Katedral Jakarta Raih Rekor MURI: Gereja Katolik Pertama Gunakan Panel Energi Surya

Gereja Katedral Jakarta gunakan energi panel surya, gereja katolik lain kapan?

0 667

Katolikana.com – Gereja Katedral Jakarta mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas rekor sebagai “Gereja Katolik Pertama yang Seluruh Sumber Listriknya Menggunakan Panel Surya” pada Sabtu (9/1/2021) dengan nomor rekor: 9815/R.MURI/2/2021.

Upacara seremonial penandatanganan prasasti sekaligus pencatatan Rekor MURI sebagai “Gereja Katolik Pertama yang Menggunakan Panel Energi Surya di Indonesia” berlangsung dengan lancar. Piagam penghargaan MURI diberikan oleh Senior Manager Museum Rekor-Dunia Indonesia, Awan Rahargo, dan diterima oleh Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, disaksikan oleh mantan Menteri ESDM, Ignatius Jonan, sebagai perwakilan donatur, dan disaksikan pula oleh Hani Rudi Hartoko, SJ, selaku Kepala Pastor Paroki Katedral Jakarta.

Dilansir dari video media Detik , Jaya Suprana selaku Founder of MURI mengatakan bahwa Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dengan bangga memaklumatkan Gereja Katedral Jakarta sebagai Gereja Katolik pertama yang seluruh sumber energi listriknya menggunakan panel surya.

“Dan sebagai Rekoris yang menerima anugerah MURI yaitu yang kita banggakan dan kita cintai bersama, Gereja Katedral Jakarta”.

Ignatius Jonan dalam unggahan di story Instagramnya mengenai hal ini mengucapkan terima kasih kepada para donatur atas terealisasinya momen itu dan juga kepada sejumlah lembaga yang turut memberi dukungan, seperti PLN, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia, Direktorat Energi Baru-Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM.

Ignatius Jonan juga mengungkapkan harapannya agar seluruh rumah ibadah besar lainnya mengikuti jejak Katedral Jakarta.

 

Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo, Ignatius Jonan, dan Pastor Paroki Katedral Jakarta Hani Rudi Hartoko, SJ dalam seremonial penyerahan Piagam Rekor MURI pada Sabtu (9/1/21)/Foto:@katedraljakarta

“Upacara sederhana di Gereja Katedral Jakarta atas terpasangnya PLTS Atap sebesar hampir 240 KWp dan menerima penghargaan dari MURI untuk upaya tersebut.”

Jonan, mewakili para donatur, juga mengungkapkan harapannya agar seluruh rumah ibadah besar lainnya mengikuti jejak Katedral Jakarta.

Dalam caption di story Instagramnya itu, Jonan juga memberi tagar tagline spirit “Laudato Si” yang berarti “Terpujilah Engkau” yang mengacu pada salah satu ensiklik Paus Fransiskus.

Tampaknya langkah penggunaan panel energi surya oleh Gereja Katedral Jakarta tersebut sejalan dengan komitmen Paus Fransiskus dalam merawat planet bumi sebagai rumah kita bersama.

Piagam Penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia kepada Gereja Katedral Jakarta/Foto: istimewa

Penggunaan panel energi surya memberikan banyak manfaat untuk manusia antara lain, produksi energi bersih, menghemat tagihan biaya listrik, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak menghasilkan polusi udara dan suara, ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbondioksida, tidak berdampak pada perubahan iklim serta dapat menghindari pemanasan global dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Dengan demikian Katedral Jakarta turut terlibat dan berkontribusi dalam menggiatkan hemat listrik melalui panel energi surya yang dimilikinya. Sumber daya listrik terbarukan berupa panel energi surya yang memanfaatkan panas matahari telah menjalankan seluruh kegiatan kelistrikkan di Gereja pada siang hari.

Komitmen Investasi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Mengenai emisi gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbondioksida dan perubahan iklim serta pemanasan global, dilansir dari media America Magazine , Paus Fransiskus optimis Negara Kota Vatikan akan mencapai bebas emisi karbon sebelum tahun 2050, Selain itu, beliau mendesak semua orang di dunia untuk menjadi bagian dari budaya baru kepedulian terhadap sesama dan planet ini.

Paus Fransiskus pada Desember 2020 lalu dalam rapat virtual Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bersama sekitar 75 pemimpin, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Inggris dan Perancis, serta dalam kemitraan dengan Cili dan Italia menbahas cita-cita iklim.

Pertemuan itu juga sekaligus merupakan peringatan 5 tahun Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.

Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin memperbarui atau memperkuat janji dan komitmen investasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai netralitas karbon.

Sekitar 24 pemimpin mengumumkan di pertemuan puncak komitmen mereka untuk bebas emisi, yang akan mencapai keseimbangan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari atmosfer, misalnya dengan beralih ke energi “hijau” dan pertanian berkelanjutan, meningkatkan efisiensi energi dan penghutanan kembali.

Paus mengatakan bahwa waktunya telah tiba untuk perubahan arah. Janganlah kita merampas harapan generasi baru akan masa depan yang lebih baik.

Dalam pesannya, Paus Fransiskus mengatakan “Setiap orang bertanggungjawab untuk mempromosikan, dengan komitmen bersama dan solidaritas, budaya kepedulian, yang menempatkan martabat manusia dan kebaikan bersama di pusat. Artinya, ada beberapa langkah yang tidak bisa ditunda lagi, termasuk menerapkan strategi penurunan emisi hingga nol. Takhta Suci berkomitmen untuk tujuan ini”, katanya.

“Negara Kota Vatikan akan bekerja untuk mengurangi emisi hingga nol pada tahun 2050”, katanya melanjutkan, “serta akan terus memperkuat dan memperluas upayanya menuju efisiensi energi yang lebih besar, pengelolaan sumber daya yang lebih baik, transportasi berkelanjutan dan pengelolaan limbah, dan penghutanan kembali. Takhta Suci juga berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman tentang ekologi terpadu. Politik dan teknologi harus bersatu di balik proses pendidikan yang mendukung model pembangunan dan keberlanjutan budaya yang berfokus pada persaudaraan dan persekutuan antara manusia dan lingkungan”, kata Paus.

Dalam pesan tertulis untuk KTT tersebut, Peter Kardinal Turkson, Ketua Dikasteri untuk Pengembangan Pembangunan Manusia Seutuhnya, mengatakan semakin banyak yang harus dilakukan untuk membantu kaum miskin dan planet ini.

“Allah telah memercayakan kepada kita planet ini dan sumber dayanya yang menakjubkan”, katanya, seraya mengimbau para pemimpin dunia untuk melihat aset bumi sebagai kebaikan bersama bagi semua orang dan lebih berfokus pada kaum yang paling miskin dan paling rentan. Pemerintah juga harus berhenti berinvestasi dalam bahan bakar fosil dan membantu masyarakat miskin yang membutuhkan energi berkelanjutan dan “hijau”.

“Kita adalah satu keluarga manusia dan kita hanya dapat saling mengandalkan untuk menjaga rumah kita bersama”, kata Kardinal Turkson.

Editor: Basilius 

Kontributor katolikana.com di Atambua. Ia berasal dari Halilulik, Nusa Tenggara Timur. Kini sedang menempuh studi ilmu pemerintahan di salah satu universitas negeri di Kabupaten Belu. Ia juga peminat kajian teologi dan filsafat.

Leave A Reply

Your email address will not be published.