Paus, Basilika Lateran menjadi lambang persatuan Gereja Katolik di seluruh dunia. Persatuan ini mencerminkan panggilan bagi setiap umat untuk bekerja sama dalam membangun tubuh Kristus. Baik melalui doa, pelayanan, maupun tindakan kasih.

Ini adalah panggilan bagi kita untuk melihat gereja, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai komunitas yang hidup dan aktif, di mana kasih dan kedamaian Tuhan dialami oleh setiap orang. Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan Gereja dan bekerja sama dalam mewujudkan misi Kristus di dunia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk merawat gereja fisik dan spiritual. Pertama, kita perlu menjaga dan merawat bangunan gereja sebagai tempat ibadah yang suci. Ini berarti berkontribusi dalam hal-hal kecil seperti menjaga kebersihan, menjadi sukarelawan dalam kegiatan gereja, atau mendukung renovasi dan pemeliharaan gereja lokal.

Misalnya, seorang umat di paroki pernah bercerita bahwa dengan berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan gereja, ia merasakan kedamaian batin yang mendalam dan merasa lebih terhubung dengan komunitas parokinya. Hal sederhana seperti ini adalah cara konkret untuk merawat gereja sebagai tempat tinggal Tuhan.

Kedua, kita dipanggil untuk merawat hati kita sebagai bait Allah yang hidup. Ini berarti menjaga kesucian hati dengan memupuk kasih, pengampunan, dan keadilan. Setiap kali kita memilih untuk mengasihi daripada membenci, mengampuni daripada mendendam, atau memberi daripada menerima, kita sedang merawat “bait Allah” di dalam diri kita.

Seorang rekan di komunitas doa berbagi pengalamannya tentang bagaimana, setelah menghadiri retret di Basilika Lateran, ia merasa terdorong untuk lebih banyak meluangkan waktu untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Pengalaman tersebut memberinya semangat baru untuk menjaga hati tetap murni dan terbuka bagi karya Roh Kudus.

Mengapa semua ini penting bagi kita? Karena Gereja bukan hanya bangunan, tetapi tubuh Kristus yang hidup, di mana setiap dari kita adalah anggota yang dipanggil untuk mencerminkan kasih Tuhan kepada dunia. Ketika kita merawat gereja fisik dan spiritual, kita tidak hanya menjaga tempat ibadah, tetapi juga menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini.

Menjaga kesucian gereja fisik berarti memastikan bahwa itu tetap menjadi tempat doa dan perjumpaan yang sakral dengan Tuhan. Menjaga hati sebagai bait Allah berarti hidup dengan integritas, menjaga kekudusan, dan membiarkan Roh Kudus bekerja melalui kita.

Sebagai penutup, mari kita merenungkan kembali panggilan kita sebagai “bait Allah” yang hidup. Apakah kita sudah menjaga kesucian hati dan hidup kita sebagai tempat kediaman Allah? Apakah gereja yang kita kunjungi benar-benar menjadi tempat di mana kita merasakan kehadiran Tuhan? Mari kita mulai dari hal-hal kecil, seperti doa harian, menjadi sukarelawan di gereja, atau mendengarkan teman yang membutuhkan.

Semoga Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran ini menginspirasi kita untuk lebih menghargai gereja sebagai tempat perjumpaan dengan Tuhan dan lebih menjaga hati kita sebagai tempat kediaman kasih-Nya yang sejati. (*)

 

Penulis: Yulius Evan Christiandosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.