Suster Gerarda: Habis Isoman Terbit ‘Lihatlah dari Jendelaku’

Suster Gerarda teringat sabda Tuhan, 'Ketika aku sakit, engkau melawat aku.’ Tapi itu terbalik saat terpapar Covid-19. Yang terbaik adalah orang menjauhi kita: menyepi. Tak mudah menerima keadaan itu. Inilah cerita pergumulan itu.

0 185

Katolikana.com – Pada 19 Juli 2021 lalu, Sr. Gerarda Sinaga KSSY menjejak 25 tahun sebagai biarawati Kongregasi Suster Santu Yosef (KSSY). Dalam momen pesta perak ini, Suster asal Parlimutan Pulau Samosir merilis buku karya pribadi berjudul: “Catatan Harian Sr. Gerarda Sinaga KSSY: Lihatlah dari Jendelaku.”

“Saya mulai rajin menulis catatan harian sejak masuk aspiran KSSY. Awalnya saya lebih sering menulis puisi. Sekarang masih rutin menulis, namun sering bolong-bolong,” ucap Sr. Gerarda dalam kesempatan bincang bersama Komsos KAM di Medan, baru-baru ini.

Dia menjelaskan, buku setebal 216 halaman tersebut merupakan bunga rampai refleksi dari pengalaman hidupnya. “Dalam bagian pertengahan hingga akhir, saya tulis ketika menjalani isolasi mandiri agar pulih dari virus Covid-19,” tutur Sr. Gerarda yang menceritakan dirinya terpapar Covid-19 pada 30 Juli 2020. “Dan sisanya, saya menyatukan tulisan catatan harian yang tercabik-cabik atau tercecer.”

Menurut Sr. Gerarda, dirinya sempat berpikir untuk menerbitkan kumpulan catatan refleksi tersebut menjadi dua buku terpisah. Satu buku mengulas pengalaman keseharian, satu lagi tentang pergulatan batin di masa pandemi. Namun, rencana itu urung terjadi karena masukan dari editor, Jenny Lee.

Selain Jenny, terbitnya buku ini juga melibatkan Louise Sabrina Rubetta. “Ada tiga srikandi terlibat menggarap buku ini secara jarak jauh. Saya di Medan, sementara bu Jenny dan dik Louise berada di Jakarta,” katanya.

Ia mulai menggaet Jenny Lee dalam penyuntingan dan penerbitan buku tersebut pada Maret 2021 lalu.

“Saya mohon bantuan dari bu Jenny, karena sadar kemampuan menulisku belum mumpuni. Bu Jenny, memang sempat pesimis. Namun, akhirnya bisa menuntaskan penerbitan buku ini dengan baik,” ucap Sr. Gerarda.

Menurut Sr. Gerarda, bukunya akan diluncurkan dalam perayaan pesta perak dirinya dan Sr. Bonita Silaban KSSY – rekannya, pada 19 Juni 2021. Namun, karena situasi pandemi covid-19 acara peluncuran ditunda. “Ternyata, penundaan tersebut malah membantu penerbitan buku ini semakin matang.”

Menulis dalam Kesunyian

Dalam buku “Catatan Harian Sr. Gerarda Sinaga KSSY: Lihatlah dari Jendelaku”, Sr. Gerarda mengakui, tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi mantan Covid-19.  Dia mengenang, dirinya terpapar covid-19 pada November 2020 lalu.

“Saat itu kami tengah persiapan kapitel KSSY. Ada beberapa suster di komunitas Karya Wisata yang terkena covid-19. Kemudian kami memutuskan untuk mengontak Tenaga Medis untuk memberi swab,” ujarnya.

 

Buku Catanan Harian Suster Gerarda Sinaga KSSY: Lihatlah dari Jendelaku. Foto: Ananta Bangun/Katolikana.com

 

“Ketika menemani tenaga medis ke komunitas tersebut, saya juga turut mendapat pemeriksaan SWAB. Dan hasilnya: positif. Padahal saat itu saya sama sekali tak merasakan gejala apa pun.”

Menyusul hasil SWAB itu, Sr. Gerarda kemudian menjalani masa isolasi mandiri. Dan selama masa karantina tersebut, akhirnya ide menuliskan refleksi pun mengalir deras. Dia berkata, teringat akan satu sabda Tuhan, ‘Ketika Aku sakit, engkau melawat aku.’

“Namun ketika terpapar Covid-19, justru hal sebaliknya terjadi. Yang terbaik adalah, orang menjauhi kita: menyepi. Tapi tak mudah menerima keadaan itu. Inilah yang menjadi pergumulan tersebut,” katanya.

Dalam salah satu puisinya berjudul “Bisakah Aku Bergabung dengan Kalian”, Suster Gerarda menuliskan:

Tuhan apakah kami pantas disingkirkan?

Tuhan apakah kami harus jauh dan sendirian lagi

Ataukah hanya rasaku ini menghantuiku

Maafkanlah aku Tuhan karena aku takut tak diterima

 

“Puji Tuhan, saya berhasil melewatinya bahkan merasa seolah tidak pernah terjadi. Hal ini menguatkanku bahwa Tuhan adalah segalanya dan berkuasa akan segalanya. Peristiwa itu juga menguatkan refleksiku bahwa dalam kesulitan hidup kita apapun, jika kita berserah dan mengimani semuanya indah pada waktunya,” katanya.

Kepada para pembaca, Sr. Gerarda mewariskan pesan. “Belajar bukan bergantung dari buku apa yang kita baca atau siapa pengarangnya, tetapi kita bisa belajar dari banyak hal baik dari perjalanan hidup ataupun pengalaman dari orang lain. Sekarang, giliranku untuk berbagi pengalaman kepada kalian. Cerita yang kualami lewat ‘jendelaku’ sendiri. It is never late to learn.”

Editor: Basilius Triharyanto

Kontributor Katolikana.com di Medan. Redaktur Pelaksana Menjemaat, majalah Keuskupan Agung Medan. Penulis, trainer, dan speaker di Komisi Komunikasi Sosial – Keuskupan Agung Medan. Ia aktif dan senang menulis di blog anantabangun.wordpress.com.

Leave A Reply

Your email address will not be published.