Ini 5 Hal Besar yang Dilakukan oleh Raja Yosia

Raja Yehuda yang baik dan memperoleh pujian khusus

0 3,774

Katolikana.com—Yosia adalah raja Yehuda ke-16 (640–609 SM) yang, menurut Alkitab Ibrani, melakukan reformasi besar dengan menghapus pemujaan resmi kepada dewa-dewa selain Yahweh. Edwin R. Thiele menulis, Yosia menjadi raja Kerajaan Yehuda pada usia delapan tahun, setelah pembunuhan ayahnya, Raja Amon. Yosia memerintah selama 31 tahun, dari 641/640 hingga 610/609 SM.

Kitab 2 Raja-Raja beberapa kali menulis tentang siapakah Yosia: “Ia telah melakukan apa yang benar di mata YHWH dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada YHWH dengan segenap hatinya, dan dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan seluruh Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit yang seperti dia.“

Yosia merupakan raja besar dalam sejarah umat Israel. Ia dipandang seperti Daud, salah satu raja terbesar dalam sejarah umat Israel. Ia raja yang mendapat tempat khusus dalam hati umat Israel dan Allah. Kitab 2 Raja-Raja 18:5 dan 23:25 mengatakan, sebelum dan sesudah dia tidak ada raja yang seperti dia.

Yosia mendapat pujian khusus dan unik karena caranya berbalik ‘kepada YHWH dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya’.

Yosia digambarkan bukan sebagai orang suci tanpa cacat. Ia dilukiskan sebagai seseorang yang berbalik dari kesalahan menuju kebaikan. Ia sebelumnya meninggalkan Tuhan, lalu berbalik kepada Tuhan. Ia ditampikan menjadi sebagai orang yang melakukan satu-satunya yang masih dapat dilakukan oleh umat Israel setelah jatuh dalam dosa,  yakni ‘berbalik kepada YHWH’.

Pertobatan Yosia dilukiskan sebagai ‘dengan segenap hatinya, jiwanya, dan kekuatannya’. Yosia melakukan apa yang Allah rindukan, mencintai Allah dengan hati yang tak terbagi, dengan semangat bulat dan dengan seluruh penyerahan diri yang utuh yang ditujukan semata-mata kepada YHWH, sebagai satu-satunya Allah.

Yosia menjadi satu dari delapan raja Yehuda yang baik dan memperoleh pujian khusus. Penulis Deuteronomika melukiskan ia sepenuhnya melakukan apa yang diharapkan YHWH dari seorang raja. Ia dinilai sebagai raja yang terbaik; patut dijadikan teladan dan juga ikon panutan bagi umat Israel.

Berikut lima hal besar yang dilakukan oleh Raja Yosia.

1.Mengoyakkan pakaian.

Dikatakan di ayat 19 bahwa Yosia mengoyakkan pakaiannya ketika mengetahui isi Taurat. Ini menunjukkan bahwa ia menyesal dan merendahkan diri di hadapan Yahweh. Hal ini amat dipuji dalam diri Yosia karena  penyesalan tersebut menjadi langkah pertama berbalik kepada Yahweh.

2.Kesadaran akan ketidakpatuhan negerinya dan ancaman murka Yahweh.

Yosia begitu terkejut ketika mendengarkan Taurat. Ia menjadi sadar akan kekeliruan bangsanya dan gentar karena konsekuensinya. Hukum-hukum dan sabda-sabda kutukan yang menegaskan peringatkan akan murka Tuhan menyadarkan Raja Yosia. Karena Yosia menyesal, mengoyakkan pakaiannya, maka ia pun dikecualikan dalam malapetaka besar yang akan menimpa umat Israel. Ia luput. Ia akan mati sebelum malapetaka itu datang.

3.Menjadi perantara perjanjian antara Allah dan bangsa Israel.

Yosia adalah memimpin upacara pembacaan kitab Taurat (Kitab Perjanjian). Ia melakukannya di hadapan seluruh rakyat. Hubungan dengan Allah dipulihkan, semakin eksklusif. Allah menerima mereka, dan mereka menerima-melakukan dengan segenap hati peraturan Yahweh dalam Taurat.

4.Mengadakan perayaan Paskah di Yerusalem.

Sebelumnya, perayaan Paskah dilakukan di tempat masing-masing, tanpa ziarah ke tempat suci. Pada masa Yosia, orang-orang Israel menyembelih korban Paska sesuai dengan apa yang tertulis dalam Undang-Undang Ulangan: “menyembelih kambing domba dan lembu sapi sebagai korban Paskah bagi YHWH, Allahmu, di tempat yang akan dipilih YHWH untuk membuat nama-Nya diam di sana” (Ul 16:2). Yosua memulihkan praktik Israel kuno, sebagaimana dituntut dalam Taurat.  Perpindahan ini menjadikannya perayaan seluruh bangsa sebab bukan saja menegaskan kesatuan agama, melainkan bangsa Israel secara menyeluruh.

5.Membersihkan semua berhala di antara umat Israel.

Sebelum adanya sentralisasi rumah ibadat di Yerusalem oleh Raja Yosia, terdapat sejumlah berhala atau penyembahan kepada ‘allah-allah’ lain di tengah umat. Yosia membersihkan sema penyelewengan terhadap Taurat Musa sebagaimana terkandung dalam Kitab Ulangan. Ia ditampilkan sebagai raja yang mengoreksi semua sejarah penyelewengan raja-raja sebelumnya, mulai dari Salomo dan Yerobeam. Misalnya di ayat 15 dan 19i ada penghancuran bukit-bukit pengorbanan di Betel dan Samaria.

Keagungan dan kebesaran seorang Yosia di tengah-tengah umat Israel bukan merupakan sesuatu yang terjadi begitu saja. Yosia mengambil peran menjadi pembaharu, pendamai, dan tokoh reformasi keagamaan dalam umat Israel. Apabila ia disejajarkan dengan Daud dan nabi-nabi besar lainnya, tentu amat wajar mengingat perbuatannya pun luar biasa.

Meskipun ia nabi besar, Yosia punya sejarah kedosaan sebagaimana manusia umumnya. Ia bukan manusia sempurna tanpa dosa dan cela. Perbedaannya, ketika mendengarkan undangan Tuhan melalui isi Taurat, ia sadar akan dosanya dan bertobat.

Ia merendahkan diri dan berbenah diri, dari seorang berdosa menjadi seorang yang taat dan setia pada Taurat Tuhan dengan sepenuh hati. Sikap itu sungguh ia wujud-nyatakan dalam membangun kembali iman umat melalui sentralisasi ibadat, penghancuran berhala-berhala dan sebagainya.

Niat bertobat itu tidak sekadar niat suci saja, melainkan nyata dalam tindakan.**

Mahasiswa STF Driyarkara Jakarta

Leave A Reply

Your email address will not be published.