Memuliakan Tuhan dengan Filsafat ala Santo Albertus Agung

Pada zamannya, banyak orang yang melihat filsafat sebagai ancaman terhadap iman Kristiani. Akan tetapi, Santo Albertus Agung, salah satu intelektual terbesar abad ke-13, justru meyakini bahwa filsafat bisa digunakan untuk memperjelas dan memperkaya teologi Kristen.

0 160

Katolikana.com — Setiap tanggal 15 November, Gereja Katolik memperingati Santo Albertus Magnus alias Albertus Agung. Ia merupakan seorang uskup dan Doktor Gereja yang dikenal sebagai salah satu intelektual terbesar pada abad ke-13.

Santo Albertus adalah sosok yang berhasil menggabungkan iman dan ilmu pengetahuan, mengajarkan bahwa keduanya tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi. Sebagai filsuf, teolog, dan ilmuwan, ia memberikan dasar intelektual yang kuat bagi Gereja dan berkontribusi besar dalam perkembangan pendidikan Kristen.

Bacaan hari ini dari 2 Yohanes 4-9, Mazmur 119, dan Lukas 17:26-37 mengajak kita merenungkan arti kebijaksanaan sejati, yang melampaui akumulasi pengetahuan dan selalu diarahkan untuk memuliakan Tuhan.

Dalam bacaan pertama dari Surat 2 Yohanes 4-9, Rasul Yohanes menekankan pentingnya kesetiaan pada kebenaran dan kasih. Ia mengingatkan umat untuk “tetap tinggal dalam ajaran Kristus” dan tidak tersesat oleh ajaran-ajaran lain yang menyesatkan. Santo Albertus Agung sangat mencerminkan pesan ini dalam hidupnya.

Sebagai seorang pemikir yang mendalam, ia berjuang untuk memastikan bahwa pengetahuan yang ia peroleh selalu selaras dengan iman yang benar. Albertus adalah salah satu dari sedikit cendekiawan pada zamannya yang melihat potensi filsafat Yunani, khususnya Aristoteles, untuk memperkaya teologi Kristen.

Meski mendapat kritik dari beberapa pihak yang menganggap filsafat sebagai ancaman bagi iman Kristiani, Albertus dengan tegas menunjukkan bahwa semua kebenaran, entah ditemukan melalui iman atau ilmu, berasal dari Tuhan. Apakah kita juga mencari kebenaran dengan tujuan yang sama—untuk mendekatkan diri pada Tuhan?

Mazmur 119 yang menjadi bacaan hari ini mengungkapkan kebahagiaan mereka yang hidup sesuai hukum Tuhan. Mazmur ini menyatakan, “Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan.” St. Albertus menemukan kebahagiaan yang sejati dalam mempelajari dan mengajar hukum Tuhan.

Baginya, kebijaksanaan bukan sekadar akumulasi pengetahuan, melainkan penerapan prinsip-prinsip ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Albertus selalu mengingatkan murid-muridnya bahwa kebijaksanaan sejati harus mengarah pada penyerahan diri yang lebih dalam kepada Tuhan dan pengabdian kepada sesama.

Misalnya, ia pernah menasihati Santo Thomas Aquinas, muridnya yang terkenal, untuk tetap rendah hati dan tidak membiarkan pengetahuan membawa kepada kesombongan. Mazmur ini mengajak kita untuk bertanya: Apakah pengetahuan yang kita miliki membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, atau justru menjauhkan kita dari-Nya?

Injil Lukas 17:26-37 menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi kedatangan Kristus. Yesus mengingatkan bahwa hari kedatangan-Nya akan datang tiba-tiba, seperti pada zaman Nuh dan Lot, ketika orang-orang sibuk dengan urusan duniawi dan melupakan persiapan rohani. Pesan ini sangat relevan dalam kehidupan Santo Albertus. Meskipun begitu aktif terlibat dalam studi duniawi, ia tidak pernah kehilangan fokusnya pada tujuan akhir, yakni persekutuan dengan Tuhan.

Albertus menekankan bahwa kebijaksanaan duniawi hanya memiliki nilai sejati jika digunakan untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan kekal. Ia mengajarkan bahwa mengejar ilmu pengetahuan tanpa perspektif kekal hanya akan membawa kesombongan dan kehampaan.

Apakah kita memiliki perspektif yang sama dengan Santo Albertus? Apakah kita menggunakan pengetahuan dan kebijaksanaan kita untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang abadi?

Santo Albertus Agung sendiri menghadapi banyak tantangan dalam misinya untuk mengintegrasikan iman dan ilmu pengetahuan. Pada zamannya, banyak orang yang melihat filsafat sebagai ancaman terhadap iman Kristiani. Akan tetapi, Albertus justru yakin bahwa filsafat bisa digunakan untuk memperjelas dan memperkaya teologi Kristen.

Albertus bahkan memainkan peran penting dalam memperkenalkan filsafat Aristotelian ke dalam ajaran Gereja, dengan penekanan bahwa semua kebenaran pada akhirnya berasal dari Tuhan. Albertus menunjukkan bahwa kebijaksanaan sejati adalah yang membantu kita memahami kebesaran Tuhan dengan lebih baik dan memperkuat iman kita.

Ia juga menekankan pentingnya kerendahan hati dalam mengejar ilmu pengetahuan. Baginya, pengetahuan yang sejati tidak membuat seseorang lebih sombong, melainkan lebih rendah hati di hadapan kebesaran Tuhan.

Bagaimana kita bisa meneladani Santo Albertus Agung dalam kehidupan sehari-hari?

Pertama, kita dipanggil untuk mengejar pengetahuan yang memuliakan Tuhan. Ini berarti mempelajari segala sesuatu dengan niat yang tulus untuk mengenal Tuhan lebih baik dan melayani sesama dengan lebih efektif. Misalnya, seorang mahasiswa dapat belajar dengan tekun, bukan hanya untuk mendapatkan nilai tinggi, tetapi juga untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam melayani masyarakat.

Kedua, kita dipanggil untuk memiliki perspektif kekal dalam setiap hal yang kita lakukan. Ini berarti kita tidak terjebak dalam kesibukan duniawi, tetapi selalu mengingat tujuan akhir hidup kita, yaitu persekutuan dengan Tuhan. Setiap hari, kita bisa menyediakan waktu untuk merenungkan firman Tuhan, berdoa, dan memeriksa hati kita apakah kita benar-benar hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Ketiga, kita dipanggil untuk mengintegrasikan iman dengan tindakan nyata. Santo Albertus menunjukkan bahwa pengetahuan tidak ada gunanya jika tidak diterapkan dalam kasih dan pelayanan kepada sesama. Misalnya, jika kita memiliki pengetahuan atau keahlian tertentu, kita bisa menggunakannya untuk membantu orang lain, entah itu dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelayanan gereja. Pengetahuan harus menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan, bukan hanya untuk kebanggaan pribadi atau prestasi duniawi.

Mengapa perayaan Santo Albertus Agung ini penting bagi kita? Karena ia mengingatkan bahwa kebijaksanaan sejati adalah tentang bagaimana kita menggunakan pengetahuan untuk mengenal Tuhan lebih dalam dan melayani sesama dengan kasih yang tulus. Albertus mengajarkan bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan dan harus diarahkan kembali kepada-Nya.

Ia menunjukkan bahwa mengejar kebijaksanaan tanpa iman akan menghasilkan kesombongan, sedangkan mengejar iman tanpa kebijaksanaan akan menghasilkan kebutaan spiritual. Keduanya harus berjalan beriringan agar kita dapat mencapai kebijaksanaan sejati yang membawa pada keselamatan.

Sebagai penutup, marilah kita merenungkan panggilan kita untuk mengejar kebijaksanaan sejati seperti yang diteladankan oleh Santo Albertus Agung. Mari kita meminta rahmat Tuhan agar diberi kebijaksanaan yang bukan hanya intelektual, tetapi juga spiritual, sehingga pengetahuan kita bisa membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan membantu kita melayani sesama dengan lebih baik.

Semoga perayaan ini menginspirasi kita untuk hidup dengan perspektif kekal, mengejar pengetahuan yang membawa pada kebenaran, dan mengintegrasikannya dalam tindakan kasih dan pelayanan sehari-hari.

 

Penulis: Yulius Evan Christiandosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.