Kasih dan Ketekunan dalam Doa: Teladan St. Margarita dari Skotlandia dan St. Gertrud

0 55

Katolikana.com — Setiap tanggal 16 November, Gereja Katolik merayakan dua tokoh luar biasa, St. Margarita dari Skotlandia dan St. Gertrud. Kedua santo ini hidup pada masa yang berbeda, tetapi berbagi semangat yang sama dalam kedermawanan dan ketekunan doa. Margarita, seorang ratu Skotlandia pada abad ke-11, dikenal karena dedikasi dan kasihnya yang mendalam kepada rakyatnya. Sementara itu, St. Gertrud dari Helfta, seorang mistikus abad ke-13, terkenal karena devosi mendalamnya kepada Hati Yesus dan ketekunan doanya. Bacaan hari ini dari 3 Yohanes 5-8, Mazmur 112, dan Lukas 18:1-8 mengajak kita untuk merenungkan kedermawanan, kesetiaan dalam doa, dan pengabdian kepada sesama dengan penuh kasih.

Dalam bacaan pertama dari 3 Yohanes 5-8, Rasul Yohanes memuji mereka yang setia dan dermawan dalam membantu saudara-saudara seiman. Yohanes mengatakan, “Engkau melakukan suatu pekerjaan yang baik, yaitu apa yang engkau kerjakan bagi saudara-saudara seiman.” Pesan ini sangat relevan dengan kehidupan St. Margarita dari Skotlandia. Sebagai ratu, Margarita menggunakan kekuasaannya untuk membantu orang miskin, memperbaiki kehidupan rakyatnya, dan membangun gereja-gereja. Margarita dikenal sangat murah hati dan sering kali mendistribusikan makanan serta pakaian kepada mereka yang kelaparan dan kedinginan. Ada sebuah kisah yang terkenal tentang Margarita yang secara rutin membagikan makanan dari dapurnya sendiri kepada anak-anak miskin. Ia bahkan mencuci kaki para pengemis sebagai tanda kerendahan hati dan pelayanan. Apakah kita juga memiliki semangat yang sama? Apakah kita bersedia menggunakan apa yang kita miliki untuk melayani sesama, meskipun itu berarti kita harus mengorbankan kenyamanan pribadi?

Mazmur 112 hari ini menekankan bahwa berkat Tuhan diberikan kepada mereka yang hidup dengan takut akan Tuhan dan penuh belas kasih. “Orang benar tidak pernah goyah; ia akan diingat selama-lamanya.” St. Margarita dan St. Gertrud adalah contoh hidup dari prinsip ini. Margarita adalah seorang pemimpin yang berpegang teguh pada ajaran iman dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap keputusan yang diambilnya. Reformasi moral yang diadakannya di Skotlandia menunjukkan bagaimana ia berusaha menjadikan iman sebagai dasar kehidupan rakyatnya. Di sisi lain, St. Gertrud menemukan kebahagiaan sejati dalam persatuan yang mendalam dengan Tuhan melalui doa dan meditasi. Sebagai seorang mistikus, Gertrud mengalami penglihatan yang menggugah tentang kasih dan kerahiman Tuhan, terutama melalui devosi kepada Hati Yesus. Apakah hidup kita juga mencerminkan hukum Tuhan? Apakah kita mencari kebahagiaan yang sejati dalam ketakutan akan Tuhan dan kasih-Nya?

Injil Lukas 18:1-8 hari ini menekankan pentingnya ketekunan dalam doa. Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang janda yang terus-menerus memohon keadilan kepada seorang hakim yang tidak takut akan Allah. Meskipun pada awalnya hakim itu enggan, akhirnya ia mengabulkan permintaan janda tersebut karena keteguhannya. Yesus kemudian mengakhiri perumpamaan ini dengan pertanyaan yang menantang: “Jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” St. Gertrud adalah contoh sempurna dari ketekunan ini. Doanya yang konstan dan hubungannya yang mendalam dengan Tuhan menginspirasi banyak orang untuk memperdalam devosi kepada Hati Kudus. Gertrud pernah mengalami penglihatan tentang Hati Yesus yang menyala dengan api kasih yang tak terhingga. Dalam penglihatannya itu, ia merasakan panggilan untuk terus berdoa dengan penuh harapan, meskipun tidak selalu mendapatkan jawaban yang segera. Apakah kita juga berdoa dengan ketekunan yang sama? Apakah kita terus berharap dan percaya pada kasih Tuhan, meskipun doa-doa kita belum terjawab?

St. Margarita dari Skotlandia dan St. Gertrud mengajarkan kita tentang arti pengabdian yang sejati dalam bentuk kasih kepada sesama dan kesetiaan dalam doa. Margarita, sebagai seorang ratu, menunjukkan bahwa kekuasaan harus digunakan untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Ia memperkenalkan kebiasaan doa di istana, merawat orang sakit, dan mengadakan reformasi moral yang memperkuat iman rakyatnya. Di sisi lain, Gertrud menunjukkan bahwa doa yang setia dapat membawa kita pada persatuan yang mendalam dengan Tuhan. Doanya yang konstan dan devosinya kepada Hati Yesus menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang intim dengan Tuhan.

Bagaimana kita bisa meneladani kedua santo ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita dipanggil untuk berbagi dengan sesama, seperti yang dilakukan oleh St. Margarita. Misalnya, kita bisa mulai dengan hal sederhana seperti menyumbangkan makanan, pakaian, atau bahkan waktu kita kepada mereka yang membutuhkan. Kedermawanan tidak selalu tentang memberi yang besar, tetapi tentang memberi dengan tulus. Misalnya, Anda bisa berbagi makanan dengan tetangga yang membutuhkan atau mendengarkan seorang teman yang sedang kesulitan dengan penuh perhatian.

Kedua, kita dipanggil untuk setia dalam doa, seperti yang dicontohkan oleh St. Gertrud. Doa bukan hanya tentang meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi juga tentang mendengarkan dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Kita bisa memulai dengan menyediakan waktu khusus setiap hari untuk berdoa, meskipun hanya beberapa menit. Ketekunan dalam doa adalah tanda iman yang hidup, yang mempercayai kasih Tuhan bahkan ketika hasilnya tidak segera terlihat.

Ketiga, kita dipanggil untuk hidup dengan integritas dan mengikuti hukum Tuhan, seperti yang diteladankan oleh St. Margarita. Ini berarti hidup dengan jujur, adil, dan penuh kasih dalam setiap situasi, baik di tempat kerja, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, kita bisa berusaha untuk selalu berkata jujur, tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain, dan selalu mengedepankan kebaikan bersama.

Mengapa perayaan St. Margarita dari Skotlandia dan St. Gertrud ini penting bagi kita? Karena mereka menunjukkan bahwa kesetiaan dan kedermawanan bukan hanya panggilan bagi mereka yang berkedudukan tinggi, tetapi juga bagi setiap orang Kristen. Margarita mengajarkan bahwa kekuasaan adalah sarana untuk melayani, sementara Gertrud menunjukkan bahwa hubungan yang mendalam dengan Tuhan adalah dasar dari pengabdian yang sejati. Kedua santo ini mengajarkan bahwa hidup yang diberkati adalah hidup yang berakar pada kasih dan doa.

Sebagai penutup, mari kita merenungkan panggilan kita untuk hidup dengan kedermawanan dan kesetiaan, seperti yang diteladankan oleh St. Margarita dan St. Gertrud. Mari kita meminta rahmat Tuhan agar diberi hati yang penuh kasih, tangan yang siap membantu, dan iman yang teguh dalam doa. Semoga perayaan ini menginspirasi kita untuk menjadi saluran kasih Tuhan di dunia, melalui tindakan nyata dan doa yang penuh pengharapan. (*)

 

Penulis: Yulius Evan Christiandosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.