Katolikana.com—Pandemi Covid-19 sempat mengguncang dunia dan mengakibatkan banyak korban jiwa.
Peristiwa ini sulit dilupakan banyak orang, terutama mereka yang pernah terdampak virus Corona, apalagi sampai kehilangan anggota keluarga.
Setiap peristiwa hidup tentu punya arti atau makna di dalamnya, apalagi pandemi Covid-19 yang cukup lama dirasakan dan membuat banyak orang hampir putus asa.
Ketika itu, pandemi seakan tak ada habisnya, tak mengerti kapan akan berakhir, meskipun kemudian berangsur pulih hingga kini.
Berikut tujuh refleksi yang bisa kita renungkan dari pandemi Covid-19.
1.Pentingnya menjaga kebersihan
Protokol kesehatan wajib selama pandemi antara lain: cuci tangan, pakai masker, tidak meludah sembarangan, dan lain-lain. Kebersihan menjadi cara aman pencegahan virus.
Kenyataannya, sejumlah masyarakat sering tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kesehatan.
Sebut saja, kebiasaan membuang sampah. Di sekolah ada pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, dengan memisahkan sampah organik dan non organik.
Bisa saja kebiasaan itu tidak terjadi ketika di rumah, karena kebiasaan masing-masing keluarga berbeda.
Ada pula yang mempraktekkan pemilahan sampah di rumah, namun ketika diambil dan dikumpulkan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah beda jenis itu kembali jadi satu kembali.
Mengembangkan budaya bersih dan sehat memang tidak bisa dilakukan hanya satu atau beberapa pihak saja, tapi menyeluruh bersama-sama bergerak.
Gerakan hidup bersih dan sehat memang harus terus menerus diperjuangkan.
Wabah yang membahayakan nyawa bukan hanya Corona, ada demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit lainnya.
Semua tidak bisa lepas dari bersih-tidaknya kondisi lingkungan. Memang benar ada pesan baik: semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Selanjutnya, kebiasaan ini menjadi habitus budaya hidup bersih dan sehat.
2. Dunia terlihat indah tanpa polusi.
Ketika pandemi Covid-19 berlangsung, di media social pernah viral foto dan video sejumlah tempat seperti gunung dan pemandangan alam yang terlihat indah.
Obyek-obyek itu terlihat jelas karena udara sangat bersih. Hal ini terjadi karena aktivitas pabrik, kendaraan, pembakaran, dan lain-lain terhenti.
Hampir semua orang berdiam diri di rumah untuk berlindung, berjaga jarak mengindari penularan virus corona.
Ini membuktikan ternyata banyak aktivitas manusia yang berpengaruh pada lingkungan, baik pada air, tanah maupun udara. Maka penting untuk kita semua peduli pada lingkungan.
3. Kita butuh dan dibutuhkan orang lain.
Saat semua harus menjaga jarak, ada hal-hal yang akhirnya terasa berat dirasakan. Kita tak bisa bebas berjabat tangan. Pekerjaan terhalang, proses belajar pun menghadapi sejumlah kendala. Di situlah kita merasakan pentingnya bantuan orang lain dan kita dibutuhkan orang lain.
Saat terpaksa harus menjalani isolasi dan mengalami kondisi tak berdaya karena sakit, adanya uluran tangan orang-orang yang peduli, berbagi sembako dan kebutuhan lain, menunjukkan bahwa manusia memang pada dasarnya makhluk sosial.
4. Pentingnya menjaga kesehatan.
Pandemi menjadi waktu yang menegangkan bagi sejumlah orang yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan ketika terkena virus corona.
Banyak faktor penyebabnya, seperti gaya hidup kurang sehat, terlalu banyak makan berlemak, kolesterol tinggi, dan lain-lain.
Kesadaran akan pola hidup sehat dapat terus dijaga, dengan belajar dari pengalaman di saat pandemi.
5. Pentingnya olahraga.
Untuk sehat setiap orang harus mau bergerak. Olah raga menjadi cara paling tepat. Yang menarik, ketika itu banyak orang tetiba senang berolahraga, misalnya dengan bersepeda.
Ada pula yang berolahraga berjalan kaki sebagai cara murah meriah dan menyehatkan. Tujuannya, meningkatkan imun untuk lebih kuat.
6. Pentingnya hidup doa.
Mencermati suasana tempat ibadah saat pandemi, terasa amat berbeda. Suarasana terasa lebih khusyuk, banyak orang terlihat sungguh-sungguh berdoa.
Tak ada orang ngobrol saat merayakan Ekaristi. Terasa semua orang butuh berbicara dengan Tuhan dalam situasi pandemi yang menakutkan.
Banyaknya korban jiwa karena Covid-19, membuat setiap orang merasa tidak dapat mengandalkan siapa pun dan hanya Tuhan saja Sang Penolong.
7. Apapun bisa terjadi di dalam Tuhan.
Pandemi membuat seluruh dunia kebingungan. Tak ada yang bisa memberi jaminan keselamatan.
Bagi pengikut Kristus, mereka percaya apapun yang terjadi dalam rencana indah Tuhan dan semua itu yang terbaik.
Bagi kita yang telah melewati masa pandemi, masa itu adalah pengalaman iman yang berharga. Salam Damai Kristus!

Alumnus STP-IPI Malang