Katolikana.com, Salatiga — Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun ke-3, Kelompok Doa Meditasi Kristiani Paroki Kristus Raja Semesta Alam Salatiga, Jawa Tengah, menyelenggarakan acara “Meditasi Kristiani Talkshow” pada Sabtu (28/9/2024).
Acara ini dilaksanakan di Gedung Pastoral Paroki Kristus Raja Semesta Alam Tegalrejo, dan dihadiri oleh 180 peserta dari berbagai kelompok meditasi Kristiani di wilayah Keuskupan Semarang, perwakilan lingkungan, guru, serta pelajar Katolik di Salatiga.
Acara dibuka oleh Romo Mikael Walidi, MSF, selaku Romo paroki, dan didukung oleh Komunitas Insan Berbagi Salatiga yang menyediakan konsumsi untuk para peserta. Kegiatan dimulai dengan meditasi bersama yang dipimpin oleh Koordinator Meditasi Kristiani Salatiga, Paulus Sugijanto.
Meditasi ini diikuti oleh penggiat meditasi Kristiani serta peserta baru yang ingin memperdalam pengalaman doa meditasi.
Dalam sesi talkshow, Romo Vincentius Kaya Watun, OMI, yang merupakan narasumber dan pengajar nasional doa meditasi Kristiani, menjelaskan bahwa meditasi adalah bentuk doa sederhana yang membantu seseorang kembali pada jati diri sejati dan merasakan kehadiran Tuhan secara lebih nyata.
“Meditasi Kristiani membantu kita merasakan bahwa ‘Tuhan beserta kita’, sehingga hal-hal lain menjadi tidak penting,” ungkap Romo Vincentius. Ia juga menekankan pentingnya mengatasi ego yang berlebihan, yang dapat menghalangi hubungan dengan Tuhan.
Doa meditasi Kristiani mengajak setiap orang untuk mencapai ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Seperti yang diajarkan oleh Santa Faustina, “Yesus adalah Andalanku.”
Melalui meditasi ini, kita diingatkan bahwa manusia diciptakan dengan segala kebaikannya. Baik kelebihan maupun kekurangan, hendaknya kita serahkan kepada Tuhan untuk dibentuk. Dengan konsistensi dalam berdoa dan bermeditasi, kita akan perlahan-lahan mencapai keheningan batin.
Selain itu, dari sisi psikologis, Dr. Siswanto, MSi, Psikolog, turut menjelaskan manfaat meditasi Kristiani untuk kesehatan mental. Ia menyebutkan bahwa meditasi membantu menenangkan jiwa dan mencegah gangguan psikosomatis yang disebabkan oleh stres dan kekhawatiran.
“Meditasi mengaktifkan saraf parasimpatik yang berperan dalam pemulihan, membuat otak berfungsi lebih baik, dan membantu seseorang menjadi lebih bijaksana,” jelas Dr. Siswanto.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, meditasi dinilai menjadi solusi penting untuk menjaga keseimbangan hidup, terutama bagi generasi muda yang rentan terhadap godaan hiburan digital.
“Semoga meditasi Kristiani dapat membantu setiap orang masuk dalam keheningan dan misteri Ilahi,” tutup Romo Vincentius.(*)
Alumnus STP-IPI Malang