Yacinta Shafira Pradana Lawan Stereotip Melalui Komunitas Women Beyond Indonesia

Women Beyond punya tujuan spesifik untuk 'empower' perempuan untuk jadi seorang 'leader'.

0 1,347

Katolikana.comPermasalahan stereotip gender ternyata masih menghantui perempuan di Indonesia. Hal ini juga dialami oleh pendiri komunitas Women Beyond Indonesia Yacinta Shafira Pradana.

Perempuan kelahiran 1999 yang kerap disapa Cinta ini pernah merasakan pahitnya diremehkan dan dipandang sebelah mata oleh banyak orang.

Yacinta Shafira Pradana, pendiri komunitas Women Beyond Indonesia.

“Saat itu aku terpilih jadi ketua perempuan pertama di sebuah organisasi kampus. Di situ aku merasakan adanya diskriminasi dari orang luar yang bahkan mereka langsung bilang di depan muka aku kalau perempuan itu tidak bisa memimpin,” jelas Yacinta kepada Katolikana, Jumat (1/4/2022).

Ia menyadari banyak orang menilai perempuan sebagai sosok emosional, sensitif, dan tidak bisa memimpin.

Melihat statusnya sebagai seorang perempuan merasa direndahkan, ia tidak ingin kalau stereotip tersebut terus berlanjut.

Pentingnya pemberdayaan

Kepedulian Yacinta soal isu perempuan terlihat dari cara pandangnya tentang peran perempuan di masyarakat.

Baginya, perempuan seharusnya lebih bebas dalam membuat pilihan hidup dan tidak terkekang oleh budaya masyarakat.

Ia ingin perempuan di Indonesia tidak sekadar menjadi sosok ibu rumah tangga saja.

“Dulu ekspektasi orang pada perempuan itu jadi orang yang baik-baik, nurut sama laki-laki. Hidupnya ya sudah gitu, jalani biasa-biasa saja sampai dapat suami, nikah dan melahirkan. Aku sih melihatnya perempuan dianggap sebagai objek, gitu ya,” tutur Yacinta.

Yacinta sangat berharap ekspektasi masyarakat kepada perempuan bisa berubah.

Melalui pemberdayaan, banyak potensi perempuan yang sebetulnya bisa dibuka. Tak hanya di bidang teknologi, teknik, dan bisnis saja, namun juga sebagai pemimpin.

“Sekarang CEO startup tetap banyak yang laki-laki karena ada diskriminasi. Tapi, kalau misal diskriminasi itu hilang, pasti banyak CEO perempuan bermunculan dan itu udah terbukti. Beberapa CEO perempuan itu sukses,” ujar Yasinta.

Ia bersikeras membuktikkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin tanpa dipandang berbeda.

“Aku pernah membayangkan kalau ada perempuan-perempuan di luar sana yang merasa down, yang merasa disempowered karena diremehkan. Nah, aku tidak mau itu terjadi ke orang lain,” jelas Yacinta.

Hal itu mendorong dia berpikir untuk membuat sebuah komunitas soal woman empowerment spesifiknya ke leadership,  sekaligus menjadi tonggak awal perwujudan Yacinta dalam gerakan memberdayakan perempuan.

Faktor Minimnya Partisipasi Perempuan di Masyarakat. Infografis: Hosea Richard S

Melawan pandangan negatif

Awalnya, Yacinta merasa akan ada orang yang setuju dan tidak setuju dengan gerakan yang ingin ia bangun.

Banyak keraguan yang datang dari pihak luar bahkan sekali pun mereka menanyakan intensi sebenarnya dari Yacinta.

“Orang itu kadang berpikir intention-ku itu tidak baik. Mereka berpikir kalau komunitas pemberdayaan perempuan hanya sekedar dibuat-buat saja, jadi achievement tambahan. Aku cukup sakit hati sih kalau diomongin seperti itu,” ujar Yacinta.

Namun, ia berkaca kembali pada pengalamannya semasa menjabat sebagai ketua organisasi.

Bukti bahwa Yacinta bisa menjadi seorang ketua di organisasinya, menjadikan motivasi tersendiri.

“Ibaratnya aku udah melewati tahap itu dari pas aku jadi leader, banyak orang yang meragukan, perempuan, segala macam, akhirnya aku bisa kok buktikan. Itu jadi motivasi aku juga. Aku merasa oke di awal aku bangun ini, banyak yang ragu but I’ve been through that,” kata Yacinta.

Kerinduan Yacinta untuk membantu perempuan lain untuk bisa bangkit, tergambar penuh dari niatnya dalam membangun komunitas pemberdayaan perempuan.

Pertemuan anggota Women Beyond Indonesia. Foto: Marvelin Ang

Passion yang Sama

Komunitas Women Beyond Indonesia terbentuk dari kesamaan passion antara Yacinta dan temannya, Jasmine Mutia Salsabila.

Mereka ingin membangun lingkungan yang bisa melatih dan menguatkan perempuan untuk tetap selalu yakin pada kemampuannya.

“Meskipun punya kapabilitas, tetap saja society kita itu kadang belum bisa menerima kalau perempuan itu punya kapabilitas. Makanya supportive environtment itu sangat penting,” jelas Yacinta.

Sebanyak mungkin memberi dampak kepada perempuan menjadi visi yang dibawa oleh Women Beyond Indonesia.

Hadirnya komunitas Women Beyond Indonesia nyatanya telah menjadi jawaban bagi banyak perempuan.

Salah satunya, Marvelin Ang yang pernah menjadi anggotanya.

Marvelin merasa bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh komunitas ini sejalan dengan pemikirannya.

“Women Beyond itu punya tujuan spesifik untuk empower perempuan untuk jadi seorang leader. Kita tahu di lingkungan kita ada stereotip kalau perempuan itu tidak bisa jadi pemimpin. Mereka bisa tapi karena ada stereotip, itu jadi penghalang buat kita,” kata Marvelin.

Marvelin sangat menginginkan agar perempuan di Indonesia bisa lebih percaya diri dan saling mendukung satu sama lain.

Passion yang dimiliki oleh Marvelin, menjadi salah satu dorongan tersendiri bagi Yacinta dan Women Beyond untuk bisa terus berjalan maju ke depan.

Berani hadapi tantangan

Komunitas Women Beyond Indonesia sudah berjalan hampir dua tahun. Yacinta sadar bahwa akan ada tantangan-tantangan yang datang.

Sebelum membentuk komunitas itu, ia mendapati sebuah petuah kalau tidak selamanya apa yang kita buat bisa bertahan selamanya.

“Hampir semua teman yang pernah membuat komunitas, mereka bilang kalau kamu bangun sesuatu dari awal dan itu datang dari pengalaman pribadimu, kamu harus siap untuk akhirnya melihat semua orang itu pergi dan kamu tinggal sendiri,” ucap Yacinta.

Ia tahu akan ada momen di mana anggota Women Beyond mungkin akan pergi karena kesibukan lain atau merasa tidak cocok lagi.

Namun, Yacinta meyakinkan dirinya untuk tetap memegang visi misi yang ia teguhkan.

Pengalaman pahit yang pernah ia rasakan semasa di bangku kuliah selalu menjadi kekuatan utamanya untuk membantu perempuan di Indonesia menjadi seorang pemimpin.**

Kontributor: Hosea Richard S (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.