Ora et Labora, Warisan Santo Benediktus yang Mengubah Dunia

Doa dan kerja bukanlah dua dunia yang saling bertentangan, melainkan dua sisi dari satu panggilan: menghidupi iman secara konkret.

0 34

Katolikana.com—Ketika reruntuhan Kekaisaran Romawi Barat menandai awal abad ke-6, masyarakat Eropa larut dalam kekacauan. Kekerasan, kemiskinan, dan kehilangan arah menjadi wajah sehari-hari dunia Barat kala itu.

Di tengah kabut zaman yang gelap, hadir seorang tokoh yang memilih jalan keheningan: Santo Benediktus dari Nursia. Ia tidak membangun kerajaan, melainkan komunitas—dan dari komunitas kecil itulah ia menyalakan obor spiritualitas yang terus menyala hingga kini: Ora et Laboraberdoa dan bekerja.

Ketika Keheningan Menjadi Revolusi

Santo Benediktus lahir sekitar tahun 480 di Nursia, Italia. Ia menyaksikan langsung dekadensi moral di Roma saat belajar di sana. Jijik terhadap cara hidup kota besar yang bobrok, ia meninggalkannya untuk hidup sebagai pertapa di gua Subiaco.

Di sanalah, dalam keheningan, ia menemukan kekuatan batin yang menjadi fondasi kehidupannya: doa dan kerja.

Benediktus kemudian mendirikan komunitas-komunitas monastik, dengan Biara Monte Cassino sebagai yang paling ikonik. Di sanalah ia menyusun Regula Benedicti — Aturan Santo Benediktus — yang hingga kini menjadi rujukan utama kehidupan religius di Barat.

Inti dari aturan ini adalah keseimbangan antara doa, kerja, dan istirahat. Kehidupan sehari-hari para biarawan dibagi menjadi tiga bagian: 8 jam untuk berdoa, 8 jam untuk bekerja, dan 8 jam untuk beristirahat.

Bagi Benediktus, hidup yang tertib bukan sekadar efisiensi, tapi cara untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi.

Santo Benediktus. Lukisan oleh Blair Barlow. Foto: plough.com

Ora: Doa yang Mengakar, Bukan Sekadar Ritual

Di tengah hiruk-pikuk hidup modern, doa sering kali tergeser ke pinggir. Tapi bagi Benediktus, doa adalah pusat gravitasi kehidupan. Ia menetapkan agar komunitas berkumpul tujuh kali sehari dan sekali di malam hari untuk mendaraskan Mazmur, dalam ibadat yang disebut Opus Dei — Karya Allah.

Doa, dalam tradisi Benediktin, bukan sekadar permohonan. Ia adalah keheningan yang aktif, ruang batin yang terbuka bagi suara Allah. Doa menjadi jalan penyembuhan, bukan pelarian. Bahkan alat dapur atau cangkul pun dianggap suci jika dipergunakan dalam roh doa. Semua hal dapat menjadi doa — jika dilakukan dalam kasih dan kesadaran akan kehadiran Allah.

Labora: Kerja sebagai Persembahan, Bukan Beban

Santo Benediktus sangat tegas dalam hal kerja. Dalam Regula, ia menulis: “Kemalasan adalah musuh jiwa” (RB 48:1). Kerja bukan semata-mata untuk hasil atau produksi, tetapi bentuk partisipasi dalam karya penciptaan Tuhan. Oleh karena itu, alat-alat kerja diperlakukan layaknya bejana altar—karena segala sesuatu yang dipakai untuk melayani sesama adalah sakral.

Kerja tidak pernah dipisahkan dari doa. Sebaliknya, keduanya saling melengkapi. Dalam dunia yang mengejar hasil, Santo Benediktus mengajarkan bahwa kerja yang benar adalah kerja yang dilandasi kasih, diliputi doa, dan diarahkan untuk memuliakan Allah.

Medali Santo Benediktus

Kepemimpinan yang Bersumber dari Keheningan

Kepemimpinan Santo Benediktus bukan soal karisma atau kekuasaan, melainkan soal keteladanan. Ia adalah “abbas” — ayah rohani — yang membentuk komunitas lewat kehidupan yang konsisten. Kepemimpinannya adalah panggilan untuk melayani, bukan untuk menguasai. Ia percaya bahwa pemimpin sejati tidak mendominasi dari atas, melainkan mengakar di tengah umat, seperti akar yang menopang batang dan buah.

Seruan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium tentang sukacita Injil sangat selaras dengan semangat Benediktus. Gereja yang sejati, kata Paus, adalah Gereja yang melayani dengan rendah hati, yang merangkul tanpa menghakimi, dan yang menghidupi Injil dalam tindakan nyata.

Begitu pula Benediktus: dalam setiap aturan hidupnya, kita melihat spiritualitas pelayanan, bukan dominasi. Ketaatan bukan bentuk penindasan, melainkan jalan menuju kebebasan batin. Disiplin bukan kendala, tetapi jalan menuju kedewasaan rohani.

Relevansi untuk Dunia Hari Ini

Prinsip Ora et Labora mungkin lahir di biara, tetapi ia tidak berhenti di sana. Dalam dunia yang serba cepat, penuh tekanan, dan kehilangan arah spiritual, prinsip ini bisa menjadi kompas. Doa dan kerja bukanlah dua dunia yang saling bertentangan, melainkan dua sisi dari satu panggilan: menghidupi iman secara konkret.

Pandemi COVID-19, krisis iklim, konflik sosial—semua ini mengundang kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: Apakah kita bekerja hanya untuk hasil, atau kita bekerja sebagai bentuk pelayanan? Apakah doa menjadi bahan bakar tindakan kita, atau hanya pelengkap saat sempat?

Sebagaimana ditulis oleh Fr. George Plathottam SDB, Ora et Labora adalah spiritualitas hidup harian yang menyatu, bukan terpisah. “Kerja yang dimulai dengan doa menjadi suci. Doa yang mengiringi kerja menjadi dupa yang harum bagi Tuhan.”

Langkah Nyata bagi Orang Muda

Bagi generasi muda Katolik, prinsip ini bisa dihidupi lewat langkah-langkah konkret:

  1. Disiplin dalam Doa dan Waktu
    Mulailah hari dengan doa, atur waktu belajar dan istirahat dengan teratur. Hidup yang tertib adalah benih kesuksesan spiritual dan duniawi.
  2. Bekerja dengan Hati
    Apa pun pekerjaan atau tugas — belajar, menulis, mencuci piring, atau mendengarkan teman — lakukan dengan cinta. Jangan bekerja hanya demi nilai atau gaji, tetapi demi pelayanan.
  3. Bersaksi Lewat Hidup
    Iman tidak berhenti di kapel. Jadilah terang di sekolah, kampus, dan dunia kerja. Tunjukkan integritas, kebaikan, dan tanggung jawab sebagai bentuk pewartaan Injil.

Dunia Butuh Keheningan

Santo Benediktus wafat sekitar tahun 547, setelah menjalani hidup dalam keheningan, kerja, dan doa. Ia tidak menulis teologi yang rumit, tidak berdebat di forum publik, tidak menjadi uskup. Tetapi dari biara-biara yang ia bangun, lahir peradaban Kristen yang menyentuh pendidikan, kesenian, pertanian, dan liturgi selama berabad-abad.

Kini, dunia yang lelah dan bising sangat membutuhkan apa yang dulu Benediktus tawarkan: keseimbangan. Doa yang tidak melarikan diri dari dunia, dan kerja yang tidak kehilangan jiwa. Ora et Labora bukan slogan. Ia adalah jalan hidup.

“Setiap kali hendak memulai karya yang baik, berdoalah dengan sungguh kepada-Nya agar Ia menyempurnakannya.” – Santo Benediktus. (*)

Kontributor: Joida Ambarita, Mahasiswi STP St Bonaventura KAM

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.