Mgr. Yohanes Harun Yuwono: Momen Tahun Yubileum untuk Menguatkan Komunitas Basis Gereja Katolik Keuskupan Agung Palembang

Tahun Yubileum 2025 Keuskupan Agung Palembang dengan menetapkan Arah Dasarnya dengan fokus pada penguatan komunitas basis gereja.

0 211

Katolikana.com, Palembang – Bertempat di Gereja Katedral Santa Maria Jalan Dr Sutomo Palembang. Keuskupan Agung Palembang memulai tahun 2025 sebagai Tahun Belas Kasih Tuhan dan Tahun Yubileum  diadakan Misa Perdamaian dan juga pembukaan Tahun Yubileum, yang dipimpin oleh Mgr Yohanes Harun Yuwono pada Rabu, 1 Januari 2025 pukul 17.00 WIB.

Tahun Yubileum dalam tradisi Katolik adalah perayaan istimewa yang dilaksanakan setiap 25 tahun sekali sebagai bagian dari tradisi pengampunan dosa dan pembebasan. Tahun Yubileum diadakan pada tahun yang kelipatan 25, dimulai sejak tahun 1300 pada masa Paus Bonifasius VIII.

Dalam perayaan ini, gereja memberikan kesempatan bagi umat untuk mendapatkan indulgensi (pengampunan dosa) sebagai bentuk rahmat dan kesempatan untuk pembaruan rohani. Tahun Yubileum yang 2025, yang menandakan 25 tahun sejak Tahun Yubileum yang terakhir yang diadakan pada tahun 2000 oleh Paus Yohanes Paulus II. Tahun ini akan menjadi momen khusus dalam Gereja Katolik.

RD Agustinus Giman dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa harapan juga menjadi pesan utama yubileum, dilaksanakan  setiap 25 tahun sekali. Berpikir bahwa semua calon peziarah yang datang ke Roma untuk menikmati tahun suci dan  kepada semua orang yang tidak dapat mengunjungi kota Rasul Petrus dan Paulus, dapat merayakannya di gereja lokal. Yubileum ini menjadi momen perjumpaan pribadi yang sejati dengan Tuhan Yesus, pintu keselamatan kita yang senantiasa diteruskan oleh gereja di berbagai tempat dan untuk semua orang sebagai pengharapan kita.

Setiap orang pasti memahami arti di dalam hati mereka, yaitu sebuah harapan yang tumbuh  sebagai keinginan akan hal-hal baik yang akan datang, meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, ketidakpastian yang menyertai masa depan  sering kali menimbulkan perasaan yang saling bertentangan. Dari rasa percaya diri yang tinggi hingga kekhawatiran, dari ketenangan hingga kecemasan, dari keyakinan yang teguh hingga keraguan. Tak jarang kita menemui orang-orang yang merasa putus asa, pesimis, dan sinis terhadap masa depan, seakan-akan tidak ada yang dapat membawa kebahagiaan.

 

Mgr. Yohanes Harus Yuwono, Uskup Keuskupan Agung Palembang memimpin misa pembuka Tahun Yubileum di Katedral Palembang pada 1 Januari 2025. Foto: Andreas Daris

 

Semoga tahun Yubileum ini menjadi momen untuk memperbaharui harapan.  Firman Tuhan dapat membantu kita menemukan alasan untuk harapan tersebut  dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup kita. Kita kembali kepada pesan yang ingin disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma: pengharapan lahir dari cinta, yang bersumber dari kasih Yesus yang tertikam di kayu salib. Jika pada saat kita masih menjadi musuh Allah, kita diperdamaikan melalui kematian Anak-Nya, maka sudah tentu kita yang kini telah diperdamaikan, akan diselamatkan oleh hidup-Nya.

Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam homilinya, menyampaikan pesan dari Bapa Suci yang mengajak kita merayakan Tahun Yubileum 2025 dengan mengusung tema komunitas basis, yang menjadi fokus Keuskupan Agung Palembang tahun ini. Dan mengajak semua untuk bersama-sama berjalan menuju masa depan yang lebih baik. Kita semua mengetahui bahwa Gereja universal akan merayakan Tahun Yubileum ini, yang telah dibuka oleh Bapa Suci pada 24 Desember lalu dan akan berakhir pada 6 Januari 2026.

Melalui Misa Perdamaian, setiap tanggal 1 Januari tradisi yang telah menjadi kebiasaan kita setiap tahun di Keuskupan Agung Palembang. Tema  Tahun  Yubileum  2025 adalah “Space Non  Confounded,”  yang  berarti harapan  tidak  akan  mengecewakan. Terlebih tahun 2025, Keuskupan Agung Palembang  berada dalam Tahun Ardas Ketiga Komunitas Basis Gerejawi (KBG),  yang  memberi  kita kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan gereja dan masyarakat.

“Tidak ada seorang pun yang boleh bersembunyi, terasing, atau diasingkan. Semua orang yang dibaptis, dengan karisma dan pelayanannya masing-masing, memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa setiap  tanda  harapan  memberi  kesaksian akan kehadiran Allah di dunia,” katanya.

Tahun Yubileum dan Indulgensi  

Tahun Yubileum dengan tema pengharapan ini disertai seruan untuk pertobatan dan pengakuan dosa, yang juga menawarkan indulgensi. Bapa Suci menegaskan bahwa Sakramen Tobat meyakinkan kita bahwa Allah menghapuskan dosa-dosa kita, dan kita merasakan kekuatan serta penghiburan dari kata-kata pemazmur.

Sakramen rekonsiliasi bukan hanya anugerah rohani yang luar biasa, tetapi juga merupakan langkah penting dan sangat diperlukan dalam perjalanan iman kita. Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengenal Tuhan selain membiarkan-Nya mendamaikan kita dengan diri-Nya, serta menikmati pengampunan yang diberikan-Nya.

Indulgensi dapat diperoleh untuk orang yang masih  hidup  maupun  yang telah meninggal,  baik  untuk  diri sendiri maupun  untuk  orang lain yang didoakan.  Salah  satu  cara untuk menerima indulgensi adalah dengan melakukan ziarah  ke Basilika Kepausan di Roma atau mengunjungi pintu suci di setiap Gereja Katedral dan tempat ziarah yang ditentukan oleh Uskup Diosesan.

Prosesi Misa Tahun Yubileum di Keuskupan Agung Palembang pada Rabu (1/1/25). Foto: Andreas Daris

Di Keuskupan Agung Palembang, pintu suci ditetapkan di beberapa lokasi:  pintu utama Katedral Santa Maria, pintu Via Crucis Sukamoro Banyuasin, serta pintu Gereja utama di masing-masing  Dekanat.  Dengan adanya lima Dekanat, berarti terdapat lima pintu suci yang bisa dikunjungi dalam Keuskupan kita.

Selain melakukan ziarah, tentu ada syarat lain yang harus dipenuhi, seperti menerima sakramen tobat dan sakramen ekaristi, serta mengucapkan pengakuan iman dan doa bagi Bapa Suci beserta niatnya demi kebaikan gereja dan dunia.

Bagi mereka yang tidak dapat melakukan ziarah ke pintu suci, misalnya karena sakit atau alasan lainnya, indulgensi tetap bisa diterima dengan menjalani hidup yang penuh iman dan harapan, menerima komuni, merayakan ekaristi, atau berdoa baik secara pribadi maupun bersama. Indulgensi juga dapat diberikan kepada mereka yang telah meninggal dunia.

“Tahun Yubileum dan KBG menjadi tema dari Ardas Keuskupan kita, dan dalam surat gembala saya menyatakan bahwa KBG merupakan cara baru  dalam  berkehidupan  Gereja,  berbeda  dari  cara  yang  lama,” kata Mgr. Harun Yuwono.

Ia menegaskan bahwa cara lama mencerminkan Gereja yang pasif, terpusat pada pastor, dan tidak mandiri, Gereja yang hanya jadi penonton dan berdiam diri. Sementara itu, cara baru  menunjukkan cara untuk mengekspresikan iman yang dinamis, di mana umat Allah sebagai komunitas beriman terlibat aktif dalam perjalanan hidup  Gereja  dan  masyarakat.

“Di dalam dimensi spiritual, moral, dan sosial, KBG dapat mendorong umat untuk secara rutin melaksanakan doa bersama.  Kegiatan  berbagi Injil dan berbagi iman akan saling menjaga dan memperkuat satu sama lain, serta saling mengingatkan untuk hidup dalam kebenaran, keadilan, dan kejujuran sebagai saksi-saksi Kristus,” ungkapnya lagi.

Editor: Basilius Triharyanto

Pensiunan pendidik di SD Xaverius 2 Palembang, mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi di universitas Bina Darma Palembang, dan Sekretaris ISKA Palembang

Leave A Reply

Your email address will not be published.