Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Katolik di Era Digital, Tantangannya Benda Elektronik

RD. Stefanus Sri Haryono Putro: Berani Nggak Meletakkan Smartphone di Atas Meja?

0 1,745

Katolikana.com—Keluarga berperan penting dalam pendidikan iman anak dan menjalankan misi Gereja.

Di abad 21 ini banyak anak menganggap rumah hanya sebagai tempat tidur dan makan saja. Hal ini didasari karena kedua orang tua sibuk dengan gawainya masing-masing.

Akibatnya, tak ada waktu cukup untuk berkomunikasi dengan anak. Jika komunikasi dalam keluarga saja kurang, apalagi pembicaraan mengenai Tuhan dan iman Katolik?

Kurangnya perhatian dan komunikasi orang tua, membuat anak mencari kesenangannya sendiri, misalnya bermain media digital seperti smartphone, game di komputer, dan media sosial.

Doa bersama dalam keluarga. Foto: aleteia.org

Anak-anak berusaha mencari pemenuhan kebutuhan mereka untuk diperhatikan dan dikasihi dengan cara mereka sendiri.

Soal Tuhan, mungkin kurang menarik bagi anak-anak. Soal iman, apalagi! Mungkin anak-anak menjadikan itu sebagai prioritas kedua. Atau, bisa jadi, iman tidak menjadi prioritas mereka sama sekali. Dalam kondisi seperti ini, orang tua seakan tidak berdaya. Padahal, hal ini bisa saja dimulai karena tindakan orang tua.

Media digital seharusnya dapat dimanfaatkan keluarga terutama orang tua dalam melaksanakan misi gereja. Di era digital ini, keluarga harus mampu mengolah kemajuan digital untuk mengembangkan iman anak.

Ketua Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor RD. Stefanus Sri Haryono Putro

Menurut Ketua Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor RD. Stefanus Sri Haryono Putro, tantangan keluarga keluarga Katolik di era digital saat ini adalah benda elektronik.

“Berani nggak menaruh smartphone ini di atas meja, sehingga keluarga ini dapat hadir secara langsung?” tanya Romo Hari.

Hal serupa juga diucapkan oleh Unik, seorang ibu rumah tangga dari keluarga Katolik, yang sudah membina rumah tangga selama 26 tahun.

“Mungkin karena anak-anak saya sudah pada gede, jadi mereka lebih punya kegiatan sendiri punya pandangan sendiri,” ujar Ibu Unik.

Peran Orang Tua dalam Keluarga

Proses beriman pasti selalu berawal dari keluarga. Keluarga merupakan tempat menumbuhkan iman dan kebijaksanaan dari orang tua kepada anak-anaknya.

“Keluarga merupakan sel pertama dan utama dalam pembentukan iman seseorang,” ujar Romo Hari.

Keluarga juga memiliki peran penting untuk mengubah tantangan di era digital menjadi sebuah peluang.

“Media sosial juga membantu saya sebagai orang tua untuk mengetahui kondisi anak kalau pas lagi di luar kota. Saya suka nanya, sudah ke gereja belum?” ujar Unik.

Peran keluarga dalam mendidik iman tidak hanya berhenti pada pembiasaan hidup beriman saja, namun juga harus sampai pada teladan iman.

Hal-hal tersebut mendesak orang tua dari keluarga Katolik untuk makin meningkatkan perannya karena banyak hal positif dan negatif yang ditawarkan di era digital ini.

Keluarga, terutama orang tua, harus turut berperan agar anak-anaknya tidak tumbuh ‘tak terkendali’, yang kemudian orang tua hanya dapat menyesalinya.

Selalu ada yang dapat orang tua lakukan demi keluarga dan anak-anak untuk mencegah hal-hal buruk terjadi pada anak-anak mereka.

Orang tua dapat memulai dengan langkah sederhana. Pertama, jauhkan media digital untuk membuka komunikasi. Kedua, dengan setia menanamkan iman kepada anak-anak semenjak mereka masih kecil.

Harapannya, setelah mereka tumbuh dewasa mereka dapat memanfaatkan media digital dengan baik serta menjadi pribadi yang utuh, beriman dan bertanggung jawab.*

Kontributor: Rustiningsih Dian, Ignasia Dyah, Jack Silaban (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.