Katolikana.com — Setiap tanggal 11 November, Gereja Katolik merayakan Perayaan Wajib Santo Martinus dari Tours, seorang uskup yang dikenal karena kemurahan hati dan kerendahan hatinya. Santo Martinus, yang hidup pada abad ke-4, adalah salah satu santo paling populer di Eropa. Hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang karena dedikasinya dalam melayani sesama, terutama orang yang miskin dan terlantar.
Bacaan hari ini dari Titus 1:1-9, Mazmur 24, dan Lukas 17:1-6 mengajarkan kita tentang pentingnya iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata dan kasih tanpa pamrih. Bagaimana kita bisa meneladani semangat kasih St. Martinus dalam kehidupan sehari-hari?
Bacaan pertama dari Surat Titus 1:1-9 menyoroti pentingnya integritas dan kesetiaan bagi seorang pemimpin Gereja. Rasul Paulus menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kehidupan yang tak bercela, hidup sesuai dengan kebenaran yang diajarkannya. Santo Martinus dari Tours sangat sesuai dengan deskripsi ini. Ia adalah seorang pemimpin yang bukan hanya mengajarkan kasih, tetapi juga hidup dalam kasih.
Sebelum menjadi uskup, Martinus adalah seorang tentara Romawi yang dikenal berani namun rendah hati. Kisah terkenal dari hidupnya adalah ketika ia membelah mantelnya menjadi dua untuk diberikan kepada seorang pengemis yang kedinginan di tengah jalan.
Pada malam yang sama, ia mendapat penglihatan tentang Yesus yang mengenakan separuh mantel itu dan berkata, “Inilah Martinus, seorang tentara yang belum dibaptis, tetapi telah mengenakan jubah-Ku.” Pengalaman ini menjadi titik balik dalam hidupnya, mendorongnya untuk lebih mendalami iman dan melayani sesama dengan sepenuh hati.
Mazmur 24 hari ini menekankan bahwa hanya mereka yang memiliki “tangan bersih dan hati murni” yang akan berdiri di hadapan Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa tindakan kasih harus didasarkan pada hati yang murni dan niat yang tulus. Santo Martinus adalah contoh nyata dari kemurnian hati yang tercermin dalam tindakan kasih yang sederhana namun bermakna.
Sebagai seorang uskup, Martinus memilih hidup dalam kesederhanaan, tinggal di komunitas biara, dan menghindari segala bentuk kemewahan. Keputusannya untuk hidup sederhana menunjukkan bahwa kasih sejati tidak terikat pada kekayaan atau status, tetapi terwujud dalam tindakan nyata untuk melayani mereka yang paling membutuhkan.
Injil Lukas 17:1-6 menyoroti pentingnya pengampunan dan iman. Yesus mengajarkan bahwa meskipun dosa dan pelanggaran akan selalu ada, kita dipanggil untuk mengampuni sesama. Para murid yang mendengar ajaran ini kemudian meminta kepada Yesus, “Tambahilah iman kami.” Yesus menjawab bahwa dengan iman sebesar biji sesawi saja, kita dapat melakukan hal-hal yang luar biasa.
Pesan ini sangat relevan dalam hidup Santo Martinus, yang selalu mengandalkan iman dalam setiap tindakannya. Iman Martinus bukanlah sesuatu yang besar dan spektakuler, tetapi ia mewujudkan iman tersebut melalui kasih yang tulus kepada sesama, bahkan dalam tindakan kecil seperti membelah mantel untuk orang miskin.
Bagaimana kita bisa meneladani Santo Martinus dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita dipanggil untuk hidup dengan hati yang murah hati dan siap berbagi. Tindakan kasih tidak harus selalu besar atau spektakuler, tetapi bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Misalnya, cobalah menyisihkan sebagian dari penghasilan kita untuk membantu mereka yang kekurangan, atau sediakan waktu untuk mendengarkan seseorang yang sedang kesulitan. Ingatlah bahwa kasih yang tulus selalu berbuah kebaikan, tidak peduli seberapa kecil tindakan itu.
Kedua, kita dipanggil untuk hidup dengan kerendahan hati. Santo Martinus tidak mencari pujian atau penghormatan, tetapi selalu berfokus pada pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Kita bisa meneladani kerendahan hatinya dengan mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, dan harus digunakan untuk kebaikan orang lain.
Ketiga, kita dipanggil untuk memiliki iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Iman bukan hanya soal percaya, tetapi juga tentang bagaimana kita menghidupi iman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, kita bisa memulai dengan tindakan kecil, seperti berdoa setiap pagi untuk memohon kekuatan dalam menghadapi hari dengan kasih, atau mencari kesempatan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan balasan. Tindakan kecil yang dilakukan dengan cinta akan membawa dampak besar bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain.
Renungan ini juga mengajak kita untuk merenungkan makna iman dalam hidup kita. Apakah kita memiliki iman yang cukup besar untuk menggerakkan hati kita untuk bertindak? Atau apakah kita lebih sering terjebak dalam ketidakpedulian dan kenyamanan?
Santo Martinus mengajarkan bahwa iman, meskipun kecil, dapat menghasilkan kasih yang besar. Setiap tindakan kasih yang tulus, betapa pun kecilnya, memiliki nilai yang abadi di mata Tuhan. Ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan tulus, kita sebenarnya sedang memberikan kepada Kristus sendiri, seperti yang dialami oleh Santo Martinus dalam penglihatannya.
Mengapa perayaan Santo Martinus dari Tours ini penting bagi kita? Karena Martinus menunjukkan bahwa kekudusan tidak hanya ada di altar gereja, tetapi juga di jalanan, di antara orang-orang miskin dan terlantar. Ia menunjukkan bahwa setiap orang, tanpa memandang latar belakang atau status, dipanggil untuk hidup dalam kasih dan kerendahan hati.
Martinus, yang awalnya adalah seorang tentara, akhirnya menjadi seorang uskup yang penuh kasih dan rendah hati. Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa kekudusan bisa ditemukan di tengah-tengah kehidupan yang penuh tantangan, asalkan kita memiliki hati yang terbuka dan iman yang kokoh.
Sebagai penutup, mari kita merenungkan panggilan kita untuk hidup dalam kasih dan kerendahan hati, seperti yang diteladankan oleh Santo Martinus dari Tours. Mari kita meminta rahmat Tuhan agar diberi kekuatan untuk menjalani hidup yang lebih tulus dalam berbagi, lebih siap mengampuni, dan lebih berani mengasihi, meskipun hanya dengan iman sebesar biji sesawi.
Mulailah hari ini dengan tindakan kecil: senyum yang tulus, kata-kata yang menghibur, atau bantuan sederhana bagi yang membutuhkan. Semoga perayaan ini menginspirasi kita untuk melayani sesama dengan semangat kasih yang membara, sebagaimana St. Martinus melayani Tuhan dan Gereja. (*)
Penulis: Yulius Evan Christian, dosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.