Menjaga Iman di Era Dinamis

Semakin Apostolik dalam Perubahan Zaman

0 27
Hari Sucahyo

Katolikana.com—Di tengah arus perubahan zaman yang semakin cepat, iman Kristiani terus menjadi pilar kehidupan yang kokoh bagi banyak orang. Namun, tantangan yang dihadapi umat Katolik saat ini jauh lebih kompleks dibandingkan masa sebelumnya.

Kemajuan teknologi, globalisasi, dan pergeseran sosial menuntut umat untuk tidak hanya bertahan dalam iman, tetapi juga mampu mewartakan kasih Kristus dengan cara yang relevan. Dalam konteks ini, menjadi semakin apostolik berarti semakin aktif dalam misi pewartaan dan pelayanan di tengah masyarakat yang terus berubah.

Makna Apostolik

Kata apostolik merujuk pada sifat misi yang diwariskan dari para rasul, yang mengemban tugas utama mewartakan Injil ke seluruh dunia. Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama, yaitu membawa kabar keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali.

Namun, tantangan di era digital ini tidak hanya terletak pada bagaimana kita berbicara tentang iman, tetapi juga bagaimana kita memastikan bahwa pewartaan tersebut tetap relevan dan dapat menjawab kebutuhan umat masa kini.

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, pewartaan iman tidak lagi terbatas pada ruang-ruang fisik seperti gereja atau komunitas basis. Media sosial dan platform digital menjadi sarana utama dalam menjangkau lebih banyak orang, terutama generasi muda.

Sayangnya, di sisi lain, arus informasi yang deras sering kali membuat nilai-nilai Kristiani kabur di tengah kebisingan dunia maya. Oleh karena itu, kebijaksanaan dalam menggunakan teknologi menjadi hal yang esensial agar iman tetap menjadi terang di era digital.

Selain tantangan digital, globalisasi telah menciptakan masyarakat yang semakin plural dan beragam. Konsekuensinya, umat Katolik dihadapkan pada tantangan baru dalam menjaga universalitas iman di tengah perbedaan budaya dan keyakinan.

Kita tidak hanya dituntut untuk mempertahankan nilai-nilai iman, tetapi juga harus mampu membangun dialog dengan mereka yang berbeda pandangan.

Sikap inklusif dan dialogis menjadi semakin penting agar Gereja tetap hadir sebagai jembatan perdamaian di tengah keberagaman. Seperti yang sering disampaikan oleh Paus Fransiskus,

Gereja harus menjadi rumah bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka. Artinya, semakin apostolik juga berarti semakin terbuka terhadap perbedaan, tanpa mengorbankan kebenaran iman.

Gereja Hati Yesus yang Maha Kudus Karangpanas

Misi Katolik

Menjadi semakin apostolik bukan hanya berbicara tentang pewartaan Injil dalam pengertian tradisional, tetapi juga berperan aktif dalam menjawab persoalan sosial. Gereja tidak bisa diam ketika melihat ketidakadilan, kemiskinan, dan krisis lingkungan semakin nyata.

Sebagai contoh, ajaran sosial Gereja dalam ensiklik Laudato Si’ mengingatkan kita untuk peduli terhadap lingkungan.

Dalam konteks ini, menjadi apostolik berarti ikut serta dalam gerakan menjaga ciptaan Tuhan, baik melalui gaya hidup yang lebih ramah lingkungan maupun advokasi terhadap kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan alam.

Selain itu, Gereja juga harus hadir dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Solidaritas terhadap kaum miskin dan tertindas adalah bagian dari misi utama Gereja yang diwariskan oleh Kristus sendiri. Oleh karena itu, umat Katolik harus aktif dalam kegiatan sosial yang membawa dampak positif bagi masyarakat luas.

Kesaksian hidup yang autentik jauh lebih kuat dibandingkan sekadar kata-kata.

Menghidupi Iman

Menjadi semakin apostolik tidak selalu berarti melakukan tindakan besar. Justru, pewartaan yang paling nyata sering kali muncul dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita berperilaku di tempat kerja, bagaimana kita memperlakukan sesama, dan bagaimana kita berbicara di media sosial adalah bentuk kesaksian iman yang dapat berdampak luas.

Kesaksian hidup yang autentik jauh lebih kuat dibandingkan sekadar kata-kata. Umat Katolik harus menjadi teladan dalam hal integritas, kejujuran, dan kasih kepada sesama. Dengan demikian, iman tidak hanya menjadi identitas, tetapi juga gaya hidup yang membawa perubahan bagi lingkungan sekitar.

Menjaga iman di era yang dinamis adalah tantangan yang harus dijalani dengan penuh kebijaksanaan. Perubahan zaman menuntut kita untuk beradaptasi tanpa kehilangan esensi ajaran iman. Dengan menjadi semakin apostolik, kita tidak hanya menjaga iman kita sendiri, tetapi juga mengajak dunia untuk mengenal kasih Kristus.

Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk tetap relevan dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Semakin apostolik berarti semakin hadir dalam kehidupan sosial, semakin misioner dalam pewartaan, dan semakin peduli terhadap persoalan dunia.

Dengan menjawab tantangan zaman secara bijaksana, kita dapat memastikan bahwa iman tetap hidup dan berdampak bagi banyak orang, kini dan di masa depan. (*)

Penulis: T.H. Hari Sucahyo, Umat Paroki Karangpanas, Gereja Santo Athanasius Agung Semarang

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.