Tantangan Pembelajaran Daring di Wilayah Pelosok: Guru Sering Merasa Dibodoh-bodohi oleh Siswa

SMPN 4 Dendang, Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi Hadapi Tantangan Pembelajaran Daring

0 155

Katolikana.com—Sejak pemberlakukan PSBB bulan April 2019, SMP Negeri 4 Dendang menyelenggarakan pembelajaran daring.

Sekolah yang terletak di Desa Sido Mukti, Kecamatan Dendang, Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi ini melaksanakan pembelajaran daring menggunakan media WhatsApp.

Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Dendang Tota Sinaga mengatakan, pembelajaran daring merupakan pengalaman baru.

“Belum pernah selama menjadi guru mengalami hal ini,” jelas Tota Sinaga.

Meski terjadi secara tiba-tiba, SMP Negeri 4 tetap menyiapkan keperluan terkait pembelajaran daring.

Kepala Sekolah mempersiapkan pembekalan pada guru terkait sistem yang digunakan dalam pembelajaran daring.

Sekolah juga memperhatikan keperluan siswa karena Desa Sido Mukti masih tergolong daerah yang belum maju.

Kebutuhan yang dimaksud  terkait media pembelajaran, seperti smartphone dan kuota internet.

“Siswa yang tidak bisa berkomunikasi melalui WA atau HP Android bisa melalui telepon biasa atau si anak dibawa ke sekolah diberikan tugas, lalu dia pulang,” jelas Tota Sinaga.

Sekolah juga pernah memberlakukan bantuan kuota kepada siswa yang kurang mampu dalam fasilitas kuota.

Tota Sinaga, Kepala Sekolah SMP Negeri Dendang, Tanjung Jabung Timur. Foto: Istimewa

Tantangan

Pembelajaran daring merupakan tantangan besar, terutama bagi guru dalam menghadapi siswa dan orang tua.

Banyak kesulitan dirasakan guru selama pembelajaran daring. Misalnya, sejumlah anak tidak mau mengerjakan tugas.

Akibat tidak tatap muka, guru tidak bisa memantau perkembangan siswa, sehingga banyak siswa yang mengumpulkan tugas kosong.

“Guru sering merasa dibodoh-bodohi oleh siswa,” ujar kepala sekolah terkait penugasan selama sistem daring.

Pekerjaan guru juga menjadi lebih banyak. “Jika terdapat siswa kurang mampu, tidak memiliki smartphone, guru dua kali mengirimkan tugas, ke WA dan ke siswa yang menggunakan telepon biasa,” ujar Tota.

Pada mata pelajaran umum, guru menerima tugas seluruh siswa untuk dikoreksi dengan waktu singkat.

Komunikasi terhadap orang tua pun mengalami kesulitan. Sekolah menyediakan grup orang tua menggunakan media WhatsApp. Namun, rata-rata orang tua tidak aktif di dalam grup tersebut.

“Yang aktif paling lima, yang lain tidak mau tahu. Menjelang kenaikan kelas, diumumkan si A si B tugasnya belum selesai. Mulai, orang tuanya panik,” jelas Tota.

Banyak orang tua kurang peduli dengan proses pembelajaran anak di sekolah.

“Seharusnya orang tua memiliki peran lebih besar saat ini, karena anak belajar penuh di rumah. Guru hanya bisa memberi tugas dan mengoreksinya saja,” ujarnya.

Minim Ilmu

Siswa juga mengalami kesulitan saat sekolah daring. Siswa sepenuhnya belajar mandiri di rumah.

Guru menjelaskan materi yang minim dan to the point. “Hari ini kita belajar ini, caranya begini. Ayo nak, catat tugasmu,” jelas kepala sekolah.

Seharusnya siswa perlu berinteraksi dan memecahkan masalah bersama di sekolah.

“Hal yang sulit menjadi mudah jika bersama-sama,” ujar Tota.

Namun, saat sekolah daring, hal tersebut tidak didapatkan dan sepenuhnya dikerjakan sendiri.

Tantangan tersebut dihadapi oleh SMPN 4 Tanjung Jabung Timur yang hanya mengandalkan media Whatsapp dalam proses pembelajaran daring. Penggunaan video conference belum memadai di Desa Sido Mukti ini.

Keadaan ekonomi yang tergolong rendah menjadi salah satu alasan. Masih ada siswa yang tidak punya smartphone.

Selain itu, masalah jaringan internet yang belum merata. Hal ini disebabkan Desa Sido Mukti masih tergolong desa kecil dan pelosok.

Tantangan yang dihadapi SMPN 4 Tanjung Jabung Timur beragam. Menurut Tota Sinaga, orang tua juga lebih suka jika anaknya belajar tatap muka.

Kondisi seperti ini mau tidak mau harus dihadapi, karena ini semua adalah bencana yang tidak terduga.

“Covid ini ‘kan bukan kehendak kita. Ini kehendak Tuhan, kehendak situasi. Tidak boleh kita menyalahkan siapa-siapa,” komentar Tota.

Namun, yang bisa dilakukan hanya menuruti perintah, melaksanakannya, demi kebaikan bersama.

Kondisi ini mengharuskan sekolah turut membantu pemerintah, agar situasi ini cepat selesai.

Kontributor: Atanasius Alvyn, Cindy Saputri, Elisabet Yunita Silalahi, Hosea Richard, Shania Hendra (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.