Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono Sebut Tiga Tujuan Orang Yahudi Menyalibkan Yesus, Apa Saja Itu?

Perayaan Misa Minggu Palma di Gereja Katolik Santo Yosef Mojokerto dihadiri 1500 orang umat.

0 280

Katolikana.com—Sukacita Minggu Palma merupakan kenangan dan peringatan terhadap peristiwa besar pada bangsa Yahudi ketika mereka memberikan penghormatan istimewa kepada Nabi Daud ketika memasuki Kota Yerusalem setelah mengalahkan bangsa Filistin.

Hari Minggu Palma menjadi kesempatan bagi kita untuk berziarah bersama Tuhan Yesus dalam perjalanan salib dan kebangkitan-Nya yang akan kita rayakan pada hari Raya Paskah.

Hal ini disampaikan oleh Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono pada kotbah Misa Minggu Palma di Gereja Katolik Paroki Santo Yosef Mojokerto, Minggu (2/4/2023).

Misa dipimpin oleh Pastor kepala Paroki RD. Edward Paulus Suryandoko dan Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono sebagai pendamping.

Upacara diawali dengan pemberkatan daun palma di luar gedung gereja dalam suasana meriah.

Sebanyak 1.500 umat yang tersebar pada empat wilayah dan stasi melambaikan daun palma sembari menyanyikan pujian-pujian.

Situasi tersebut kemudian berganti menjadi menyedihkan ketika pembacaan kisah penderitaan Yesus saat liturgi sabda di dalam gedung gereja.

Suasana pemberkatan Daun Palma di Gereja Katolik Santo Yosef Mojokerto.Foto: John Lobo

Jatidiri Tuhan Yesus

Calon Imam asal Paroki Roh Kudus Kota Surabaya itu memberi penjelasan tentang pesan dari Injil Matius 27: 11-54 yang dibacakan pada perayaan Minggu Palma.

Menurut Diakon Ratno, penyaliban dan kematian Yesus yang dibacakan hari ini merupakan akhir dari segala perdebatan dan polemik, sekaligus menjawab opini tentang jati diri Tuhan Yesus saat itu.

Beberapa orang Yahudi sering berdebat mengenai keberadaan Yesus bahkan berusaha untuk membunuh dan mematikan ajaranNya.

Orang-orang Farisi dan imam kepala sangat kesal dengan ajaran dan tindakan Tuhan Yesus yang sering melawan aturan hari Sabat, misalnya menyembuhkan orang pada hari sabat dan menyuruh orang untuk mengangkat kasur pada hari Sabat.

Selain itu pula mereka sungguh-sungguh kesal karena juga Yesus memosisikan dirinya sebagai Anak Allah bahkan menyebut dirinya sebagai Allah.

“Bagi orang Yahudi perkataan dan tindakan Yesus merupakan bentuk penghujatan atau pemberontakan terhadap Allah. Oleh karena itu Yesus harus menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan,” ujar Diakon Ratno.

Penerimaan Komuni. Foto: John Lobo

Tiga Tujuan Penyaliban Yesus

Menurut Diakon Ratno, ada tiga tujuan orang Yahudi menyalibkan Yesus.

  1. Agar seluruh bangsa Yahudi terhindar dari murka Allah karena Yesus sering melawan hukum Sabat dan menghujat Allah.
  2. Mempermalukan Tuhan Yesus. Bagi bangsa Yahudi salib merupakan suatu batu sandungan, bentuk kebodohan, dan kehinaan yang layak dibebankan kepada penjahat besar.
  3. Sebagai sarana untuk menakar kualitas intimitas relasi antara Yesus dan Allah Bapa. Ketika Yesus sering mengakui diriNya sebagai Putra Allah orang Yahudi ingin menguji kedekatan relasi itu dengan menyalibkanNya. Jika hubungan antara antar Yesus dan Allah itu dekat, pasti Allah sangat berkenan untuk menolongnya.

Allah Murka

Menurut Diakon Ratno, peristiwa penyaliban Yesus membuat Allah murka kepada bangsa Yahudi.

Kemarahan Allah itu ditunjukkan dengan melalui tanda-tanda alam yang dahsyat, antara lain, gempa bumi yang amat hebat dan kegelapan menyelimuti seluruh daerah itu.

Kala berhadapan dengan murka Allah, orang Yahudi pun akhirnya menyadari dan mengakui bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah.

“Namun, pengakuan itu terlambat dan menjadi sia-sia,” kata Diakon Ratno.

Lomba menyanyi bagi siswa Sekolah Minggu. Foto: John Lobo

Diakon lulusan Institutum Theologicum Ioannis Mariae Vianney Surabaya (IMAVI) itu menegaskan hal paling penting bagi umat Kristiani adalah memaknai kematian Yesus bukan akhir dari segalanya.

Sebagai orang yang beriman pada Yesus, kematianNya seharusnya menumbuhkan harapan pada kita akan keselamatan.

“Kematian Tuhan Yesus di kayu salib memberikan teladan kepada kita tentang betapa berartinya ketaatan yang sempurna sekaligus bukti bahwa Allah Bapa begitu mencintai manusia,” ujar Diakon Ratno.

“Berkat ketaatan kepada Allah Bapa maka Yesus pun berkenan di hadapan Allah di mana Allah meninggikan Yesus serta menganugerahkan Yesus sebagai nama yang mengatasi segala nama,” tegas Diakon Ratno.

Diakon Ratno berharap, sebagai pengikutNya kita harus bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus yang merupakan satu-satunya jalan keselamatan yang mengantarkan kita kepada keselamatan abadi bersama Bapa di Surga.

Setelah misa acara dilanjutkan dengan lomba menyanyi bagi siswa Sekolah Minggu.

Pemenangnya adalah Wisnu, Caca, Audy, Sasa, Indra, Bayu, Tita dan Albert, Dea, Ello, Afif, Alind, Putra, serta Rere. (*)

Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.

Leave A Reply

Your email address will not be published.