Calon Penerima Komuni Pertama Paroki Santo Yosef Mojokerto Diajak Merawat Kerinduan Terhadap Ekaristi

Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono: Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani

0 328

Katolikana.com—Sebanyak 47 calon penerima komuni pertama tahun 2023 mengikuti rekoleksi yang diadakan oleh seksi katekese pada Minggu (21/5/2023) pukul 08.00 hingga selesai di Balai paroki Santo Yosef Mojokerto.

Tema yang diusung adalah Bersatu dengan Yesus Melalui Ekaristi. Turut hadir dalam kegiatan tersebut orang murid dan sejumlah pengajar serta pendamping yang selama ini terlibat langsung untuk melakukan pendataan hingga post tes.

Pastor Kepala Paroki RD. Edward Suryandoko menyampaikan bahwa rekoleksi ini merupakan upaya mengumpulkan kembali sejumlah pengalaman selama calon komuni pertama mengikuti pelajaran tentang dasar-dasar iman Katolik dan hidup menggereja.

Pastor Kepala Paroki RD. Edward Suryandoko membuka rekoleksi bagi calon komuni pertama. Foto: John Lobo

Menurut RD. Edward Suryandoko, jika sudah selesai menerima komuni pertama anak-anak diharapkan lebih semangat dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan lingkungan maupun paroki, serta mengambil peran sesuai dengan talentanya masing-masing, seperti menjadi misdinar, pemazmur, dll.

Puncak Hidup Kristiani

“Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja: Yesus Kristus (KGK art. 1324)” kata Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono sebagai pemateri.

Lebih lanjut calon Imam asal Keuskupan Surabaya yang akan ditahbiskan bulan Juni 2023 menegaskan ada dua hal penting yang harus dipahami terkait dengan perayaan Ekaristi.

Pertama, memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang latar belakang, arti dan makna dari perayaan Ekaristi. Kedua, mengetahui dan memahami fase dalam perayaan Ekaristi.

Ada tiga tahap dalam perayaan Ekaristi, yakni tahap persiapan, penghayatan, dan aksi nyata.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan mensyaratkan kepada umat dan para petugas liturgi (Misdinar, Koor, Lektor, Mazmur, dll) untuk hadir sebelum puncak perayaan iman Kristiani berlangsung, jangan sangan sampai datang terlambat.

Hal ini memperlihatkan betapa agungnya, suci dan sakralnya perayaan Ekaristi.

Persiapan fisik memang sangat penting untuk memperlihatkan keseriusan kita dalam merayakan perayaan ekaristi.

Namun ada juga persiapan yang menjadi fokus perhatian yaitu persiapan batin atau hati.

Persiapan hati atau batin dapat dilakukan jika kita tidak datang terlambat karena bisa mempengaruhi suasana hati dan mengganggu umat yang lain.

“Berdoalah terlebih dahulu sebelum misa dimulai dengan memohon bimbingan Roh Kudus agar mengarahkan hati kita kepada Tuhan, sehingga dijauhkan dari godaan selama perayaan Ekaristi berlangsung,” ujar Diakon Ratno.

Penghayatan

Penghayatan terhadap Ekaristi akan terbangun kalau umat mempunyai pengalaman iman bahwa Tuhan Yesus menetapkan Ekaristi supaya para pengikutnya mengenangkan kurban keselamatan-Nya. Bahkan Tuhan Yesus sendiri yang bertindak sebagai Imam dan Kurban.

Kata ‘mengenangkan’, dalam perayaan Ekaristi tidak hanya mengenangkan peristiwa perjamuan Tuhan Yesus, tetapi juga mewartakan karya keselamatan Allah.

Menurut Diakon Ratno, setiap kali kita merayakan Ekaristi, berarti kita mengenangkan kurban keselamatan Tuhan Yesus Kristus.

“Dalam Ekaristi Tuhan Yesus benar-benar hadir dan mengurbankan dirinya. Saat mengenangkan kurban Tuhan Yesus Kristus dalam Ekaristi kita akan terbantu untuk mengalami secara langsung kebersamaan dengan Tuhan Yesus seperti yang dialami oleh para murid pada saat perjamuan malam terakhir,” papar Diakon Ratno.

“Singkatnya ketika menghayati dan mengarahkan hati saat liturgi ekaristi, kita bersatu dengan  Yesus melalui pengurbanan-Nya di Salib,” ujarnya.

Diakon Andreas Ratno Tri Cahyono. Foto: John Lobo

Aksi Nyata

Fase terakhir adalah aksi nyata. Agar iman terus bertumbuh dan berkembang maka kita perlu melakukan aksi nyata.

Pasca misa umat  seyogyanya tidak langsung meninggalkan Gereja atau pulang begitu saja tanpa ada aksi nyata.

Tahap aksi nyata pasca perayaan Ekaristi diartikan sebagai bentuk praktik pemahaman terhadap apa yang telah diperoleh dari Ekaristi Kudus terutama Sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari dengan memosisikan diri sebagai seorang penabur.

Tuhan Yesus tidak hanya meminta para murid mengenangkan kurban Paskah tetapi melaksanakan apa yang diteladankannya.

Injil Lukas 22:26 menyatakan: “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan”.

Perbuatan keteladanan lainnya yang berikan oleh saat melaksanakan perjamuan adalah membasuh kaki para murid (Yohanes 13: 14-15).

Ketika selesai misa, Romo mengatakan Pergilah kamu semua diutus! Pengutusan dalam konteks iman Katolik adalah menjadi pelaku firman atau Injil yang hidup bagi semua orang melalui tindakan pengorbanan yakni tindakan atas kesadaran moral yang tulus dan ikhlas serta penuh kerelaan terhadap sesama karena demi memuliakan nama Tuhan.

Merawat Kerinduan

Pada sesi peneguhan, RD Andreas Putra Krishananta selaku pastor rekan kembali mengingatkan peserta untuk memperhatikan dan mempelajari dengan serius tahapan dalam penerimaan komuni pertama dan senantiasa merawat kerinduan terhadap Ekaristi.

“Biasanya setelah menerima komuni pertama aktivitas hidup menggereja menggebu-gebu dengan mengikuti semua kegiatan di Gereja hingga menjadi rutinitas belaka tanpa menghayati setiap makna yang ada, akhirnya menjadi jenuh. Jangan sampai peserta calon komunia pertama terjangkiti sindrom yang demikian,” ujar Romo Andreas.

“Oleh karena itu irama atau dinamika hidup menggereja terutama Misa perlu diatur dengan bijak agar kerinduan terhadap Ekaristi Kudus tetap terjaga” tegas Romo Andreas.

Rangkaian Pembinaan

Koordinator bidang katekese Lch. Nunuk Kustantinah menuturkan ada delapan kegiatan yang merupakan rangkaian aktivitas pengajaran dan pembinaan menjelang penerimaan komuni pertama yang akan dilaksanakan pada Hari Minggu (11/6/2023) bertepatan dengan peringatan Hari Raya Tubuh dan Darah Yesus.

Rangkaian kegiatan yang dimaksud antara lain:

  1. Pembelajaran setiap hari Minggu setelah misa
  2. Misa harian seminggu sekali yang dilaksanakan setiap Sabtu pagi.
  3. Wajib mengikuti Misa pada Hari Minggu
  4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan doa di lingkungan.
  5. Menerima kunjungan pribadi maupun kelompok dari Romo dan Diakon.
  6. Mengadakan kunjungan kepada para frater yang sedang menjalani Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Jatijejer, dan
  7. Pengakuan dosa baik bagi calon peserta komuni maupun orang tua.

Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.

Leave A Reply

Your email address will not be published.