Katolikana.com, Amerika Serikat — Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya keluar sebagai pemenang dalam Pemilihan presiden (Pilpres) AS 2024. Trump berhasil mengunci kemenangan setelah meraih lebih dari 270 suara electoral college. Dengan demikian, Presiden AS di periode 2017-2021 ini akan kembali menjadi Presiden AS pada awal tahun depan
Perhitungan suara per Rabu malam (6/11/2024) pukul 23.30 WIB, atau Rabu pagi pukul 11.30 waktu New York, menunjukkan Trump telah meraih 277 electoral votes. Ia mengamankan 27 negara bagian dan unggul di 4 negara bagian lainnya, dari total 50 negara bagian di AS. Saingan utamanya, Kamala Harris, hanya mampu memenangi 19 negara bagian dan unggul di 1 negara bagian lainnya.
Dalam pidato kemenangannya, Trump menjanjikan “Amerika yang kuat, aman, dan sejahtera” kepada publik. Kemenangan Trump ini juga sekaligus membuat AS kembali memiliki politisi Katolik yang berkantor di Number One Observatory Circle, kantor sekaligus kediaman resmi Wakil Presiden (Wapres) AS.
Cawapres Trump, James David (JD) Vance, bakal menjadi orang Katolik kedua yang dilantik sebagai Wapres AS. Vance akan mengikuti jejak Joe Biden sebagai politisi Katolik pertama yang pernah menjadi Wapres AS pada periode 2009-2017, dan kemudian naik menjadi Presiden AS periode 2021-2025.
Pelantikan Trump dan Vance akan berlangsung pada 20 Januari 2025. Setelah mengangkat sumpah, mereka secara resmi akan menjabat sebagai Presiden dan Wapres AS hingga tahun 2029.
Mengingat bahwa Trump akan menjabat dalam periode keduanya sebagai Presiden AS, ia tidak dapat mencalonkan diri kembali dalam gelaran Pilpres berikutnya. Dengan demikian, sangat terbuka kemungkinan bagi Vance sebagai Wapres petahana untuk berkompetisi sebagai capres pada Pilpres 2028.
Jika di kemudian hari Vance benar-benar dicalonkan dan memenangi Pilpres 2028, ia akan menjadi Presiden Katolik ketiga AS, mengikuti jejak J.F. Kennedy dan Joe Biden.
Baca juga: Trump Unggul Sementara di Pilpres AS, Suara Pemilih Katolik Jadi Penentu
Politisi “Hijau”
JD Vance merupakan “darah segar” dalam dunia politik AS. Politisi kelahiran 1984 ini terbilang masih sangat “hijau”. Satu-satunya pengalamannya dalam jabatan publik hanyalah sebagai Senator dari Ohio sejak Januari 2023. Politisi muda berusia 40 tahun tersebut juga bakal menjadi salah satu wapres termuda dalam sejarah AS.
Sebagai perbandingan, Joe Biden menghabiskan waktu selama 36 tahun sebagai Senator dari Delaware sebelum ia dilantik sebagai wapres di tahun 2009. Sedangkan, Kamala Harris pernah menjadi jaksa selama 13 tahun dan Senator mewakili California selama 4 tahun, sebelum akhirnya menduduki jabatan wapres di tahun 2021.
Tidak hanya itu, Vance dulunya adalah seorang anti-Trump yang sering melontarkan kata-kata kasar kepada Trump. Dalam momen kampanye Pilpres 2016, Vance sering menyebut Trump sebagai orang yang tidak bermoral, pembohong, dan menuduhnya sebagai pelaku pelecehan seksual. Bahkan, ia pernah menyatakan, “Saya adalah orang yang tidak pernah menyukai Trump. Saya tidak pernah menyukainya.”
Vance kemudian berbalik mengatakan bahwa dia telah berubah pikiran selama masa kepresidenan Trump.
“Saya sangat terbuka mengenai fakta bahwa saya pernah mengatakan hal-hal kritis itu dan saya menyesalinya. Saya menyesal telah salah mengenai pria itu (Trump),” kata Vance pada 2021. Bahkan, Trump juga mendukung Vance ketika dia berusaha mencalonkan diri dan kemudian memenangkan kursi Senat mewakili Ohio dari Partai Republik pada 2022.
Dalam konteks politik, Vance mengidentifikasi ia adalah seorang konservatif. Namun demikian, sebagai seseorang yang pernah tumbuh besar dalam situasi kemiskinan, dia mengatakan bahwa dirinya menghargai beberapa layanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin.
Baca juga: Dari Ateis menjadi Katolik, Cawapres Donald Trump Berpeluang Jadi Wapres Katolik Kedua di AS
Dibaptis saat Dewasa
Ia memiliki silsilah yang terbilang tidak umum untuk seorang tokoh politik besar. Dia besar di lingkungan keluarga yang dilanda kemiskinan, pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga, kecanduan narkoba, menjadi tunawisma, pelecehan verbal, dan prestasi rendah semasa sekolah.
Uniknya lagi, Vance bukanlah penganut Katolik dari lahir. Dia mengakui dulunya ia adalah seorang ateis, meskipun ia dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi Kristiani. Vance baru menerima baptisan dewasa sebagai seorang Katolik di tahun 2019, pada usianya yang ke-35 tahun. Ia dibaptis di sebuah biara Dominikan di Cincinnati.
Vance pernah merefleksikan pengalamannya berpindah agama sebagai sebuah proses yang terjadi “secara perlahan dan bertahap” selama beberapa tahun. Refleksinya tersebut pernah dimuat di The Lamp yang berjudul “On Mamaw and Becoming Catholic”.
Menurut Vance, perjalanannya untuk memeluk Katolik terinspirasi oleh teladan dari “Mamaw”, panggilan sayang Vance untuk neneknya dari pihak ibu. Ia menggambarkan Mamaw sebagai “seorang wanita yang memiliki keyakinan yang dalam, namun sepenuhnya tidak dilembagakan.”
Selain sosok Mamaw, ia menyebutkan ada sejumlah tokoh Katolik yang ia kagumi dalam hidupnya. Dua diantaranya adalah tulisan-tulisan para intelektual Katolik, termasuk Santo Agustinus dari Hippo serta filsuf Prancis Rene Girard.
Vance pernah menyatakan, “Santo Agustinus menunjukkan jalan kepada saya untuk bisa memahami iman Kristiani dengan cara yang sangat intelektual.” Saat kemudian dibaptis menjadi Katolik, ia juga memilih nama “Agustinus” sebagai nama permandiannya. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.