Alissa Wahid: Menyatukan Murid-Murid Gus Dur yang Tercecer

Merawat ideologi Gus Dur

0 316

Katolikana.com – Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid putri sulung dari Abdurahman Wahid, atau dikenal dengan Alissa Wahid, membuka Temu Nasional (TUNAS) GUSDURian di Gedung Muzdalifah Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada Jumat (4/10/2022), dengan menyampaikan orasi kebangsaan di depan ribuan peserta dari berbagai daerah.

Dalam orasinya, Alissa menyampaikan jejak perjalanannya mengumpulkan dan mencari murid-murid Gus Dur – sesudah sang ayah wafat. Ia mengakui sejak Gus Dur wafat, banyak kalangan kehilangan sosoknya sebagai pemimpin dan juga perjuangannya. Maka, sesudah wafat, Alissa melakukan perjalanan untuk meramu dan merawat ‘ideologi Gus Dur’.

“Dulu kalau ada apa-apa kami selalu mengadu ke Beliau (Gus Dur). Saat ini kalau kalau ada yang mengancam kami, melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak adil kami mengadu ke siapa?”, kata Alissa Wahid.

Alissa mengenang sesudah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur wafat, banyak orang mendatanginya.

“Saya akui bahwa kekuatan yang kami miliki saat itu bukanlah sumber daya finansial tetapi semangat dan percaya diri karena memiliki sosok yang punya keteladanan paripurna yang telah kami timba dari seorang Gus Dur untuk mewujudkan kehidupan (Indonesia) yang lebih baik,” kata Alissa lagi.

Kekuatan itu ditunjukkan para penggerak Gusdurian dalam menggelar Temu Nasional Gusdurian 2022. Kerjasama itu tampak dalam kerja-kerja murid Gus Dur, salah satunya Khofifah Indar Parawansa, yang kini memimpin sebagai Gubernur Jawa Timur.

Perihal kekuatan jaringan untuk meramu dan merawat ideologi Gus Dur, Alissa menyebut sebuah filosofi sapu lidi. Ia mengungkapkan pada tahun 2009 ketika Gus Dur wafat, kami sangat kehilangan. Seiring perjalanan waktu, banyak orang juga merasakan hal yang sama.

Melalui filosofi sapu lidi kami menyadari bahwa berbagai betapa pentingnya sebuah persatuan dan kesatuan untuk merawat berbagai praktek baik dalam bingkai kebangsaan yang telah dilakukan oleh Gus Dur. Sapu lidi terdiri dari puluhan lidi rapuh yang diikat menjadi satu kekuatan sehingga mampu memberikan manfaat bagi membutuhkan.

Ia mengungkapkan bahwa Gus Dur adalah sosok yang memiliki rekam jejak yang sangat kuat, memiliki bekal yang sangat mumpuni, pengalamannya  berwarna sehingga menjadikan beliau seperti itu. “Warisan itulah yang menyemangati saya sehingga nekat keliling ke kota – kota dan desa untuk menghidupkan ideologinya,” kata Alissa.

“Alissa cuma seorang diri seperti sebatang lidi. Alisa harus mencari batang – batang lidi ke murid – murid Gus Dur yang tercecer.  Semua kisah itu akhirnya menjadikan kita yang berbeda-beda bisa berada dan berkumpul seperti ini,” kata Alissa.

Motivasi dan semangat inilah, menurut Alissa, yang mendorong para penggerak Gusdurian yang hadir dalam acara TUNAS GUSDURian 2022. Para peserta rela datang dari jauh-jauh, yang bekalnya adalah semangat dan inspirasi dari Gus Dur.

Editor: Basilius Triharyanto

Katolikana merupakan official media partner TUNAS GUSDURian 2022. 

Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.

Leave A Reply

Your email address will not be published.