Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Diri Yesus Kristus

Meneladani Yesus bukan hanya dalam pengajaran moral, tetapi juga dalam tindakan nyata.

0 77
Marcellinus Derry Berlianto

Katolikana.com – Nilai luhur “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang tertuang dalam sila kedua Pancasila memiliki relevansi yang kuat dengan ajaran kasih Yesus Kristus.

Dalam kehidupan-Nya, Yesus menunjukkan bagaimana keadilan dan kasih dapat berjalan beriringan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Ia menjadi teladan dalam memperjuangkan keadilan, membela kaum lemah, serta menegur mereka yang bertindak tidak manusiawi.

Sebagai negara multikultural, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menegakkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nilai ini, yang menjadi bagian dari fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara, berakar pada penghormatan terhadap martabat manusia serta komitmen terhadap keadilan sosial. Namun, dalam realitasnya, banyak praktik ketidakadilan yang terjadi akibat penyalahgunaan wewenang, korupsi, dan kesenjangan sosial.

Dalam ajaran-Nya, Yesus Kristus memberikan contoh konkret tentang bagaimana bersikap adil dan beradab. Salah satunya terlihat dalam peristiwa ketika Ia mengusir para pedagang dan membalikkan meja penukar uang di pelataran Bait Allah (Mat. 21:12).

Tindakan ini bukan sekadar ungkapan kemarahan, melainkan bukti cinta-Nya kepada Allah dan kepedulian-Nya terhadap keadilan. Yesus menolak eksploitasi terhadap rumah Tuhan yang seharusnya menjadi tempat doa, bukan sarang penyamun.

Kasih dan keadilan yang diajarkan oleh Yesus juga tampak dalam peristiwa ketika Ia membela perempuan yang kedapatan berbuat zina (Yoh. 8:3-11). Ketika masyarakat menuntut hukuman rajam bagi perempuan tersebut, Yesus dengan kebijaksanaan-Nya memberikan penghakiman yang penuh belas kasih.

Ia berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepadanya.” Dengan kata-kata ini, Yesus bukan hanya menyelamatkan perempuan itu dari hukuman yang tidak manusiawi, tetapi juga menyadarkan orang-orang di sekelilingnya akan pentingnya introspeksi diri.

Dalam konteks kehidupan modern, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam menegakkan nilai keadilan dan kemanusiaan.

Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara, penyalahgunaan kekuasaan, serta ketimpangan sosial menjadi gambaran nyata betapa masih jauhnya implementasi nilai “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara masyarakat kelas menengah ke bawah berjuang untuk bertahan hidup, segelintir elit menikmati kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak etis.

Sebagai umat Kristiani, kita diajak untuk meneladani semangat Yesus dalam memperjuangkan keadilan. Ketegasan-Nya dalam menolak ketidakadilan dan kasih-Nya dalam membela kaum lemah menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk tidak tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan sosial.

Dalam ajaran Gereja Katolik, keadilan sosial menjadi salah satu prinsip fundamental yang harus diperjuangkan, sebagaimana yang tertuang dalam ensiklik Evangelium Vitae yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1995.

Dalam dunia yang penuh dengan godaan kekuasaan, kekayaan, dan status sosial, mempertahankan nilai keadilan dan kemanusiaan bukanlah hal yang mudah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum., dalam perkuliahan Filsafat Pancasila di STKIP Widya Yuwana Madiun.

Ia menegaskan bahwa “Ir. Soekarno dalam menemukan weltanschauung dari nilai-nilai kehidupan masyarakat menekankan bahwa manusia harus memanusiakan manusia, yang kemudian dimuat dalam Pancasila menjadi ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.’”

Dengan demikian, Pancasila bukan hanya sekadar landasan hukum negara, tetapi juga menjadi panggilan moral bagi setiap warga negara untuk menjaga keadilan dan martabat sesama.

Yesus Kristus telah memberikan teladan nyata dalam mewujudkan kasih yang humanis dan adil. Ajaran-Nya tidak hanya sebatas teori, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata melalui keberpihakan kepada mereka yang tersingkirkan.

Sebagai umat Kristiani, kita tidak hanya dipanggil untuk memahami ajaran-Nya, tetapi juga untuk mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di tengah ketidakadilan yang terus terjadi, kita perlu berani mengambil sikap. Meneladani Yesus bukan hanya dalam pengajaran moral, tetapi juga dalam tindakan nyata.

Kita diajak untuk menjadi pribadi yang menjunjung tinggi martabat manusia, melawan ketidakadilan, serta membangun kehidupan yang lebih beradab. Dengan menjadikan kasih sebagai landasan dalam setiap tindakan, kita tidak hanya menghidupi ajaran Kristus tetapi juga mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial.

Dengan demikian, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” bukan sekadar konsep teoritis, melainkan harus diwujudkan dalam aksi nyata, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan menggereja.

Sebab, seperti yang diajarkan Yesus, “Apa yang kamu lakukan bagi salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk-Ku” (Mat. 25:40). ***

Penulis: Marcellinus Derry Berlianto, Mahasiswa STKIP Widya Yuwana Madiun

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.