Romo Benny Susetyo: Pancasila Harus Jadi Gerakan Nyata dalam Kehidupan Kaum Muda

Kaum muda sering terpikat oleh pencitraan, teknologi, dan kehebohan.

0 331

Katolikana.com—Kaum muda saat ini menghadapi berbagai persoalan yang tak bisa dipandang remeh. Dalam perkembangan zaman dan teknologi, banyak hal bisa didapatkan dengan cepat. Kaum muda kita mudah belajar, tapi juga cepat bosan.

Hati-hati dengan teknologi yang mudah melakukan manipulasi informasi. Ketergantungan pada aplikasi berbahaya, pembuatnya menguasai data karakter pengguna. Kaum muda tampak mudah terpesona, terutama hal yang menyangkut pencitraan, teknologi, dan kehebohan.

Hal ini disampaikan oleh Romo Anthonius Benny Susetyo Pr pada Seminar Nasional “Orang Muda Menghidupi Pancasila Menuju Indonesia Emas” yang diselenggarakan oleh STPKat Santo Fransiskus Asisi Semarang di Quest Hotel Semarang, Jumat (17/11/2023).

Seminar menghadirkan narasumber Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Anthonius Benny Susetyo, Pr, dan Romo F.X. Sugiyana, Pr, dengan moderator Romo Ambrosius Heri Krismwanto, Pr.

Romo Benny menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh kaum muda saat ini.

Dia memulai dengan membagikan kisah singkat tentang awal pembentukan BPIP sebagai respons terhadap keprihatinan bahwa Pancasila tidak diajarkan secara khusus selama sekitar 22 tahun.

Hal ini menyebabkan banyak kaum muda kurang memahami Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Romo Benny juga mencatat adanya kecenderungan pada generasi muda yang menginginkan segalanya secara instan.

Dia memperingatkan tentang bahaya ketergantungan pada teknologi, yang dapat dengan mudah dimanipulasi untuk menyebarkan informasi palsu.

Kaum muda perlu hati-hati terhadap penggunaan aplikasi yang dapat menguasai data pribadi dan menyebabkan kehilangan daya nalar.

“Kaum muda sering terpikat oleh pencitraan, teknologi, dan kehebohan. Tak heran jika banyak kaum muda mudah terjerat investasi bodong, mengikuti hasutan kabar bohong. Gampang digiring opini media sosial dan yang sedang trend,” kata Romo Benny.

Menurut Romo Benny, tantangan kaum muda bukan hanya berasal dari diri mereka sendiri, melainkan juga karena krisis keteladanan.

Dia memandang pentingnya peran katekis dalam mengajarkan filsafat kritis agar orang muda dapat melihat kehidupan mereka dengan bijak.

Pancasila, menurutnya, harus menjadi gerakan nyata dalam kehidupan sehari-hari kaum muda.

“Kaum muda perlu terlibat aktif counter narasi atau opini terhadap hal-hal negatif yang menyebar. Termasuk media sosial, yang didesain untuk gaya hidup dan cenderung menggunakan ideologi pasar,” tambah Romo Benny.

Romo F.X. Sugiyana, Pr  memberikan pandangan terhadap kaum muda Katolik dalam Gereja, khususnya Orang Muda Katolik (OMK).

Hasil survei menunjukkan 15,5% dari 610 responden sering mencari informasi tentang Pancasila. Terkait politik, terdapat 56,7 % tidak tertarik masuk partai atau hal terkait dengan pemerintahan.

Meskipun mereka menerima Pancasila sebagai ideologi dan pedoman hidup, masih terdapat kelemahan dalam literasi keagamaan dan kebangsaan.

“Apa yang anda jauhi, justru itulah sebenarnya yang berpengaruh bagi anda,” ujar Romo Sugiyana.

Romo Sugiyana mengajak kaum muda untuk aktif melibatkan diri dalam mengontrakan narasi negatif dan berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seminar ini memberikan ruang untuk refleksi dan tindakan positif bagi kaum muda, mengajak mereka untuk menghidupi nilai Pancasila sebagai landasan menuju Indonesia emas.

Acara yang berlangsung secara luring dan daring ini dihadiri oleh mahasiswa, guru, dan lembaga-lembaga terkait.

Setelah seminar dilanjutkan dengan presentasi makalah dari para peserta PPG Guru Agama Katolik gelombang II tahun 2023.(*)

Alumnus STP-IPI Malang

Leave A Reply

Your email address will not be published.