Medan, Katolikana.com — Dalam rangka menyambut 140 tahun kehadiran dan karya pelayanan di Indonesia, Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih (SCMM) memperkenalkan diri kepada umat Paroki Santa Maria Ratu Rosari, Tanjung Selamat, Medan.
Kegiatan ini berlangsung pada Minggu (15/6/2025) di Aula Heribertus lantai 2, dan dihadiri sekitar 200 umat dari berbagai kalangan, termasuk Orang Muda Katolik (OMK).
Acara bertema “SCMM Berziarah Bela Kasih Membangun Pengharapan untuk Memulihkan Keretakan” ini bertujuan menyosialisasikan kehidupan religius dan karya pelayanan Kongregasi SCMM Provinsi Indonesia, serta mendorong kaum muda untuk mengenal lebih dekat panggilan hidup membiara.
Pastor Paroki Apresiasi Kehadiran SCMM
Pastor Paroki Tanjung Selamat, RP Aaron Taogo’aro Waruwu, OSC, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran para suster SCMM di parokinya. Ia menilai kehadiran mereka menjadi warna tersendiri dalam kehidupan pastoral dan sosial umat.
“Saya mengajak kaum muda untuk tidak takut menanggapi panggilan hidup membiara. Gereja membutuhkan imam dan biarawan-biarawati yang hadir dan melayani umat dengan kasih,” ujar Pastor Aaron.
Ia juga menghimbau orang tua untuk turut mendorong anak-anaknya membuka diri pada panggilan hidup religius.

Mengenal Lebih Dekat Kongregasi SCMM
Sesi sosialisasi diawali oleh Sr. Fernanda Sinaga, SCMM, yang memaparkan sejarah dan semangat dasar Kongregasi SCMM, yang didirikan oleh Pastor Joannes Zwijsen di Belanda pada 1832.
Enam suster pertama tiba di Padang pada 12 Juli 1885 dan menetap di Biara Santo Leo, memulai misi pelayanan di bidang pendidikan dan sosial.
Sr. Fernanda menjelaskan bahwa SCMM hadir untuk mewujudkan cinta melalui belas kasih, dengan fokus pada pendidikan, pelayanan kesehatan, sosial, pastoral, dan pendampingan kelompok rentan seperti anak yatim, lansia, dan komunitas penderita kusta.
“Cinta melalui belas kasih bukan sekadar slogan, tapi menjadi identitas spiritual kami dalam melayani mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir,” tutur Sr. Fernanda.
Ia juga menegaskan bahwa sejak tahun 1975, SCMM Indonesia telah menjadi provinsi mandiri, dengan kepemimpinan penuh oleh para suster WNI.
Sejak 2001, SCMM Indonesia sepenuhnya dijalankan oleh suster-suster asal Indonesia, menyebar di berbagai keuskupan seperti Medan, Padang, Jakarta, Banjarmasin, Denpasar, Sibolga, Maumere, dan Weetabula.

Aksi Panggilan dan Ajakan Bagi Kaum Muda
Dalam sesi tanya jawab, umat yang hadir antusias menanyakan banyak hal terkait kehidupan membiara, keseharian para suster, serta proses untuk bergabung dalam kongregasi.
Suster Margaretha Gultom, SCMM — yang pernah menjabat sebagai Provinsial SCMM Indonesia periode 2001–2010 — menekankan bahwa kegiatan ini sekaligus merupakan ajakan panggilan bagi kaum muda.
“Kami ingin memperkenalkan kehidupan membiara sebagai salah satu jalan hidup yang indah dan bermakna. Kaum muda perlu melihat bahwa menjadi biarawan atau biarawati adalah panggilan untuk mencintai dan melayani tanpa pamrih,” ujarnya.
Kegiatan ini dimeriahkan dengan penampilan atraksi seni dari para suster, seperti tarian dan lagu-lagu rohani, yang menambah kehangatan suasana sekaligus mempererat kedekatan dengan umat.
Menjadi Terang dan Kasih di Tengah Dunia
Kongregasi SCMM, melalui kegiatan ini, ingin terus menyapa dan mendampingi umat, terutama kaum muda, agar semakin terbuka terhadap panggilan hidup religius. Spiritualitas “Cinta melalui Belaskasih” yang menjadi karisma SCMM diharapkan dapat terus mewarnai karya pelayanan mereka di tengah masyarakat.
“Dalam situasi dunia yang penuh ketidakpastian dan keretakan, kita semua dipanggil untuk menjadi tanda kasih dan pengharapan. Itulah yang ingin kami hadirkan,” tutup Sr. Fernanda. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.