Umat Paroki Hayam Wuruk Medan Rayakan Pesta Pelindung

RP John Rufinus Saragih OFMCap: Yesus mengajak kita untuk tidak malu berbuat kebaikan.

0 238

Katolikana.com—Santo Antonius dari Padua sering disebut sebagai penemu barang-barang hilang.

Mungkin ada benarnya, meski selama hidupnya dia kehilangan hidupnya, tidak memperhitungkan dirinya, dan semata-mata mencari kerajaan Allah demikian giat sehingga Dia meninggal pada usia muda.

Mula-mula dia mengurung diri tapi kemudian menjadi pengkhotbah yang menyala-nyala dan disukai umat. Dia menghayati apa yang diwartakan.

Hal ini disampaikan oleh RP John Rufinus Saragih OFMCap saat mengawali perayaan Ekaristi Pesta Pelindung Gereja Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk Medan sekaligus merayakan 108 tahun berdirinya paroki, Selasa (13/6/2023) pukul 17.00 WIB.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Parochus Paroki Hayam Wuruk Medan RP John Rufinus Saragih, OFMCap didampingi enam pastor lain dan dihadiri umat dari lima stasi.

Parochus Hayam Wuruk Medan RP John Rufinus Saragih, OFMCap. Foto: Istimewa

Garam dan Terang Dunia

RP John Rufinus Saragih, OFMCap dalam homili menitikberatkan bahwa menjadi garam dan terang dunia hendaknya menjadi identitas kita sebagai murid-murid Yesus.

“Garam sungguh dibutuhkan untuk membuat masakan menjadi enak. Garam menjadi gambaran bahwa setiap orang Kristen seharusnya memberikan rasa yang enak bagi kehidupan dunia,” ujar Pastor Rufinus.

“Terang menjadi sumber cahaya dari karya Allah sendiri, di mana Allah hadir memberi terang. Jika Yesus mengatakan bahwa murid-muridnya adalah terang dunia maka orang Kristiani dalam hidupnya seharusnya senantiasa bersatu dengan Allah sebagai sumber terang,” lanjutnya.

“Menjadi terang sama dengan menjadi bagian dari hidup setiap orang Kristiani akan bersatu dengan Allah sendiri,” tambahnya.

Menurut Pastor Rufinus, tak jarang orang-orang Kristiani tidak berani terang-terangan berbuat baik. Mungkin karena pengaruh semboyan jika tangan kanan memberi maka tangan kiri jangan sampai tahu.

Memang, ketika berbuat baik kita diajak untuk tidak mengharapkan pujian dan penghormatan yang berlebihan. Dengan kata lain berbuat baik dengan tulus tanpa modus.

“Ketika hendak membantu, membantulah apa yang bisa dilakukan. Jika memberi, memberilah tanpa ada embel-embel apa pun. Meski itu tidak terlalu gampang, kita cenderung memberi dengan ada tujuan dan orang tidak mengucapkan terima kasih. Maka, untuk apa dibantu tapi tidak mengatakan apa pun,” ucap Pastor Rufinus.

Lanjut Pastor Rufinus, Yesus mengajak kita untuk tidak malu berbuat kebaikan atau tidak minder memperjuangkan nilai-nilai luhur yang patut diperjuangkan oleh setiap orang Kristiani.

“Yesus mengajak kita supaya tidak takut untuk berbuat baik. Niat kita bukanlah supaya orang lain melihat apa yang kita lakukan sehingga kita mendapat pujian, applause dan kemuliaan,” ujarnya.

“Memang garam dan terang harus ditampakkan dan ditunjukkan kepada banyak mungkin orang agar bisa dirasakan manfaatnya. Garam dan terang tidak untuk disimpan atau disembunyikan,” tambahnya.

Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kita tidak bisa mewartakan kabar gembira menjadi garam dan terang bila wajah kita cemberut, masam atau murung. Orang lain akan berpikir dua kali sebelum berani mendekati kita.

Seperti garam yang tawar tidak bisa mengasinkan atau cahaya yang redup atau remang tidak mampu menerangi. Kita tidak bisa mengajak orang lain menyambut Injil dengan sukacita selama kita sendiri bermuka cemberut atau sedih.

“Sebelum kita sendiri mengalami sukacita karena Injil, kita tidak akan bisa menjadi garam dan terang dunia,” tandas Pastor Rufinus.

Suster-suster dari Kongregasi KSSY Medang mempersembahkan tarian pada Pesta Pelindung Gereja Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk Medan. Foto: Parulian Tinanbunan

Kisah Santo Antonius

Pastor John Rufinus mengisahkan bagaimana Santo Antonius dalam hidupnya mempraktikkan ajaran Yesus ini sebagai garam dan terang dunia.

Pada awalnya dia punya keinginan yang kuat menjadi pewarta Injil kepada orang Islam di Timur Tengah bahkan siap untuk menjadi martir tapi itu tidak jadi.

Selama sembilan tahun dia studi Kitab Suci dan Teologi dan tetap sangat mencintai Kitab Suci. Bukan pertama-tama sebagai ilmu yang harus dipelajari tetapi sebagai sumber kehadiran Tuhan.

Antonius rela mengasihi musuh-musuhnya dan bahkan memberkati mereka. Suatu yang sangat sulit kita praktikan dalam kehidupan setiap hari.

Karena kedekatan dia kepada Tuhan, Antonius menjadi berkat bagi banyak orang utamanya dengan mukjizat-mukjizat.

Seperti Bapa rohaninya Santo Fransiskus dari Asisi, ujar Pastor John Rufinus, Pater Antonius juga dianugerahi karunia untuk mampu berkomunikasi dengan hewan-hewan.

Santo Antonius juga diangkat menjadi Santo Pelindung barang-barang yang hilang atau dicuri karena pengalaman-pengalaman rohaninya.

Santo Antonius juga seorang pengkhotbah yang ulung, pribadi yang gigih, berani dan tetap rendah hati. Namun, karena kerja keras, mati raga yang terlalu keras sehingga kondisi dia makin menurun.

Dia harus mempersiapkan menerima ajal lalu menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 13 Juni 1231 pada usia 36 tahun.

Paus Gregorius IX menobatkan sebagai seorang Santo di tahun 1232. Di kota Padua dibangun sebuah Basilika yang indah untuk menghormati orang kudus ini pada masa hidup dan wafatnya.

Di situ banyak sekali mukjizat terjadi, sehingga salah satu gelar yang diberikan kepadanya adalah Santo Antonius Pembuat Mukjizat.

“Mari kita meniru teladan Santo ini. Kita telah mengadakan Doa Novena tiap Selasa selama 9 hari berturut-turut meski sederhana,” ucap Pastor Rufinus.

“Semoga kita mampu menjadi garam dan terang dunia. Semoga semangat Santo Antonius dari Padua turun atas kita semua, karya dan keluarga kita mendapat berkatnya” pungkas Pastor Rufinus di akhir homili.

Hiburan tarian dari umat Stasi. Foto: Parulian Tinambunan

Sukacita

Usai perayaan Ekaristi, berlangsung acara temu ramah-tamah berupa pemotongan tumpeng di halaman Aula Paroki Hayam Wuruk.

Juga disajikan hiburan tarian dan lagu-lagu oleh para Suster dari Kongregasi KSSY Medan dan penampilan terbaik dari Stasi St. Yosep, St. Fransiskus Xaverius dan St. Maria Pintu Surga dan Kuasi Stasi St. Fransiskus Assisi Polonia dilanjutkan pengumuman lomba.

Ketua Panitia Pesta Pelindung Thomas H Simarmata mengatakan sungguh dirasakan sukacita yang biasanya tidak bisa berkumpul seperti ini dan bersenda gurau merayakan sukacita Pesta Pelindung Paroki Hayam Wuruk.

“Acara ini memang belum sempurna, tapi kami merasakan dukungan dari Parochus, Vikaris Parokial, Suster dan segenap Dewan Stasi dan para panitia yang telah bersusah payah,” ujar Thomas Simarmata.

Kegiatan terdiri dari rangkaian perlombaan dan penyerahan hadiah, Novena Santo Antonius, dan puncaknya perayaan Misa Pesta Pelindung dan hari ulang tahun ke-108 Gereja Paroki.

“Acara ini bisa berjalan dengan baik berkat dukungan semua, karena acara ini adalah dari kita untuk kita. Kita menyiapkan dan kita menikmati. Mari kita menikmati bersama sukacita ini dan menjadi pengalaman yang lebih baik kita semua,” ucap Thomas Simarmata.

Parochus Hayam Wuruk RP John Rufinus Saragih, OFMCap. dalam sambutannya menuturkan kita sungguh-sungguh mempersiapkan pesta ini dengan baik melalui berbagai lomba hingga Novena setiap Selasa dalam sembilan minggu.

“Memang diakui untuk Novena belum banyak yang hadir. Diharapkan ke depan, Novena ini menjadi suatu yang kita anggap berdoa sungguh-sungguh kepada Santo Antonius untuk membantu kita memberi spirit dan semoga kita selalu bersukacita,” ujar Parochus Hayam Wuruk ini. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.

Leave A Reply

Your email address will not be published.