
Katolikana.com—Suasana di teras gereja Santo Aloysius Gonzaga Mlati, Minggu pagi (11/6/2023) lalu tampak berbeda dibanding hari Minggu biasanya.
Deretan meja panjang berjejer rapi dengan kompor gas yang menyala untuk menjaga kuah bakso agar tetap panas berada di ujung meja. Mangkuk putih bertumpuk rapi berisi bakso dan mie yang disiapkan oleh beberapa ibu di balik meja.
Layar berukuran tiga kali tiga meter tergantung di salah satu dinding kosong di sisi lain gereja. Tampak wajah dua orang pastor Paroki Mlati mengenakan jubah putih, di atasnya tertulis: Selamat atas Penerimaan Komuni Pertama.

Bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Paroki Mlati menerimakan komuni pertama kepada 42 anak. Sebelumnya, selama enam bulan mereka mengikuti pengajaran dan pendampingan dari tim inisiasi Paroki Mlati.
Perayaan Ekaristi dimulai pukul 08.00 dipimpin oleh Romo Lorensius Tata Priyana Pr. Mengenakan busana serba putih, anak-anak duduk rapi di bangku barisan depan sesuai nama dan nomor yang dipersiapkan oleh tim inisiasi.
Perasaan senang dan bahagia tampak jelas terlihat dari wajah mereka. Setiap urutan prosesi liturgi diikuti dengan penuh perhatian.
Dalam homili Pastor Tata menyebutkan 42 anak yang menerima komuni pertama dinilai mampu bertanggung jawab, mampu membedakan tindakan baik atau salah, serta diharapkan untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan Tuhan.

Tiba waktunya untuk komuni, masing-masing anak maju satu persatu dengan tangan mengatup di depan dada.
Sejumlah orang tua tampak antusias mengabadikan momen saat anak-anak mengambil hosti dan mencelupkannya ke dalam anggur sebagai tanda resmi menerima komuni.
Salib, rosario, dan buku doa diberkati oleh Pastor Tata sebelum dibagikan ke penerima komuni pertama usai misa.
Umat diajak merasakan kebahagiaan bersama penerima komuni pertama dengan jamuan bakso di depan teras gereja.

Ingatkan Makna Ekaristi
Paroki Santo Nikodemus Ciputat Jakarta juga merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dengan mengadakan Komuni Pertama.
Romo Aloysius Susilo Wijoyo, Pr dalam homili mengatakan, umat Katolik ke Gereja karena tiga hal: Wajib, Butuh, dan juga Rindu. Ketiganya memiliki perbedaan.
“Kalau wajib, kita wajib untuk pergi ke gereja. Kalau butuh, itu antara kita butuh sama tidak dengan Tuhan. Kalau rindu, kita selalu rindu untuk bertemu dengan Tuhan,” ujar Romo Joy .
“Sebagai umat Katolik harus pergi ke Gereja karena rindu Tuhan. Kita mau bertemu dengan Tuhan karena ingin berjumpa dengan Nya, dan kita mau berbicara serta berdoa kepadanya,” ujar Romo Joy.
Untuk itulah umat yang ingin beribadah di Gereja, harus fokus saat ingin beribadah di Gereja. Umat harus konsentrasi penuh, saat ingin mengikuti misa.
Misalnya, saat umat sedang beribadah, jangan sampai bermain gawai atau tertidur saat misa.
Untuk mengikuti misa di Gereja, butuh persiapan. Persiapan yang dilakukan adalah waktu untuk perjalanan, sehingga saat sampai di Gereja bisa fokus menyiapkan hati untuk berdoa.
Umat diharapkan bisa mengikuti misa secara penuh, mulai dari awal hingga akhir misa. Jangan sampai pada saat pertengahan misa, umat baru datang untuk mengikuti misa. Hal tersebut membuat umat, menjadi tidak mendapatkan berkat dari perayaan ekaristi tersebut.
Selain itu hosti atau tubuh Kristus yang kita terima saat perayaan ekaristi, menyatukan diri kita dengan Kristus. Artinya kita siap untuk menerima Tubuh Kristus, dan kita mau selalu dibimbing oleh Kristus sendiri.
Untuk anak-anak penerima Komuni Pertama, Romo Joy menjelaskan bahwa hosti yang diterima ini berbeda dengan makanan yang setiap hari dimakan oleh anak-anak.
Makanan sehari-hari yang dimakan oleh anak-anak, mengenyangkan tubuh atau jasmani. Hosti yang diterima oleh anak-anak adalah makanan rohani, dan rohani kita yang dikenyangkan saat perayaan ekaristi.
“Dengan menyantap hosti tersebut, akan menguatkan iman anak-anak. Hosti tersebut dikenal juga dengan santapan surgawi,” ujar Romo Joy.

Anak-anak penerima Komuni bisa penuh mengikuti perayaan Ekaristi, mempersatukan diri dengan Kristus. Akan ada tahapan inisiasi lagi bagi anak-anak, hingga nanti anak-anak menerima Sakramen Krisma.
“Anak-anak harus dibimbing orang tua agar imannya bertumbuh. Anak-anak diharapkan diajak untuk beribadah ke Gereja, dan berdoa bersama di keluarga,” kata Romo Joy.
“Anak-anak diharapkan bisa aktif dalam kegiatan gereja dan mengikuti pelayanan di Gereja. Dengan mengikuti berbagai macam kegiatan di Gereja, harapannya anak-anak bisa mengenal ajaran Gereja Katolik,” tambah Romo Joy.
Untuk itu, Romo Joy berpesan agar orang tua dan anak-anak harus bekerja sama agar saling mengingatkan untuk pergi ke Gereja.
“Untuk pergi ke Gereja haruslah penuh kerinduan bertemu Tuhan, agar nantinya bisa menyatu dengan Tuhan ketika perayaan Ekaristi,” pungkas Romo Joy. (*)
Helena Brilianty turut berkontribusi dalam tulisan ini.

Saat ini, penulis tercatat sebagai umat Paroki Santo Aloysius Gonzaga Mlati dan aktif
dalam kepengurusan Berkhat Santo Yusup / BKSY Paroki Mlati. Instagram @rio.1979