Budidaya Maggot Untuk Selamatkan Lingkungan Hidup

Maggot atau belatung dari lalat Black Soldier Fly (BSF) ternyata punya banyak manfaat untuk lingkungan.

0 782

Katolikana.com—Jefri Nainggolan mengawali ide budidaya maggot ini sejak awal masa pandemi Covid-19. Sebagai salah pengurus di Paroki Gereja Santo Arnoldus Janssen Bekasi ia terdorong untuk menginisiasi budidaya maggot.

“Saya menjabat sebagai Seksi Lingkungan Hidup di Paroki. Jadi saya ingin mengajak umat untuk mengolah sampah karena untuk melakukan hal itu banyak caranya,” ucapnya.

Jefri mengajak umat paroki untuk mengetahui manfaat pengelolaan sampah karena sampah-sampah organik yang berasal dari sampah rumah tangga banyak tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir.

Jefri Nainggolan pembudidaya Maggot dari Paroki Santo Arnoldus Janssen Bekasi. Foto: Istimewa

Proses Budidaya Maggot

Menurut Jefri, maggot ini awalnya ia ambil dari telur yang ia beli di pasar. Di wilayahnya telah tersedia koperasi khusus untuk budidaya maggot dengan nama BSF. Ternyata sudah banyak orang yang melakukan budidaya maggot.

Saat proses pemecahan telur lalat hitam, ia menaruh telur di sebuah wadah, lalu menunggu hingga telur menetas. Ia memperhatikan proses tersebut secara seksama.

Sebagai seorang pelaku budidaya maggot, ia harus mengetahui masa hidupnya lalat, dari telur sampai telur lagi.

Lalat ini, menurut Jefri, memiliki keunikan yang sangat berbeda dengan lalat yang biasanya dijumpai.

“Anehnya ini lalat, dia tidak membawa penyakit karena lalatnya tidak punya mulut,” katanya.

Menurut Jefri, lalat hitam atau black soldier fly tidak memerlukan makanan.

“Lalat ini berdasarkan pengamatan tidak hinggap di tempat sampah atau tempat yang berbau. Ia hanya menghampiri bau dari buah, fermentasi, dan lain-lain,” ujar Jefri.

Jefri menambahkan, selain keunikan dari segi fisik, ternyata lalat hitam hanya memiliki umur selama 7-10 hari saja dan akan mati.

Lalat hitam juga memiliki ciri khas perkawinan yang unik dan jarang diketahui oleh banyak orang.

“Betina sebelum mati harus bertelur dulu, sedangkan si jantan sebelum mati harus kawin dulu,” jelasnya.

Setelah betina bertelur, telur itu akan berkembang menjadi maggot. Tugas utama dari maggot ini hanya makan sampah  organik rumah dari awal menetas sampai di tahap prepupa (dewasa) dan berumur sekitar 13-20 hari.

Budidaya Maggot. Infografis: Tim

Manfaat Maggot

Menurut Jefri, budidaya maggot bisa dikatakan salah satu bentuk biokonversi, yaitu pengomposan yang hidup.

Hal ini dikarenakan ketika ia menaruh sampah organik di malam hari, besok pagi sudah menjadi kompos padat maupun kompos cair.

Ia sebelumnya sempat mencoba membuat kompos lewat maggot dengan membeli telur maggot sebanyak tiga gram dan menghasilkan maggot seberat enam kilo gram.

Setelah itu ia melakukan fermentasi kembali agar bisa menjadi biang pupuk dan bisa menghasilkan 300 liter pupuk cair.

Hasil yang sudah ia dapatkan ternyata bisa menghasilkan keuntungan. Pupuk organik cair ini jika dijual ke pasaran bisa dihargai Rp60.000 / liter.

“Sampah yang awalnya tidak memiliki manfaat, justru bisa menjadi sumber pendapatan untuk industri rumah tangga,” ujarnya.

Budidaya maggot tidak hanya menguntungkan secara ekonomi namun juga bisa membantu menyelamatkan lingkungan hidup.

Sampah organik yang biasanya berasal dari rumah, justru berbahaya karena mengeluarkan gas metana yang bisa merusak lapisan ozon bumi.

“Sebanyak 60 persen sampah rumah tangga itu sampah organik dan menghasilkan gas metana. Seperti di Bantargebang, bau yang menyengat itu berasal dari gas metana,” ungkapnya.

Menurutnya budidaya maggot ini berperan besar dalam pengurangan gas metana dari sampah organik rumah.

Persiapan Awal

Jika Anda ingin mencoba budidaya maggot, bisa mulai dengan membeli telur maggot dan menyediakan wadah untuk maggot.

Wadah besar, seperti drum plastik bisa didapatkan dengan harga 100 ribu rupiah. Telur maggot bisa didapatkan dengan cara yang mudah dan murah.

“Saya membeli telur maggot per gram Rp 8.000. Harga telur maggot berkisar antara Rp 5.000-Rp 8000,” jelas Jefri.

Jika tidak ingin mengeluarkan uang untuk membeli drum plastik, bisa menggunakan wadah lainnya.

Jefri berpesan jika ingin melakukan budidaya maggot, sebaiknya mengutamakan dari sisi lingkungan hidup bukan dari bisnis.

“Kalau Anda melakukan pembusukan sampah dari maggot, Anda sudah berperan mengurani kerusakan lingkungan. Berangkat dari situ dulu,” tutupnya.*

Kontributor: Inezia Zoe, Clarisa Natania, Katarina Widhi, Rufus Christian (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.