Hadapi Perang Gangster, Para Uskup Ekuador: Kekerasan Tidak Akan Menang!

Menyusul deklarasi status darurat oleh pemerintah Ekuador akibat meningkatnya kekerasan gangster di negara tersebut, Konferensi Waligereja Ekuador menyerukan persatuan dan persaudaraan untuk memulihkan perdamaian di negara tersebut.

0 60

Katolikana.com—Para uskup di Ekuador telah merilis seruan mendesak untuk kembali menciptakan persatuan, perdamaian, dan persaudaraan di Ekuador. Seruan ini digaungkan tepat ketika negara Amerika Latin tersebut tengah menghadapi kekerasan gangster skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ekuador terjerumus ke dalam kekacauan minggu ini saat salah satu bos gangster sekaligus narapidana yang paling dicari di negara itu melarikan diri dari penjara. Pemberontakan terjadi di beberapa penjara dan terjadi penculikan narapidana serta ancaman terhadap sipir penjara.

Pada hari Minggu, Adolfo Macias, pemimpin geng narkoba Los Choneros, berhasil menghilang dari penjara di Guayaquil, tempat dia menjalani hukuman 34 tahun penjara.

Pembobolan penjara tersebut diikuti dengan insiden kekerasan di beberapa penjara yang penuh sesak, di mana bentrokan antar geng yang bersaing sering terjadi dan telah menewaskan lebih dari 400 narapidana sejak tahun 2021.

Ketegangan ini mencapai titik tertinggi baru pada hari Selasa ketika orang-orang bersenjata bertopeng masuk ke studio siaran langsung televisi di Guayaquil, menyandera pembawa acara dan staf serta terlibat baku tembak dengan polisi.

Pada hari yang sama, setidaknya sepuluh orang tewas di kota itu, termasuk dua polisi. Ledakan, pembakaran kendaraan, penjarahan, tembakan, dan penyerangan terhadap rumah sakit juga dilaporkan terjadi di kota-kota lain, termasuk di ibu kota Quito. Sementara pihak berwenang mengumumkan bahwa pemimpin geng besar kedua dan narapidana lainnya telah melarikan diri dari penjara lain.

 

Status Darurat

Menyusul perkembangan ini, Presiden Ekuador yang baru saja dilantik, Daniel Noboa, memprioritaskan pemulihan keamanan dan membebaskan negara dari kekerasan geng narkotika. Presiden Noboa telah menyatakan konflik bersenjata internal di kelompok gangster. Untuk itu, ia memerintahkan tentara untuk “menetralisir” dua lusin geng dan menggambarkan para gangster sebagai “organisasi teroris”.

Pada hari sebelumnya, ia mengumumkan status darurat selama 60 hari di Ekuador. Selama status darurat, Presiden Noboa memberlakukan jam malam nasional dan mengizinkan militer berpatroli di jalan-jalan dan mengambil alih penjara.

 

‘Kekerasan Tidak Akan Menang’

Dalam menghadapi krisis ini, Presiden Konferensi Waligereja Ekuador (Ecuadorian Episcopal Conference/EEC) telah mengeluarkan pernyataan bertajuk “Kekerasan Tidak Akan Menang”. Pernyataan tersebut menyerukan warga untuk tidak panik dan terkondisi oleh media sosial. EEC juga mengingatkan mereka bahwa pemberantasan geng bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, namun menjadi urusan setiap warga negara.

Meskipun menolak kekerasan dari sisi mana pun, EEC menyatakan bahwa dalam situasi luar biasa saat ini, warga Ekuador harus tetap bersatu “dengan pandangan ke masa depan dan dengan kekuatan yang diperlukan untuk menjadikan Ekuador seperti dulu: tempat perdamaian, karya, dan persaudaraan.”

Para uskup lebih lanjut mengatakan, “Setiap kegiatan ilegal, di tingkat masyarakat dan negara bagian mana pun, harus dianggap sebagai pengkhianatan terhadap tanah air, terhadap nilai-nilai paling suci dari identitas Ekuador, dan Tuhan yang akan menjadi hakim dalam hidup kita.”

 

Seruan untuk Memulihkan Perdamaian

Oleh karena itu, menurut para uskup Ekuador, sangat penting untuk memulihkan nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian. “Kami adalah negara yang beriman. Sejak kami kecil, kami diajari bahwa kami semua bersaudara, menyebut Tuhan sebagai Bapa kami,” kata mereka.

Para uskup menutup pidatonya dengan memastikan doa mereka untuk integritas setiap warga Ekuador yang baik dan berharap stabilitas negara bisa sesegera mungkin kembali ke negara itu sebagai jaminan untuk menciptakan perdamaian.

Dalam sebuah wawancara dengan sebuah media Italia, Uskup Antonio Crameri dari Vikariat Apostolik Esmeraldas sekaligus Presiden Caritas Ekuador, menegaskan bahwa situasi di negara tersebut memang sangat kritis. Sampai-sampai ia memutuskan untuk menunda adanya misa tatap muka, seperti yang pernah dilakukan selama masa pandemi covid-19.

 

Sumber: Vatican News

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.