Menyelami Perjalanan Anak Down Syndrome

Hadiah Ulang Tahun ke-10 untuk cucu tercinta Atha Zaky Kartiko

1 190
Maria Prapti
Oleh Maria Prapti. Lahir di Solo, Jawa Tengah, 28 Januari 1952. Pensiunan PNS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mengalami anugerah Tuhan lewat pandemi 2020 berupa inspirasi menulis pengalaman rohani yang dikemas menjadi video.

Katolikana.com—Setiap tahun, pada tanggal 31 Desember, keluarga kami merayakan momen yang istimewa. Kami tidak hanya menyambut tahun baru, tetapi juga merayakan ulang tahun cucu kami yang penuh berkah, Atha Zaky Kartiko.

Sejak lahir, kehadiran Atha telah membawa kebahagiaan tak terhingga bagi keluarga kami, terutama bagi Yuli Astuti (Ibu), Rony Kristiawan (Ayah), Rafli Abdulrahman (kakak laki-laki), dan Kamilah Fauzia (kakak perempuan). Atha lahir sebagai seorang anak istimewa, dengan kebutuhan khusus sebagai penyandang down syndrome.

Kini, Atha Zaky Kartiko menempuh pendidikan di SDN Trangkil 06, sebuah sekolah inklusi yang terletak di Jalan Wijayakusuma RT 5 RW 1, Bantengan, Area Sawah, Trangkil, Kecamatan Pati, Kabupaten Jawa Tengah 59153.

Perjalanan Pengalaman Atha Zaky Kartiko

Dari usia 11 bulan, Atha mulai menjalani terapi ZIO jarak jauh oleh Dr. Paulin Endang, seorang Spesialis Gizi dari Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, selama tiga tahun. Hasilnya sungguh menggembirakan; mulai dari usia 3,5 tahun, Atha sudah melepas pampers dan menguasai toilet training.

Di usia 5 tahun, Atha mulai berinteraksi di Taman Kanak-kanak. Daya tahan tubuhnya semakin kuat, dan ia mulai ke kamar mandi sendiri. Untuk mengembangkan kemampuan motorik dan sensoriknya, Atha rutin melakukan kegiatan di luar ruangan (outdoor), seperti menggenggam, melempar, dan bersepeda.

Atha juga rutin berjemur karena dia mengalami lemah tulang saluran flaring tidak tumbuh sempurna atau disebut laringo malasia.

Kegiatan outdoor dilakukan untuk mengecek keseimbangan organ-organ tubuh karena sebagai penyandang down syndrome metabolisme berbeda dengan anak-anak normal.

Aktivitas ini dilakukan sebagai bentuk latih motorik dan sensorik yang dikemas dalam kegiatan jalan jalan dikebun lepas sandal dan menjemur buah kopi.

Kontrol Keseimbangan

Aktivitas di luar ruangan merupakan bagian penting dari perawatan untuk meningkatkan kemampuan motorik dan sensorik Atha, yang seringkali lemah pada anak down syndrome.

Kontrol keseimbangan adalah tantangan utama bagi mereka, tetapi dengan latihan yang tepat, mereka dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.

Anak-anak dengan down syndrome sering menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan karena beberapa faktor seperti hipotonia, kelemahan ligamen, kontrol postur yang buruk, dan kelemahan otot. Ini diperparah oleh tingkat kecerdasan yang cenderung di bawah normal, yang memengaruhi perkembangan keterampilan motorik.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga tubuh tetap stabil atau mencegah terjatuh dengan menjaga pusat massa pada landasan tumpuan. Ketika keseimbangan terganggu, tubuh harus menggerakkan segmen untuk kembali ke posisi yang benar.

Beberapa tahun yang lalu, Biodeks Balan System (BBS) digunakan untuk mengevaluasi stabilitas postural. Latihan keseimbangan, seperti berlatih di papan miring dengan posisi berbeda, berlutut-setengah berlutut-berdiri, dan menfasilitasi postur ke depan ke belakang dan ke samping, bisa membantu meningkatkan kemampuan anak-anak dengan down syndrome dalam mengontrol postur tubuh mereka.

Informasi sensorik untuk mengontrol postur berasal dari input visual, vestibular, dan somatos sensorik. Stimulasi vestibular dapat membantu meningkatkan kontrol keseimbangan dengan menyesuaikan integrasi umpan balik visual, pendengaran, dan vestibular.

Meningkatkan keseimbangan penting bagi anak-anak dengan down syndrome karena ini dapat mengurangi ketakutan mereka terhadap terjatuh atau cedera, sehingga mendorong partisipasi dalam aktivitas fisik.

Intervensi Fisik

Program intervensi fisik harus mencakup beragam latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Kacamata dapat diperlukan jika disarankan, karena penglihatan memainkan peran penting dalam keseimbangan anak-anak, terutama pada tahap awal kehidupan mereka.

Aktivitas yang melibatkan pelacakan visual, permainan yang menantang, dan sensasi sentuhan yang berbeda dapat membantu memperkuat otot dan memperbaiki keseimbangan.

Berjalan dengan alas kaki di atas pasir rumput kerikil dan permukaan yang tidak rata dapat membantu motorik dengan sepatu kets bertali.

Tempat seperti taman bermain adalah lingkungan yang baik untuk melatih keseimbangan melalui berbagai gerakan dan interaksi dengan lingkungan sekitar. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

1 Comment
  1. Demitri says

    Keluarga yg mendukung ABK..Salute..

Leave A Reply

Your email address will not be published.