Vatikan Perkuat Hubungan dengan Armenia Sebagai Negara Kristen Tertua di Dunia

Armenia pertama kali menyatakan dirinya Kristen pada tahun 301 Masehi.

0 168

Katolikana.com—Penandatanganan nota kesepahaman tentang kerja sama budaya antara Armenia dan Tahta Suci pada Senin (11/10/2021) adalah puncak dari hubungan antara negara Kristen tertua di dunia dan Vatikan.

Dilansir dari Catholic News Agency, penandatanganan memorandum itu terjadi selama kunjungan Presiden Armenia Armen Sarkissian ke Vatikan, yang mencakup pertemuan dengan Paus Fransiskus dan pertemuan bilateral dengan Sekretariat Negara Vatikan.

Pemimpin agama Armenia juga mengambil bagian dalam pertemuan di Vatikan. Kepala Gereja Apostolik Armenia Catholicos Karekin II mengadakan audiensi dengan Paus Fransiskus, pada Sabtu (16/10/2021) yang mengunjungi Armenia pada 2016.

Catholicos Karekin juga mengajak Arman Tatoyan, pembela hak asasi manusia Armenia dan penulis laporan yang mengecam hilangnya warisan Kristen di Nagorno-Karabakh.

Nagorno-Karabakh adalah daerah kantong di Azerbaijan dengan mayoritas orang Armenia yang menegaskan kemerdekaannya dari Uni Soviet. Perang Nagorno-Karabakh Pertama, terjadi pada 1988-1994, merenggut sekitar 20.000 nyawa.

Wilayah itu, yang dikenal sebagai Artsakh dalam bahasa Armenia, adalah  pusat konflik 40 hari lamanya yang terjadi tahun lalu yang menyebabkan perjanjian gencatan senjata yang menyakitkan bagi Armenia. Akibatnya, beberapa biara Armenia terisolasi.

Para sarjana Armenia mengecam apa yang mereka gambarkan sebagai ‘genosida budaya’ di wilayah tersebut, menyoroti apa yang mereka katakan adalah kampanye penghancuran warisan Kristen yang sistematis selama beberapa dekade.

Sementara itu, Azerbaijan menegaskan bahwa wilayah itu milik negara kuno Albania Kaukasia sebelum menjadi Armenia. Para pejabat juga menunjukkan penghancuran bangunan Islam selama konflik baru-baru ini.

Vatikan berfokus pada perlindungan warisan Kristen dan nasib tawanan perang, yang masih belum pasti.

Presiden Armenia Armen Sarkissian. Foto: Wikipedia

Perjanjian yang ditandatangani oleh Presiden Armen Sarkissian dengan Dewan Kepausan untuk Kebudayaan adalah bagian dari upaya diplomatik yang penting.

Bagi Sarkissian, hubungan antara Armenia dan Tahta Suci baik, tetapi mereka bisa lebih baik, artinya ada komitmen budaya bersama, mungkin dengan pertukaran karya seni antara Museum Vatikan dan lembaga-lembaga Armenia.

Negara Kecil dengan Bangsa Besar

Sarkissian mencatat bahwa Armenia dan Vatikan adalah ‘negara kecil dengan bangsa besar.’

Bangsa Armenia, yang pertama menyatakan dirinya Kristen pada tahun 301 Masehi, memiliki hubungan di seluruh dunia karena diaspora yang didorong oleh genosida tahun 1915 (masih belum diakui oleh negara-negara termasuk Turki). Medz Yeghern (Kejahatan Besar Jahat), seperti yang dikenal di Armenia, tetap menjadi luka terbuka.

‘Bangsa’ Vatikan terdiri dari umat  Katolik di seluruh dunia. Presiden Armenia, seorang fisikawan dan seorang konseptor ‘politik kuantum’, berpikir dalam hal kerja sama antara negara-negara kecil yang ditempatkan di pinggiran sejarah.

Presiden mengembangkan tema-tema ini dalam pertemuannya dengan Paus Fransiskus dan Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Piero Parolin serta menteri luar negeri Uskup Agung Paul Gallagher.

Selain ancaman terhadap warisan Kristen, ada juga kekhawatiran bagi tentara Armenia yang tetap menjadi tawanan perang di penjara Azerbaijan.

“Kita bahkan tidak tahu berapa banyak yang dipenjarakan, bahkan tidak bisa melihat wajah para tahanan,” kata Sarkissian.

Presiden tidak membocorkan isi percakapan dengan sang paus, tetapi ia menandaskan bahwa Paus Fransiskus memiliki kekuatan lunak yang tak boleh disepelekan.

Kerjasama

Presiden mengatakan bahwa nota kesepahaman ini akan ‘memungkinkan akan dilakukan riset bersama dalam isu-isu mengenai kepentingan sejarah’.

“Kami harap hal itu akan memperkuat kerja sama antara Armenia dan Tahta Suci pada bidang kebudayaan, sains, arkeologi, dan sektor lainnya, serta kemitraan antara gereja apostolik Armenia dan Gereja Katolik Roma,” katanya.

Dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus, Karekin ll menyampaikan topik serupa. Kepala gereja yang memiliki 92 persen dari tiga juta populasi Armenia mengatakan bahwa konflik baru-baru ini terjadi karena serangan militer dan serangan terhadap penduduk sipil menggunakan senjata modern dan terlarang.

Gereja Apostolik Armenia baru-baru ini membuat satu departemen untuk menjamin pelestarian warisan Kristen.

Kantor ini menyebarkan informasi kepada publik internasional dan memastikan bahwa hal ini tidak terjadi lagi.

Karekin II mengatakan, “Kami juga ingin menyanggah beberapa narasi Azerbaijan, yang menyatakan bahwa gereja-gereja itu adalah warisan Albania-Kaukasus.”

Konflik di Nagorno-Karabakh telah bergeser dari level militer ke kebudayaan. Hal ini diperlihatkan oleh komitmen pemerintah Armenia terhadap masalah ini.

Pada September 2021, Armenia membuat keluhan resmi terhadap Azerbaijan di Mahkamah Internasional di Den Haag.

Selain itu, Tatoyan telah menulis laporan yang menyoroti situasi para tahanan perang, yang secara disampaikan kepada Sri Paus.

Bukan kebetulan jika Karekin Il membawa Tatoyan bersamanya. Kehadirannya memberikan kedalaman dan substansi untuk kecaman Armenia.

Pada saat yang sama, kunjungan Presiden ditujukan untuk meningkatkan Hubungan Diplomatik ke tingkat yang lebih tinggi.**

Kontributor: Helena br Tarigan (Anggota Katolikana Muda)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.