Katolikana.com—Tanggal 21 April 2021 lalu, Radio Katolikana merayakan ulang tahun pertama. Tanggal itu tepatnya tanggal pembuatan grup WhatsApp Radio Katolikana.
Bagaimana hari-hari perjalanan Radio Katolikana selama satu tahun ini? Simak perbincangan Katolikana dengan Penyiar Magang alias Mbak PM, Regina, dan Maron.
Mbak Penyiar Magang (PM), Anda kan penyiar angkatan pertama yang direkrut sebagai penyiar Radio Katolikana. Kenapa tertarik dunia radio?
Radio adalah sahabat virtual. Radio itu seperti tarikan nafas kedua ketika bangun pagi. Bisa seharian penuh beraktivitas hanya ditemani penyiar dan lagu-lagu dari radio.
Sampai suatu ketika, saya selalu membayangkan untuk bisa magang di salah satu Radio Swasta favorit. Tapi kemudian saya kubur impian itu dengan alasan: “Mana mungkin bisa jadi penyiar radio?”.
Baca juga: Satu Tahun Radio Katolikana: Awalnya Iseng, Kini Mengusung Nilai Katolik ‘Model Pasar’
Bagaimana ceritanya sehingga Mbak PM bisa bergabung di Radio Katolikana?
Awal 2020 hadirlah pandemi Covid-19. Saat itu saya sedang semangat-semangatnya ingin ikut ambil bagian dalam pelayanan di gereja. Sayangnya gereja juga ikut ditutup.
Tidak ada choir yang mengisi Misa. Saat itu saya berpikir, “Memang belum saatnya.”
Saya bukan orang yang gemar scroll-scroll media sosial. Tapi karena segala aktivitas di luar rumah juga dilarang, akhirnya untuk mengisi waktu, saya lebih sering memantau Twitter sambil mendengarkan radio.
Saat itu acara televisi juga isinya seperti film horor. Di mana-mana berita tentang Covid-19. Rasanya bosan.
Sampai suatu ketika, saat saya membuka Twitter, di lini masa paling atas baru beberapa detik saja sebuah akun bernama Katolik Garis Lucu mengunggah tentang pendaftaran Virtual Choir.
Tanpa pikir panjang, saya memberanikan diri mengirim DM untuk mendaftar. Tak sampai 10 menit, saya sudah berada di dalam sebuah grup WA Virtual Choir GL.
Keseriusan bergabung dalam Virtual Choir Katolik Garis Lucu akhirnya membawa saya untuk iseng-iseng mencoba bergabung ke Radio Katolikana.
Lalu bagaimana ceritanya sehingga Mbak PM bisa ‘nyemplung’ di Radio Katolikana?
Saya masih ingat, hari itu sekitar jam 19.00 WIB sebuah link—katanya isinya siaran radio—dibagikan. Berbekal rasa penasaran, saya klik link tersebut. Saat itu pertama kali saya dengar penyiarnya bapak-bapak tapi lagunya Dewa 19, hahaha.
Saat itu Momin bertanya dalam grup: “Ada yang berminat untuk jadi penyiar radio?”
Tapi, belum ada yang menanggapi serius. Sementara saya menunggu momen yang tepat untuk menanggapi chat tersebut, sambil bertanya pada diri sendiri: “Yakin? Memangnya berani?”
Eng ing eng! Kemudian ada yang me-reply chat dari Momin. Ada seorang mbak-mbak, belakangan saya tahu namanya Mbak Ning, hehehe…
Iseng-iseng me-reply chat dari mbak-mbak itu, akhirnya membawa kami berdua ke dalam grup WA baru berjudul Radio Katolikana.
Ternyata bukan cuma kami bertiga saja: Momin, Mbak Ning, saya. Tapi ada juga Mbak Icha, yang mengundurkan diri di awal karena kesibukannya.
Malam itu juga kami diperkenalkan dengan software radio. Sepertinya Momin memang fast respon. Kalau bisa sekarang, kenapa harus ditunda, hehehe.
Kami mengobrol sampai tengah malam dan berakhir karena sudah mengantuk.
Setelah itu apa yang dilakukan?
Keesokan harinya, hari-hari kami diisi dengan pengenalan software dan latihan siaran. Astaga! Ternyata sulit menjadi penyiar. Tidak seperti khayalan saya yang cuma ‘ngoceh-ngoceh’ di depan mic.
Perasaan insekyur melanda. Rasanya tidak pantas jadi penyiar. Tapi berkat Momin, Mbak Ning dan teman-teman yang bergabung kemudian, saya mendapatkan dukungan semangat yang tak ada habisnya. Saya berusaha latihan terus-menerus sampai hari ini.
Saya masih belum pantas menyandang kata ‘Penyiar’ karena masih banyak yang belum saya gali dan capai. Saya masih grogi.
Sekarang beralih ke Mbak Regina. Bagaimana cerita awal bergabung di Radio Katolikana?
Saya harus berterima kasih kepada Lik Sastro (rekan sesama penyiar dan saudara se-paroki) yang waktu itu mengajak saya bergabung dengan Radio Katolikana.
Saat membaca flyer rekrutmen, saya langsung merasa cocok, karena syarat utamanya: kurang kerjaan hehehe. Apalagi saya bergabung di bulan Agustus 2020, saat pandemi Covid-19 sedang seru-serunya. Saya yang biasanya cukup mobile, kala itu, seperti kita semua juga, dipaksa banyak diam di rumah.
Syarat lain suara, jelas saya bisa bersuara hahaha. Laptop dan koneksi internet kebetulan sudah ada. Tinggal beberapa perangkat pendukung seperti microphone dan headphone yang bisa dicari belakangan.
Mbak Regina termasuk penyiar yang sudah banyak makan asam-garam di dunia radio, ya?
Betul. Menjadi penyiar radio memang bukanlah hal baru bagi saya. Profesi ini pernah saya tekuni selama 10 tahun, ditambah satu tahun mencicipi pengalaman sebagai presenter di Stasiun TV plat merah.
Radio sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya, baik sebagai pendengar maupun sebagai orang yang ada dalam bilik siar.
Bergabung dengan Radio Katolikana itu seperti CLBK atau Cinta Lama Bersemi Kembali, karena hasrat untuk bisa kembali cuap-cuap di depan microphone tidak pernah hilang, kecintaan saya pada dunia radio tidak pernah surut.
Menurut Mbak Regina, apa perbedaan ketika siaran di radio pemancar dan di radio streaming?
Siaran di Radio Katolikana memberikan pengalaman yang sama sekali berbeda. Siaran streaming dilakukan di rumah atau di manapun saya berada. Artinya saya tidak dibantu oleh tim produksi seperti radio-radio pada umumnya.
Semua harus saya lakukan sendiri, mulai dari menyiapkan materi siaran sampai playlist lagu yang akan diputar. Pun selama siaran saya bisa sambil mengerjakan pekerjaan atau aktivitas lain, the next level of multitasking, hehehe.
Ketika Radio Katolikana mulai menggelar acara talkshow mingguan, maka kesempatan baru pun datang. Para penyiar diberi kesempatan tampil sebagai host talkshow yang ditayangkan secara live di Youtube. Anak-anak saya bilang: “Wah, Ibu sekarang jadi YouTuber, hahaha.”
Berbekal pengalaman singkat di dunia televisi dulu, saya pun menikmati pengalaman baru ini. Menjadi host talkshow ini juga tak kalah seru. Menyiapkan TOR, menulis script, bahkan mengontak sendiri narasumber yang akan hadir menjadi bagian dari kesibukan sehari-hari.
Apa kesan, pengalaman, atau harapan Mbak Regina setelah bergabung di Radio Katolikana?
Saya sering berkelakar, Radio Katolikana ini membuat otak saya tidak karatan, hahaha.
Karena saya dipaksa untuk terus mengikuti perkembangan jaman, lagu-lagu baru, topik-topik yang sedang hangat diperbincangkan, sekaligus mengenal banyak orang baru dengan berbagai karakter dan latar belakang.
Bergabung di Radio Katolikana membuat saya terus belajar. Yang utama adalah belajar komunikasi zaman now. Karena kami tersebar di berbagai kota di Indonesia dan beberapa bahkan di luar negeri, maka praktis sebagian besar dari kami tidak pernah bertatap muka langsung. Pertemuan hanya dijalin secara virtual dan melalui WA grup.
Bukan hal yang mudah tentu saja untuk menyamakan visi dan menjaga kekompakan. Konflik juga tidak dapat dihindari, namun saya percaya, kami semua berada di Radio Katolikana karena semangat melayani, bekerja dengan ikhlas dan senang hati untuk kemuliaan Tuhan.
Saya berharap, Radio Katolikana tumbuh makin besar, dan mewujudkan tagline yang diusung: Menjadi Wajah Gereja Nusantara.
Sekarang bergeser ke MARON a.k.a Madam Ronnie alias Maria Ronnie. Anda salah satu penyiar yang tinggal di luar negeri. Bagaimana cerita saat bergabung di Radio Katolikana?
Saya termasuk penyiar yang baru belakangan gabung di Radio Katolikana. Karena ada perbedaan waktu antara Swiss–negara di mana saya tinggal–dengan Indonesia, saya belum bisa banyak aktif siaran.
Pertama kali siaran saat acara khusus dan saya kebagian siaran pukul 00.00 WIB tanggal 25 Desember 2020 atau pukul 18.00 di Swiss dan masih tanggal 24 Desember 2020.
Siaran jam 00.00 WIB, dini hari, memang berapa orang yang mendengarkan?
Saya tidak tahu berapa banyak orang di tanah air mendengarkan siaran saya malam itu, tapi persiapan siaran perdana itu lumayan panjang dan sangat serius. Saya mengontak banyak orang dari berbagai negara untuk menyumbang ucapan Selamat Natal karena tema yang saya angkat adalah Ucapan Natal dari berbagai negara di penjuru dunbia.
Lalu, Maron dapat berapa ucapan, ketika itu?
Lumayan, setidaknya ucapan selamat Natal dalam 30 bahasa berhasil mengudara malam itu. Mereka yang mengirimkan audio ucapannya saya info tentang siaran saya, lalu saya undang juga teman-teman di Swiss bila mau request lagu. Dengan demikian, setidaknya mereka menjadi pendengar saya malam perdana itu, walaupun banyak yang tidak mengerti karena mereka adalah orang asing, hehehe.*
Baca juga: Satu Tahun Radio Katolikana: Awalnya Iseng, Kini Mengusung Nilai Katolik ‘Model Pasar’

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.