Katolikana.com — Para Ibu dan Bapak serta Saudari dan Saudara yang baik, selamat pagi. Semoga Anda beserta keluarga, sanak-saudara, serta sahabat dan teman dalam keadaan baik. Selamat menikmati akhir pekan untuk sejenak beristirahat dan menikmati kembali semua kebaikan Allah yang telah dilimpahkan kepada kita selama sepekan.
Minggu ini kita merayakan hari Minggu ke-33 tahun B dalam kalender liturgi. Injil (Mrk 13:24-32) yang kita dengarkan dalam Perayaan Ekaristi membicarakan dua hal. Yang pertama berbicara tentang kedatangan Anak Manusia yang didahului oleh “zaman edan” (ay. 24-27). Yang kedua mengundang orang untuk memperhatikan kapan saat kedatangan Anak Manusia itu tiba (ay. 28-32).
Apa maknanya bagi kehidupan kita? Marilah kita renungkan bersama dengan memperhatikan beberapa catatan berikut.
Pertama, para murid Yesus generasi pertama, yakni mereka yang masih mengenal Yesus dari dekat ketika Ia masih hidup, hidup mereka digairahkan oleh kebangkitan Yesus dari kematian-Nya. Mereka mewartakan bahwa Yesus telah bangkit dari kematian dan naik ke surga untuk menyiapkan tempat bagi mereka. Mereka juga percaya bahwa Ia akan datang kembali dengan mulia dan orang-orang yang percaya kepada-Nya akan ikut serta dalam kebesaran-Nya. Ketika Ia datang kembali seluruh alam semesta akan menyaksikan peristiwa ini.
Kedua, karenanya, pewartaan Injil yang paling awal adalah “Tuhan telah bangkit!” Semua hal lain, termasuk kedatangan-Nya kembali, merupakan kelanjutan dari peristiwa kenbangkitan itu.
Ketiga, bagi murid-murid dari generasi selanjutnya, yang tidak mengenal Yesus ketika Ia masih hidup, kebangkitan-Nya sudah menjadi hal yang diandaikan. Minat mereka lebih terarah pada kedatangan-Nya kembali. Di situlah letak daya tarik komunitas Kristen awal ini.
Keempat, seluruh Injil Markus ditulis bagi kalangan mereka (catatan kektiga). Kepada mereka diperkenalkan siapa Yesus yang akan datang kembali itu lewat ingatan akan hal-hal yang diajarkan dan dilakukan-Nya semasa hidup-Nya. Kedatangan-Nya kembali nanti dikontraskan dengan suasana yang menggelisahkan: suasana “zaman edan” dan bumi gonjang-ganjing (ay. 24-25).
Kelima, orang-orang Yahudi kala itu terusik dengan pertanyaan-pertanyaan tentang akhir zaman. Kepada orang-orang ini Yesus mengajarkan bahwa akhir zaman sudah tiba dalam wujud “Kerajaan Allah”. Inilah yang ditulis oleh Markus pada awal Injilnya (Mrk 1:15a).
Keenam, kedatangan Kerajaan Allah meminta orang-orang untuk melakukan “metanoia” (Yunani; lebih luas maknanya daripada “bertobat”) [Mrk 1:15b]; yakni berubah haluan dari hanya mengutak-utik perkara betul atau salah menurut Taurat menjadi orang yang berpikir lapang, yang tidak membiarkan diri terkungkung oleh huruf (peraturan). Dengan cara itu mereka akan mengalami kemerdekaan batin.
Ketujuh, langkah berikutnya untuk melakukan “metanoia” (berubah haluan) adalah mendengarkan dan memandangi Yesus, serta mengikuti Yesus yang mengajar, membangun komunitas para murid yang “inklusif” dan tidak diskriminatif, serta menyembuhkan orang sakit sambil berjalan ke Yerusalem meskipun sadar bahwa di sana Ia bakal kena “susah”. Ini semua dilakukan agar orang menyadari bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah.
Kedelapan, tetapi Yesus sendiri sebenarnya memakai ungkapan “Anak Manusia” untuk menjelaskan ke-Mesias-annya. Ia mendekatkan kembali manusia dengan Allah; ia bukan Mesias politik yang membebaskan umat Israel dari penjajahan bangsa Romawi. Karenanya, Yesus me¬makai gambaran Anak Manusia dengan memanfaatkan Dan 7:13 (Mrk 13:26).
Kesembilan, kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaan-Nya ditampilkan oleh Markus (juga oleh Matius dan Lukas) dengan memakai gambaran dari Dan 7:13, yakni tokoh Anak Manusia yang datang menghadap Allah untuk memperoleh anugerah kuasa atas seluruh alam semesta. Dalam Kitab Daniel, kedatangan Anak Manusia ini terjadi segera sesudah Allah memunahkan kekuatan-kekuatan jahat yang mengungkung alam semesta. Zaman yang dikuasai kekuatan edan itu kini digantikan dengan zaman Anak Manusia.
Kesepuluh, Anak Manusia dalam Daniel dipakai untuk melukiskan kemanusiaan baru yang hidup merdeka di hadapan Allah. Di situlah kebesarannya. Bila “Anak Manusia” diterapkan kepada Yesus, kedatangan-Nya kembali mewujudkan kemanusiaan yang baru ini.
Kesebelas, kemanusiaan baru itulah wujud utuh Kerajaan Allah. Manusia tidak lagi buta, tidak lagi lumpuh, tidak lagi sakit, tidak lagi kerasukan roh jahat, tidak lagi melakukan diskriminasi terhadap satu sama lain. Dengan keadaannya yang seperti itu mereka hidup merdeka di hadapan Allah, seperti Yesus sendiri di hadapan Allah, Bapa yang maharahim itu. Seperti dalam Kitab Daniel tadi, kehadiran manusia baru itu kontras dengan zaman edan yang mendahuluinya.
Keduabelas, tentang “saat yang persis” kapan kedatangan kembali Yesus sebagai Anak Manusia dengan kemuliaan-Nya, hanya Allah yang mengetahuinya (ay. 32). Namun, kedatangan-Nya kembali pasti terjadi, seperti kepastian datangnya musim panas ketika pohon ara mulai memunculkan tunas-tunas baru (ay. 28-29).
Merenungkan Injil ini, mengundang kita untuk mengalami kembali kehadiran Yesus di tengah kehidupan manusia sebagi wujud datangnya Kerajaan Allah.
Pengalaman ini juga mengundang kita untuk melanjutkan karya-Nya dengan menyembuhkan berbagai macam penyakit yang melanda sesama dan masyarakat kita: ketidakpedulian, keserakahan, keculasan, kebodohan dan pembodohan, kemiskinan dan pemiskinan, diskriminasi, memperlakukan sesama manusia sebagai barang dagangan, dan mentalitas “jalan pintas” untuk menjadi kaya (korupsi, judi online, perdagangan narkoba) serta menjadi tersohor (membeli ijazah, membeli gelar akademis, membeli jabatan), dan seterusnya.
Ini semua merupakan cara untuk “membangun manusia baru” dan menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus kembali dengan kemuliaan-Nya, dan kita akan “dikumpulkan sebagai orang-orang pilihan-Nya” (ay. 27).
Teriring salam dan doa.
Penulis: Romo Ignatius Loyola Madya Utama, SJ, dosen Seminari Tinggi Santo Petrus, Sinaksak—Pematang Siantar, dan pendiri Gerakan Solidaritas untuk Anak-anak Miskin
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.