Salatiga, Katolikana.com – Yayasan Kanisius Cabang Surakarta mengirimkan 65 guru dari berbagai jenjang pendidikan untuk mengikuti Pelatihan Pertanian dan Kelestarian Alam di Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga, Jawa Tengah.
Pelatihan ini dilakukan dalam semangat menanggapi seruan Paus Fransiskus dalam Laudato Sì untuk merawat bumi sebagai rumah bersama, serta menjawab Preferensi Apostolik Universal (UAP) Serikat Yesus tentang perlindungan dan pembaruan ciptaan,
Pelatihan terbagi dalam dua gelombang, masing-masing pada 25–26 April dan 2–3 Mei 2025, dan diikuti oleh guru-guru dari TK, SD, SMP, hingga SMA yang berada di bawah naungan Yayasan Kanisius.
Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga menjadi wahana pendalaman spiritualitas ekologis dan penguatan metode pembelajaran bermakna (meaningful learning).
Menanamkan Pembelajaran Bermakna Melalui Lingkungan Hidup
Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Pater Joseph MMT Situmorang SJ, menekankan bahwa pelatihan ini sejalan dengan arah pendidikan Kanisius yang menumbuhkan karakter peduli lingkungan dan spiritualitas ekologis.
Dalam rapat pembinaan sebelumnya, ia menegaskan pentingnya pengulangan sebagai inti pembelajaran: “Repetitio est mater studiorum” – pengulangan adalah ibu dari pembelajaran.
Hal ini menjadi dasar kuat bagi guru untuk membentuk kebiasaan cinta lingkungan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
“Pembelajaran bermakna akan terjadi ketika siswa tidak sekadar menghafal, tetapi mengalami langsung proses belajar melalui keterlibatan nyata dengan alam dan komunitasnya,” ujar Pater Joseph.
KPTT Salatiga: Lembaga Edukasi dan Spiritualitas Ekologis
Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga adalah lembaga pelatihan yang sejak 1965 telah berdedikasi dalam membentuk petani berwawasan luas dan insan yang peduli terhadap lingkungan.
Di bawah pengelolaan Yayasan “Taman Tani” milik Serikat Yesus, KPTT menggabungkan pendekatan ilmiah, spiritual, dan praktis dalam pendidikan pertanian dan kelestarian lingkungan.
Selama dua hari pelatihan, para guru Kanisius mendapatkan pembekalan dalam berbagai materi seperti spiritualitas manusia ekologis, pertanian terpadu berkelanjutan, pembuatan media tanam, pengenalan nutrisi tanaman dan larutan Hoagland, serta praktik langsung penanaman dan overplanting.
Membentuk Guru Sebagai Inspirator dan Agen Perubahan
Selain praktik lapangan, para peserta diajak untuk merefleksikan kembali makna hidup manusia sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan.
Pelatihan ini bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga transformasi kesadaran. Guru sebagai pendidik tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga inspirator perubahan dan pendamping pertumbuhan spiritual siswa.
“Kesadaran ekologis bukan sekadar pelajaran di ruang kelas. Ia harus menjadi gaya hidup yang ditumbuhkan sejak dini, termasuk melalui program tematik di sekolah yang memanfaatkan lahan sekolah maupun rumah untuk kegiatan pertanian, konservasi, dan praktik keberlanjutan lainnya,” ujar salah satu fasilitator dari KPTT.
Dampak dan Harapan ke Depan
Dengan pelatihan ini, para guru diharapkan mampu menyusun proyek-proyek pembelajaran tematik berbasis pertanian dan kelestarian alam di sekolah masing-masing.
Mereka juga didorong untuk memfasilitasi murid dalam memanfaatkan lahan sekolah dan lingkungan rumah secara produktif dan lestari.
Pelatihan ini tidak hanya menyasar aspek kognitif, tetapi juga afektif dan spiritual, dengan harapan membentuk generasi baru yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka terhadap tanggung jawab ekologis dan sosial.
Melalui langkah ini, Yayasan Kanisius menegaskan komitmennya untuk hadir sebagai kekuatan pembaruan dalam dunia pendidikan Katolik, yang berpihak pada kehidupan, alam, dan masa depan bersama. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta