Yustinus Prastowo: Jangan Berkerumun di Depan Altar, Turunlah ke Pasar

Solidaritas Ekonomi di Masa Pandemi

0 454

Katolikana.com – Awal Agustus lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa kementeriannya sudah menyalurkan dana sebesar Rp 85,34 triliun untuk program bantuan sosial dalam rangka penanganan virus corona Covid-19. Bantuan ini mengalir untuk 40 juta orang pada kelompok miskin hingga tidak mampu untuk bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), 80 juta orang untuk program kartu sembako, bansos tunai sudah mengalir untuk 40 juta orang, sementara 24 juta orang untuk bantuan langsung tunai desa.

Sementara bantuan sosial dalam bentuk diskon listrik, telah dinikmati oleh 27 juta rumah tangga, khusunya kelompok pelanggan rumah tangga dengan daya 450 watt. Selain itu bantuan sosial diskon listrik juga dinikmati oleh sebanyak 7 juta rumah tangga untuk kelompok pelanggan PLN dengan daya 900 watt.

“Sudah banyak bantuan yang diberikan pemerintah. Itu jumlah yang sudah disalurkan dari 203 triliun yang kita anggarkan. Tugas kita memastikan bantuan tersebut tidak sia-sia dan memberikan dampak positif. Tantangan kita ada di sana,” kata Yustinus Prastowo, Staf Khusus Menteri Keuangan menegaskan dalam diskusi Serial Live Talkshow Kebangsaan, dengan tema Solidaritas Ekonomi di Masa Pandemi, pada Rabu, 12 Agustus 2020, disiarkan live streaming di channel Youtube Katolikana.

Talkshow Kebangsaan seri pertama ini bagian dari tiga diskusi yang diselengarakan Katolikana bekerja sama dengan Jaringan Kristiani Indonesia, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Kota Depok, Pemuda Katolik Kota Depok dan Vox Point Indonesia.

 

Para pembicara dalam live talkshow kebangsaan seri 1 Rabu (12/8). Foto: Katolikana.com

 

“Bantuan tidak akan berhasil kalau tidak diikuti dengan mentalitas dan etika baik,” tambah Yustinus. Langkah pertama dengan melakukan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan. Menurutnya kalau terjadi penyimpangan merupakan kejahatan yang luar biasa.

Senada dengan Yustinus, Sortaman Saragih – socioprenuer yang juga menjadi pembicara-mengatakan perubahan mental ini juga harus terjadi di pemerintah dan aparat, sehingga bisa menjadi contoh di masyarakat. Memasuki normal baru ini, juga diperlukan perubahan mental yang baru. Ini penting, tegasnya.

Sementara itu RTS Masli, Ketua Dewan Perguruan Periklanan Indonesia mengatakan, daya tahan di dalam masyarakat harus muncul dari diri sendiri. Masyarakat harus tetap sehat dan ekonomi tumbuh, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik kepada masyarakat terutama di lapis bawah. “Gunakan bahasa lokal agar mudah dipahami,” ujarnya.

Keterlibatan Ormas

Pandemi yang sudah kita rasakan sejak Maret 2020 menumbuhkan solidaritas di tengah masyarakat. Meski upaya penanganan Covid 19 yang dilakukan di Indonesia menampati urutan 97 dari 100 negara yang disurvei, tetapi tingkat derma yang cukup tinggi, nomor lima tertinggi di dunia.

“Bicara solidaritas memunculkan kepedulian, tenggang rasa, saling berbuat baik antarsesama. Nilai-nilai kebaikan muncul. Termasuk antarkomunitas,” kata Sortaman.

Bersama Jaringan Kristiani di Depok, Sortaman mencontohkan bagaimana jaringannya membantu masyarakat untuk memiliki penghasilan yang lebih baik dengan wirausaha. Misalnya saja dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan difasilitasi untuk berjualan bakso dan kegiatan ekonomi lainnya.

“Tantangannya ada pada mental. Banyak anggota masyarakat yang lemah ketika berhadapan dengan kendala. Biasanya mereka tidak tahan menghadapi hambatan lalu akhirnya kembali menjadi polisi cepek di tiap tikungan,” kata Sortaman, lagi.

Pembenahan mentalitas ini pula yang perlu dilakukan pada saat masyarakat mendapatkan banyak bantuan atau kemudahan dari pemerintah. Tidak bisa selamanya masyarakat mengharapkan bantuan tunai langsung dari pemerintah, tetapi harus memberikan kail agar masyarakat mempunyai daya tahan dan lestari dengan usahanya.

“Tahap awal memang kita memberikan ikan, karena masyarakat sudah banyak yang putus pekerjaan dan kondisinya susah, tidak mungkin diberi kail. Tetapi ke depannya tentu kail yang harus kita berikan,” ujar Yustinus.

Sortaman mengatakan, antarormas harus saling bekerja sama, karena akan rapuh bila bekerja sendiri tanpa kolaborasi. Ormas yang bekerja sendiri tidak akan memiliki power yang kuat. Jaringan Kristiani ini adalah semua organisasi yang berada di bawah gereja, baik Kristen maupun katolik.

“Kita tidak bicara rohani di tingkat surga. Kalau kita tidak bisa menyentuh jasmaninya, itu hanya khayalan untuk bisa menolong masyarakat. Kita harus bergandengan tangan untuk bisa saling menopang,” jelas Sortaman.

Sementara itu Yustinus mengatakan, ciri khas ajaran sosial kristiani adalah solidaritas dan subsidiaritas, artinya elemen yang tumbuh dari mayarakat, dari bawah tidak boleh dimatikan, tetapi harus terus dihidupkan. Solidaritas ini modal sosial, basis ekonomi insani, yang mengabdi pada kebaikan sersama, jelasnya.

Yustinus menambahkan, ciri Kristiani itu mengarah pada kebaikan bersama. Orang Kristen diajak untuk tidak ekslusif karena sifat ini bertentangan dengan nilai-nilai gereja. Lembaga Kristen jangan bergerak hanya dalam cangkang sendiri, tetapi harus keluar dan bahu membahu dengan lainnya agar memberikan dampak besar.

“Jangan sibuk berkerumun di muka altar tetapi lupa berinteraksi di pasar,” tegasnya.

Masyarakat atau pun ormas bisa membantu pemerintah dengan melakukan sosilisasi, memberikan akses kepada masyarakat miskin, menjadi penyalur ataupun mengontrol program pemerintah. Kalau berlebih secara ekonomi bisa membantu untuk donasi. “Ini semua ladang yang bisa kita masuki,” kata Yustinus.

Diskusi lengkap silakan disimak di channel Youtube Katolikana.

 

 

Sebelas tahun menjadi wartawan dan 13 tahun menjadi Public Relations di perusahaan. Bergiat dengan Yayasan Syair kehidupan untuk mendampingi anak-anak dengan HIV, dan sosialisasi kebaya untuk pakaian sehari-hari di Komunitas Kebaya Kopi dan Buku. Aktif di Badan Pengurus Pusat Perhumas Indonesia. Menulis untuk tetap memelihara ingatan perjalanan kehidupan. Dan bergembira belajar bahasa Indonesia secara daring setiap Senin dan Kamis di Facebook. Belajar fasilitasi di The International Association of Facilitators (IAF) Chapter Indonesia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.