Misa Tirakatan Malam Jumat Kliwon di Sendang Sriningsih, Prambanan

Romo Andreas Krishna Gunawan, Pr gambarkan manusia dengan perumpamaan korek gas.

0 645

Katolikana.com—Malam Jumat Kliwon adalah malam keramat bagi beberapa kalangan terutama masyarakat Jawa. Sejumlah orang percaya malam Jumat Kliwon adalah malam berkunjungnya para leluhur.

Pengelola Gua Maria Sendang Sriningsih mengadakan misa atau perayaan Ekaristi Tirakatan Malam Jumat Kliwon, bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus.

Perayaan Ekaristi dilakukan pada lingkungan Gua Maria Sendang Sriningsih, Jali, Prambanan, DIY, Kamis (18/5/2023) pukul 20.00 WIB.

Perayaan Ekaristi dibuka untuk umum dan dihadiri umat dari berbagai paroki. Area Gua Maria Sendang Sriningsih dipenuhi umat yang ingin mengikuti Perayaan Ekaristi.

Rm. Andreas Krishna Gunawan, Pr. Foto: Istimewa

Sebelumnya, jadwal Perayaan Ekaristi telah diumumkan melalui media sosial Facebook Page resmi pengelola Gua Maria Sendang Sriningsih dan Instagram Gua Maria Sendang Sriningsih.

Perayaan Ekaristi Tirakatan Malam Jumat Kliwon rutin diadakan dalam kalender jawa selapan sekali (35 hari).

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Andreas Krishna Gunawan, Pr. atau kerap disapa Rm. Mona dari Paroki St. Maria Assumpta Klaten.

Perayaan Ekaristi dilakukan di ruangan terbuka dengan berbagai macam pohon di area Gua Maria Sendang Sriningsih. Angin malam tidak terlalu kencang hanya mampu membuat akar pohon gantung bergerak pelan.

Angin yang bertiup malam itu relatif bersahabat. Ini mendukung nyala lilin di Gua Maria dan di Altar Perayaan Ekaristi tetap menyala.

Suara hewan pohon yang berbunyi, juga suasana sunyi pada beberapa momen membuat suara alam terdengar jelas.

Umat dapat memilih untuk duduk di kursi atau duduk di tikar yang telah disediakan pengelola.

Gua Maria Sendang Sriningsih, Jali. Foto: Istimewa

Dukacita Murid Yesus

Dalam homili, Rm. Mona menyampaikan bahwa ada dukacita antara para murid karena kepergian Yesus Kristus. Yesus menggambarkan dukacita dengan gambaran seorang perempuan saat melahirkan anaknya.

“Ketika manusia dilahirkan di dunia untuk pertama kalinya, manusia akan menangis. Kondisi ini menggambarkan rahim ibu sebagai firdaus yang menyediakan segala hal untuk janin.

Lalu kelahiran manusia menggambarkan karena adanya dosa asal, manusia harus keluar dari firdaus dan harus hidup di Bumi mencari makan sendiri,” ujar Rm. Mona.

“Dengan adanya nubuat Yesus, Yesus akan menjadi kurban supaya manusia yang berdosa yang seharusnya mati, menemukan kehidupan,” tambah Rm. Mona

Pengorbanan Maria

Menurut Rm. Mona, Bunda Maria mengajarkan kita untuk berserah pada Allah. Bunda Maria yang didatangi oleh Malaikat Berserah dan percaya akan kabar dari Malaikat.

Maria juga ingin membuktikan kata-kata malaikat dengan mendatangi Elizabeth. Pada akhirnya Maria bersukacita dengan kehadiran Yesus.

Maria juga mengajarkan kita melalui penderitaan perjalanan Yesus mulai dari dalam kandungan hingga di bawah kayu salib.

Kesedihan ibu melihat anaknya dipanggil Tuhan terlebih dahulu lebih sedih ketika anak melihat ibu dipanggil tuhan terlebih dahulu. Kesedihannya Berbeda.

Rm. Andreas Krishna Gunawan, Pr saat memimpin Misa Jumat Kliwon di Gua Maria Sendang Sriningsih. Foto: Istimewa

Korek Gas

Rm. Mona memberikan perumpamaan manusia digambarkan dengan korek gas. Terdapat dua korek yang awalnya dapat menyala semua. Nyala korek adalah karya manusia yang melambangkan kehidupan positif seorang manusia.

Suatu saat salah satu korek tersebut terkena air yang merupakan simbol dari permasalahan. Air tersebut menghambat korek untuk dapat menyala.

Dalam permasalahan yang dilambangkan dengan air, korek tidak bisa menyala dengan sendirinya. Namun dengan bantuan api korek lain, korek basah ini dapat menyala karena gas yang keluar masih tetap ada.

Setelah dapat menyala, korek basah ini harus terus menyala (berkarya) untuk melawan air (permasalahan) yang akhirnya akan menguap terkena panas api dan korek tersebut kering dan dapat menyala seperti semula lagi.

Peran orang lain yang dilambangkan dengan korek lain menjadi penting untuk menyelamatkan sesama dalam permasalahan.

Paduan Suara. Foto: Istimewa

Paduan Suara

Paduan Suara yang bertugas merupakan campuran dari Paroki St. Maria Assumpta Klaten, Paroki St. Ignatius Ketandan, Paroki Roh Kudus Kebonarum, hingga Paroki St. Yosef Pekerja Gondangwinangun.

Persiapan dan latihan bersama dilakukan sejak dua minggu setelah Lebaran. Lagu yang dibawakan kebetulan pernah dinyanyikan sebelumnya (sebelum pandemi COVID-19).

Keamanan umat menjadi perhatian pengelola Gua Maria Sendang Sriningsih demi kelancaran kegiatan.

Pengelola menyediakan lahan parkir yang luas dan CCTV di beberapa titik untuk memantau keadaan area Gua Maria Sendang Sriningsih.

Aparat keamanan juga ikut membantu menjaga ketertiban jalannya Perayaan Ekaristi.

Terdapat total lima personil termasuk Bintara Pembina Desa (Babinsa). Margiyanta, salah satu personil keamanan menyebutkan bahwa mereka ditugaskan dari Polsek Prambanan, Polresta Sleman.

Aparat ikut menjaga ketertiban mulai dari Perayaan Ekaristi mulai dimulai pukul 20.00 WIB hingga selesai.

Kontributor: Kristian Pandu Nugraha, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.