
Katolikana, Surabaya — Dua pekan lalu menjadi momen istimewa bagi Gereja Katedral Surabaya. Sebabnya karena pada hari Minggu (14/7/2024), Katedral Surabaya kedatangan seorang pastor disabilitas yang berasal dari Korea Selatan. Pastor tersebut bernama Benedict Park Min-seo dan ia adalah seorang Tuli.
Pastor Benedict berkenan datang ke Surabaya untuk mempersembahkan perayaan ekaristi di Katedral Surabaya pada misa pukul 10.00. Ia pun tak luput memberikan motivasi bagi para penyandang disabilitas dalam homilinya di misa tersebut.
Melalui homilinya, ia memberikan pesan bahwa semua orang yang memiliki keterbatasan bisa melakukan apapun. Selain itu juga ia juga mengingatkan, bahwa sebagai manusia harus saling membantu satu dengan yang lain. Baik orang yang tidak ada keterbatasan maupun tidak, bisa saling membantu satu sama lain.
Dalam perayaan ekaristi tersebut, Pastor Benedict menyampaikan homili dengan bahasa isyarat melalui gerak tangannya. Kemudian ada seorang penerjemah yang mengartikan arti gerak tangan Pastor Benedict tersebut, sehingga umat bisa mengerti apa yang disampaikan oleh Pastor Benedict.
Profil Pastor Benedict Park Min-seo
Pastor Benedict Park Min-seo sendiri adalah disabilitas rungu, yang memiliki keterbatasan pendengaran atau tuli. Di dalam keterbatasannya tersebut, tersimpan keinginan dan kemauannya untuk menjadi seorang imam.
Sayangnya saat mengutarakan keinginan itu, ia sempat ditolak oleh para pastor di Korea Selatan karena keterbatasan yang dimilikinya. Berbekal keinginannya yang begitu kuat untuk menjadi seorang imam, Pastor Benedict pun menempuh jalan lain. Ia mengirimkan surat kepada seorang pastor Tuli di Amerika Serikat. Gayung bersambut, ia pun diterima di sebuah seminari di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, Pastor Benedict belajar untuk menjadi calon imam sekaligus mempelajari bahasa isyarat. Ia pun menempuh pendidikan tersebut selama kurang lebih 13 tahun. Sampai akhirnya Pastor Benedict ditahbiskan menjadi seorang imam di Keuskupan Seoul pada 6 Juli 2007.
Hingga kini, Pastor Benedict menjadi seorang pastor Tuli pertama di wilayah Asia. Ia pun berkomitmen selalu memberi pelayanan kepada semua umat. Meskipun Pastor Benedict juga menyadari ia memiliki sebuah keterbatasan.
Kepada umatnya, Pastor Benedict juga menyampaikan keinginannya agar ia menjadi pastor yang bisa melayani sesama. Ia juga mengharapkan dalam tugas pelayanan atau perutusannya, ia bisa menghadirkan Kristus yang memberi keselamatan kepada semua orang.
Komunitas Disabilitas Katolik di Keuskupan Surabaya
Keberadaan Pastor Benedict Park Min-seo menunjukkan Gereja Katolik selalu memberikan perhatian kepada setiap orang, terlebih untuk orang-orang yang disabilitas. Keuskupan Surabaya sendiri memiliki Pastoral Difabel, sebuah kepengurusan yang menangani orang-orang disabilitas atau orang dengan kebutuhan khusus. Mereka mengurus beberapa umat yang memiliki keterbatasan, khususnya umat yang tuli.
Romo Didik adalah Romo Moderator Pastoral Difabel di Keuskupan Surabaya. Ia pula sosok yang mengundang Pastor Benedict untuk datang dan memimpin perayaan ekaristi di Surabaya. Romo Didik ingin menunjukkan bahwa umat yang memiliki keterbatasan pun bisa menjadi apa saja. Termasuk menjadi seorang imam.
Lebih jauh, Romo Didik juga mengajak segenap umat disabilitas, baik yang ada di Surabaya maupun daerah lain, untuk berani menjalani panggilan untuk menjadi seorang imam. Sebab saat ini Gereja mulai memperhatikan para penyandang disabilitas, khususnya disabilitas yang juga seorang imam.
Diharapkan pengalaman perjumpaan umat dengan Pastor Benedict dapat membuka semakin banyak akses untuk orang-orang disabilitas. Baik untuk melakukan pelayanan di gereja maupun untuk menjadi imam di Gereja Katolik. (*)
Editor: Ageng Yudhapratama
Penulis freelance. Menyelesaikan studi jurnalistik di Universitas Budi Luhur, Jakarta. Suka menuangkan ide-ide dalam sebuah tulisan.