Keluarga Korban Tragedi 1998 Doakan Perjalanan Paus
Warganet berharap Paus Fransiskus dapat menjumpai Ibu Sumarsih sebagai simbol dukungan moral Bapa Suci terhadap keluarga korban tragedi berdarah di Indonesia.
Katolikana.com, Jakarta — Salah seorang keluarga korban Tragedi Semanggi I tahun 1998, Maria Catarina Sumarsih, ikut mendoakan keselamatan bagi perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia. Perempuan pejuang demokrasi Indonesia yang akrab disapa Ibu Sumarsih ini berharap Paus dapat tiba di Jakarta dengan selamat dan dalam kondisi sehat.
Melalui akun Twitter-nya, Ibu Sumarsih (@sumarsih11) mencuit singkat, “Selamat jalan Bapa Suci Paus Fransiskus, semoga perjalanan lancar, tiba di Jakarta dengan selamat dan sehat selalu. @dipanggilwawan korban Semanggi I – 13 November 1998.”
Sejak diposting pada Senin (2/9/2024), pukul 11.27, cuitan ini telah dilihat oleh lebih dari 506 ribu orang, mendapatkan 1.840 reposts, 53 quotes, dan lebih dari 10 ribu likes.
Warganet pun ramai-ramai mendukung sosok yang menjadi ikon Aksi Kamisan ini agar mendapat kesempatan berjumpa dengan Paus Fransiskus. Banyak pula diantara mereka yang mencuit dengan menyebut (mention) akun Twitter resmi Paus Fransiskus (@Pontifex).
Salah seorang warganet, Kevin Ng, menulis, “Dear Pope @Pontifex. In Indonesia, Sumarsih’s son was killed during a student protest in 1998. She stands in front of presidential palace to seek justice every Thursday, for more than a decade. She is a devout Catholic. Hopefully, you can meet her in person.”
(Yang terhormat, Paus Fransiskus. Di Indonesia, putra Ibu Sumarsih terbunuh dalam aksi protes mahasiswa tahun 1998. Dia berdiri di depan istana presiden untuk mencari keadilan, setiap Kamis, selama lebih dari satu dekade. Dia adalah seorang umat Katolik yang taat. Saya berharap, Anda dapat berjumpa langsung dengannya.)
Kevin lantas memberikan konteks tambahan bahwa Aksi Kamisan dapat disamakan dengan aksi “Saturday Mothers” di Turkiye atau “Mothers of Plaza de Mayo” di Argentina.
Ibu Sumarsih memang selama ini dikenal publik melalui aksi damainya saban Kamis di depan Istana Merdeka. Aksi yang kelak dinamakan “Aksi Kamisan” ini dilakukan Ibu Sumarsih untuk mencari jawaban tentang siapa pembunuh putranya dalam Tragedi Semanggi I. Putra Ibu Sumarsih, Bernadinus Realino Norma Irawan alias Wawan, merupakan 1 dari 17 korban tewas dalam tragedi di penghujung kekuasaan Orde Baru tersebut.
Namun, meskipun Orde Baru akhirnya berhasil tumbang, pembunuh Wawan masih gelap sampai hari ini. Para pelaku Tragedi Semanggi I seakan mendapat impunitas dari negara atas tindakan mereka dalam tragedi berdarah tersebut.
Salah satu akun sejarah populer di media sosial, Neo Historia Indonesia (@neohistoria_id), bahkan sampai mencuit dukungan kepada Ibu Sumarsih dalam Bahasa Italia, bahasa yang digunakan Paus Fransiskus dalam kesehariannya.
“Papa @Pontifex. Chiedo umilmente che consideri l’idea di incontrare la signora @sumarsih11, una cattolica devota la cui fede non e mai venuta meno. E la madre di Benardinus Realino Norma Irawan, conosciuto come Wawan, un attivista che ha perso la vita nella Tragedia di Semanggi, colpito da ufficiali in uniforme,” cuit akun tersebut.
(Bapa Paus @Pontifex. Saya dengan rendah hati memohon agar Bapa Paus dapat mempertimbangkan bertemu dengan Ibu @sumarsih11, seorang Katolik taat yang imannya tak pernah goyah. Dia adalah ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan, atau dikenal sebagai Wawan, seorang aktivis yang kehilangan nyawanya dalam Tragedi Semanggi (I), karena ditembak oleh aparat berseragam.)
Publik selama ini mengenal Paus Fransiskus sebagai sosok Paus yang progresif. Latar belakangnya saat masih menjadi imam muda yang menentang masa pemerintahan junta militer Argentina 1976-1983, ikut membentuk karakternya di hari ini sebagai Paus.
Paus pertama dari Amerika Latin ini selalu memberikan atensi luar biasa besar kepada kaum migran dan korban kekerasan. Sejarah mencatat kunjungan pertamanya sebagai Paus adalah ke Lampedusa, kota pelabuhan kecil di selatan Italia. Kota ini menjadi titik banyak manusia perahu dari Afrika terdampar saat berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Beliau juga pernah menjumpai warga penyintas konflik di Qaraqosh, Mosul, dan Arbil, di Irak, pada 2021. Warga di ketiga kota tersebut merupakan korban selamat yang pernah merasakan gelapnya hidup di bawah kekejian ISIS.
Meskipun agenda Paus Fransiskus sudah final dan diumumkan sejak jauh-jauh hari, bukan tidak mungkin pemimpin umat Katolik ini mau menyelipkan sedikit waktu untuk berjumpa Ibu Sumarsih. Salah satu dombanya yang setia, dan juga seorang penyintas tragedi kelam yang masih belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas. (*)
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha