Pariwisata Bali di Masa Pandemi, Berbagai Tempat Wisata Populer Sepi Pengunjung

Menurunnya jumlah pengunjung berdampak pada situasi ekonomi.

0 217

Katolikana.com—Pulau Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang kaya akan objek wisata. Hal ini menarik para pengunjung untuk berwisata, termasuk mahasiswa pariwisata untuk bekerja atau pun magang.

Yemima Anastasia adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta yang memilih Bali sebagai tempat magang. Menurutnya, prospek kerja di Bali akan bagus untuk ke depannya sehingga ia mengambil kesempatan tersebut.

Di masa pandemi Covid 19 ini Yemima melihat perbedaan yang mencolok. Dulu, ketika dirinya berkunjung ke Bali, banyak pertokoan dan daerah pariwisata ramai pengunjung.

Kini situasi di Bali berbanding terbalik. Banyak pertokoan tutup. Jumlah wisatawan menurun. Berbagai tempat wisata terpaksa ditutup sementara karena kebijakan pemerintah setempat.

Objek Wisata Dedari tidak seramai biasanya. Foto: Yemima Anastasia

Daerah Legian, Uluwatu, Gianyar, dan berbagai tempat populer lainnya yang sering dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara, kini pengunjung menurun drastis.

“Paling terasa di daerah Legian. Di sana biasanya ramai terus karena banyak club malam. Sejak ada PPKM, club malam ditutup sementara. Otomatis daerah tersebut menjadi sepi,” ungkap Yemima kepada Katolikana, Selasa (21/9/2021).

Menurut Yemima, pandemi mengakibatkan penurunan penghasilan masyarakat hingga perusahaan besar yang menggantungkan keuntungan dari bidang pariwisata.

Pantai Petitenget terlihat mulai sepi pengunjung. Foto: Yemima Anastasia

Tempat Hiburan dan Penginapan

Berbagai objek wisata terpaksa harus ditutup sementara untuk mencegah penyebaran virus. Hal ini membuat turis berpikir dua kali untuk berkunjung ke Bali.

Tempat hiburan yang dulu selalu buka hingga larut malam, kini tutup lebih awal. Kebijakan ini membuat wisatawan merasa tak puas karena tidak bisa menikmati Bali dengan leluasa.

Berbagai wahana yang ditawarkan pada objek wisata terpaksa banting harga agar menarik konsumen.

“Kalau mau naik kano di Sanur, biasanya Rp50.000. Karena pandemi didiskon jadi Rp30.000,” ungkap Yemima.

Beberapa penginapan seperti villa dan hotel terpaksa menurunkan harga agar tetap bertahan. Tak sedikit villa dan hotel terpaksa tutup permanen karena minimnya pemasukan.

“Banyak hotel memberi diskon karena tidak ramai. Terus, banyak juga yang tutup, tutup permanen hotelnya,” tambah Yemima.

Volcano Villa Bali yang mengalami penurunan pengunjung selama pandemi. Foto: Yemima Anastasia

Penghasilan Masyarakat Menurun

Sektor pariwisata merupakan penyumbang terbesar perekonomian di Bali. Menurunnya jumlah pengunjung berdampak pada situasi ekonomi.

Masyarakat kecil yang mencari nafkah dalam bidang pariwisata merasakan dampak pandemi. Ojek online hingga pedagang kecil yang berjualan di sekitar tempat wisata kini sulit balik modal karena sepinya pengunjung.

“Dulu sering naik Grab, terus drivernya bilang, biasanya setiap dia ngetem bisa dapat 10 pelanggan. Sekarang Cuma satu atau dua. Pedagang-pedagang keliling juga sepi,” jelasnya.

Pemerintah Bali tidak tinggal diam. Bupati Badung memberikan sejumlah bantuan berupa tunjangan dan sejumlah kebutuhan sehari-hari kepada warga yang mengalami penurunan penghasilan karena pandemi.

Harapan

Yemima berharap pandemi Covid-19 lekas usai karena banyak masyarakat dan perusahaan yang mengalami penurunan penghasilan akibat pandemi.**

Kontributor: Devina Meliani, Immanuella Devina Florentina Sihaloho, Fiona Troyandi, Verryn Priscilla Limbert, Charles Durand (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.