Hari Noken dan Hak Asasi Manusia

Pemajuan Budaya untuk Masa Depan Papua

0 121
Titus Pekei

Katolikana.com—Momentum peringatan Hari Noken pada 4 Desember 2024 dan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) pada 10 Desember 2024 adalah pengingat akan pentingnya penghormatan terhadap budaya masyarakat adat Papua dalam konteks HAM.

Dua momen ini memberikan kesempatan untuk merenungkan relevansi budaya noken sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat Papua dan kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan.

Noken bukan sekadar tas anyaman khas Papua. Ia adalah simbol identitas, kearifan lokal, dan hubungan harmonis masyarakat adat dengan alam dan leluhur. Di dalamnya terkandung makna mendalam tentang cinta, perdamaian, dan penghormatan kepada manusia serta lingkungan.

Pengakuan UNESCO pada 4 Desember 2012 yang menetapkan noken sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia merupakan pengakuan global atas nilai-nilai ini.

Sebagai warisan budaya yang memerlukan perlindungan mendesak, noken adalah wujud nyata dari kreativitas dan nilai-nilai masyarakat adat Papua yang berakar pada kearifan lokal di tujuh wilayah adat Papua. Sebutan noken pun beragam, mencerminkan keberagaman budaya Papua, seperti holomboy di wilayah Mamta, rota di Saireri, kiwok di Domberai, hingga men di wilayah Anim-ha, Lapago, dan Mepago.

Namun, noken kini menghadapi risiko kepunahan akibat minimnya regenerasi dan tekanan modernisasi. Bagi masyarakat adat Papua, melindungi noken berarti melestarikan warisan leluhur yang menyatukan manusia, bumi, dan langit.

Hak atas Budaya dan Identitas

Hari HAM Internasional yang diperingati setiap 10 Desember mengingatkan kita pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948, yang menegaskan hak dasar setiap individu, termasuk hak atas budaya dan identitas.

Dalam konteks Papua, penghormatan terhadap budaya noken adalah bagian dari upaya menghormati hak masyarakat adat untuk melestarikan, mengembangkan, dan mendapatkan manfaat dari warisan budaya mereka.

Melestarikan noken bukan hanya tentang melindungi benda budaya, tetapi juga melibatkan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat untuk menjaga tanah, hutan, dan lingkungan hidup mereka. Hak atas budaya tidak dapat dipisahkan dari hak atas tanah dan sumber daya alam yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Papua.

Pemajuan budaya noken adalah tanggung jawab bersama yang harus dimulai sekarang. Noken bukan hanya warisan masa lalu; ia adalah bagian penting dari masa depan masyarakat Papua.

Pelestarian dan pengembangan noken secara berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan, memberdayakan perempuan Papua, dan menciptakan peluang ekonomi melalui industri kreatif berbasis budaya lokal.

Selain itu, upaya melestarikan noken juga mendukung pelestarian lingkungan. Penggunaan bahan alami dalam pembuatan noken sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang mendukung keseimbangan ekosistem. Untuk itu, generasi muda Papua harus didorong untuk mengambil peran aktif dalam menjaga warisan budaya ini.

Namun, pemajuan budaya noken tidak akan berhasil tanpa langkah konkret. Perlu ada program edukasi, dukungan kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat adat untuk memastikan noken tetap hidup di tengah gempuran modernitas.

Aneka Jenis Noken

Sinergi Hari Noken dan HAM

Menghubungkan Hari Noken dan Hari HAM memberikan pesan kuat tentang pentingnya melindungi hak-hak masyarakat adat dan memajukan budaya mereka. Dalam konteks Indonesia, penghormatan terhadap budaya Papua adalah langkah penting menuju harmoni sosial dan keadilan.

Dengan menjadikan budaya noken sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, kita tidak hanya melindungi warisan budaya, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Hari Noken dan Hari HAM adalah pengingat bahwa budaya adalah bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilestarikan. Dengan memadukan prinsip-prinsip HAM dan pemajuan budaya noken, kita dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang menghormati lingkungan, memberdayakan masyarakat, dan menjaga identitas budaya Papua.

Mari jadikan noken sebagai simbol persatuan dan komitmen bersama untuk masa depan yang lebih baik. Dalam semangat ini, kita tidak hanya melestarikan noken sebagai warisan budaya, tetapi juga memperkuat jati diri dan kesejahteraan masyarakat Papua. (*)

Penulis: Titus Pekei, Peneliti, Akademisi, dan Budayawan Papua

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.